tag:blogger.com,1999:blog-60652603086353793082024-03-13T20:06:59.476+07:00Tulas TulisIgnatius Yudistiro Sampurna, S.Arshttp://www.blogger.com/profile/12605547413283197351noreply@blogger.comBlogger41125tag:blogger.com,1999:blog-6065260308635379308.post-84173608479264135202013-02-21T11:56:00.000+07:002013-02-21T11:56:00.445+07:00Perjalanan Estafet via Jalur Pantai Selatan Jawa<br />
<br />
<div style="text-align: justify;">
Cerita berawal dari awal tahun 2013, dimana sudah direncanakan kalau adik ibu saya yang paling muda mau merrid. Lha... terus... tidak ada omong-omongan, tau-tau orangtua sudah membelikan saya tiket Kereta Ekonomi Bengawan, untuk tanggal 9-10 Februari, Pulang-Pergi (PP), sedangkan orangtua saya berangkat tanggal 7, pulangnya tanggal 11 Februari. Karena sudah terlanjur dibelikan, ya saya segan untuk menolak, kecuali untuk pemberangkatannya, terlalu mepet sama jadwal pulang. Akhirnya tiket keberangkatan dikembalikan walau kena charge sekitar 25%, dan saya memeilih untuk naik bus, dan berangkat satu hari lebih awal.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Walaupun berencana untuk naik bus, tapi sampai mau dekat hari-H nya pun saya masih belum memutuskan mau naik apa. Ada ide dalam benak saya untuk turing estafet, yang akhir tahun kemarin gagal terlaksana. Turing estafet menjelajahi jalur pantai selatan Jawa. Tapi, saya juga belum memutuskan naik apa dari Jakarta, yang jelas inti perjalanan kali ini adalah menjajal Efisiensi, terutama Efisiensi Royal Class super executive.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br />
<a name='more'></a><br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<b>Kamis, 7 Februari</b></div>
<div style="text-align: justify;">
Saya berangkat ke kantor naik Transjakarta alias busway, karena saya berencana berangkat malam ini juga. Berbekal report turing salah satu member Forbiscom, saya berencana naik Doa Ibu tujuan Cilacap. Eh... tauk-tauk, siangnya, teman-teman band saya minta ketemuan malam ini, karna ada job baru. Wah... saya jadi bimbang nan galau saudara. Tapi apa mau dikata, keberangkatan harus saya tunda jadi besok pagi... yah, karena Wedding Band ini termasuk salah satu sumber devisa sampingan bagi saya, dan saya juga harus menunjukkan profesionalisme. Pulang kerja, saya balik lagi ke rumah, naik busway. Bagi saya yang masih merasakan naik busway itu benar-benar melelahkan, tetap memilih busway sebagai angkutan paling efisien, mudah dan murah, dibanding angkutan lain dan Commuter Line (KRL).</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<b>Jumat, 8 Februari</b></div>
<div style="text-align: justify;">
Pagi jam setengah 6, saya berangkat dari rumah, kemudian naik ojek ke jalan akses UI. Dari situ, saya naik angkot 112 tujuan Kp. Rambutan. Turun di Terminal Kp. Rambutan, dan langsung berjalan kaki ke pemberangkatan bis AKAP. Di parkiran bus, ada beberapa bus yang siap untuk diberangkatkan. Ada Budiman tujuan Banjar, Primajasa tujuan Tasik dan Merak, dan lain-lain ke tujuan lainnya. Saya berjalan lagi ke tempat peristirahatan bus Budiman, dan ada banyak bus Budiman parkir di sini, salah satunya yang menjadi inceran saya sebenarnya yaitu Budiman vialli tujuan Banjar. Saya bertanya kepada kernet yang ada di situ, kapan bus ini berangkat. Dia menjawab, kira-kira jam 11 siang. Wah, kalau jam 11 siang kelamaan, takut kemaleman sampai Cilacap, coz, ini perjalanan perdana saya ke Cilacap, saya gak mau ambil resiko dulu. So, tanpa pikir panjang saya kembali lagi ke pemberangkatan bis AKAP. Budiman tujuan Banjar masih seti menanti penumpang, dan kebetulan bisnya juga masih kinyis-kinyis, Mercedes-Benz OH 1526, Jetbus HD. Kebetulan juga seat depan kosong, dan saya langsung naik dan menempati seat itu.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Nggak lama setelah saya naik, bus berangkat sekitar jam 7 pagi. Bis berjalan merayap, lambat hingga putaran Pasar Rebo dan pintu masuk Tol. Setelah masuk Tol, supir mulai menaikan kecepatan bus.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Sampai di Cikunir dan masuk Tol Cikampek, perjalanan terhambat, jalan Tol macet. Sang supir berusaha melewati kemacetan dengan menerobos lewat bahu jalan. Selepas Bekasi, lalu Cikarang, dan seterusnya, jalan Tol berangsur-angsur lancar, dan sampai di mulut jalur Cipularang, Tol menjadi lengang.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Saya menikmati perjalanan ini dengan melihat pemandangan yang ada di sekitar jalur Cipularang ini. Bus Budiman dikendarai dengan kecepatan yang biasa saja... yah standarnya Budiman lah saya rasa... kisaran 90-100 km/jam, sesekali di atasnya. Bagian yang paling saya suka adalah ketika bis ini dengan entengnya berjalan mendaki jalur yang penuh dengan tanjakan ini, sementara ada truk dan bis yang berjalan "ngeden" atau lamban.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Selepas tol Purbaleunyi, ketemu Budiman jurusan Depok - Tasik, Jetbus, Mercedes-Benz OH 1521 Intercooler. Di Jalur Rancaekek ini sesekali menurunkan penumpang. Jalur ini juga padat dan beberapa titik macet karena ada luapan saluran air alias banjir.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Sampailah di tempat peristirahatan bus Budiman. Di sini ada bus Budiman yang lain. Sebelum memburu foto, saya masuk ke dalam untuk makan dulu, karna waktu pas tengah hari, supaya di perjalanan nanti nggak kelaparan. Sebenarnya pikir-pikir juga mau makan di sini, coz duit di dompet sisa kurang lebih 45rb. Tapi, daripada daripada... ya nggak, mending keyang di jalan daripada kelaperan trus beli yg aneh-aneh di tengah jalan. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Oke, makan siang habis 20rb, dengan menu nasi+sayur asem+ayam goreng+teh manis, lumayan mahal memang. Setelah makan, saya keluar menikmatir jejeran bus Budiman dari berbagai kelas, ada yang non AC, Bisnis AC, sampai Eksekutif. Dilanjut melihat-lihat jalur Bandung-Tasik, dan gak sengaja melihat rombongan bis Arjuna Samba di rumah makan seberang.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="http://i848.photobucket.com/albums/ab46/ysampurna2/DSCN6785.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="240" src="http://i848.photobucket.com/albums/ab46/ysampurna2/DSCN6785.jpg" width="320" /></a></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Setelah puas foto-foto, perjalanan dilanjutkan. Perjalanan menelusuri jalur Malangbong ini, supir mengendarai dengan agak santai, lebih santai dari sebelumnya. Kayaknya supirnya kekenyangan nih. Saya menyaksikan beberapa kali bis ini disalip bus lain dan bahkan truk berukuran sedang. Tercatat, bus Gapuraning Rahayu tujuan Cilacap dan bis Mandala yang saya lihat selalu goyang kanan (bis ini jadi target saya selanjutnya, kalo turing jalur pansel). Walaupun berjalan sedikit santai, saya tetap menikmatinya, karena jalur malangbong ini sangat menyejukan mata, dan sesekali pak supir memanfaatkan power bis untuk mendaki tanjakan-tanjakan dan mendahului kendaraan yang lebih lambat.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Sekitar jam 2 siang waktu Tasikmalaya, saya turun di Terminal Tasikmalaya. Di sini saya mulai spontanitas, mau naik apa, ya seketemunya. Kebetulan saya turun di luar terminal, dan melihat beberapa bis kecil lagi ngetem, kebanyakan tujuan banjar. Lalu saya berjalan masuk ke Terminal, baru sampai di gapuranya, saya melihat bis 3/4 berjalan keluar, yang di depan kacanya tertulis Tasik-Majenang-Wangon-Cilacap. Wah, kebetulan nih... Tanpa sempat melihat nama bis nya, saya langsung naik.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Akhirnya, perjalanan paling lama pun dimulai. Hehehe... Lama perjalanan tasik - Cilacap sekitar 5 jam. Bus berjalan rata-rata 60km/jam. Tapi karna ini pertama kalinya saya melewati jalur ini pada siang hari dan pertama kali ke kota Cilacap, saya tetap '<i>eksiting</i>'. Terlepas hal itu, perjalanan dari Tasik ke Majenang adalah bagian yang paling menyiksa, karena apa? Karena saya sambil menahan kecing. Saya sedang bukan naik bis pariwsata, dan kondisi bis lagi penuh sesak, jadi saya nggak enak untuk minta berhenti. Sempet kebayang untuk nahan kencing sampe Cilacap. Untungnya bis berhenti di SPBU di Majenang. Detik-detik itu merupakan momen yang paling melegakan.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Plus, ada satu hal yang bikin panik, yaitu ongkos, <i>coz</i> saya cuma megang duit kurang dari 30rb... paling2 cuma ada 28rb, itu pun sama receh-recehannya. Pas diminta sama kernet, saya kasih 5000, karna saya dengernya 3000, heh gak taunya 30rb. Spontan uhuy... saya langsung panik, mana mbak2 di sebelah saya ngliatin saya mulu lagi... Ni orang pasti tau kalo saya kurang ongkosnya... Akhirnya saya kasih 20rb, dan <i>deal</i> sama kernetnya kalau sisanya saya bayar di Cilacap. Kernet bilang gak apa2, saya langsung lega. Lalu cerita selanjutnya nahan kencing sampe Majenang yang tadi. Perjalanan ini memang bener2... sesuatu gituh.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Perjalanan selanjutnya benar2 nikmat, apalagi setelah Karang Puncung turun hujan deras. Saking derasnya, jarak pandang ke depan sangat minim, padahal saya duduk di depan samping supir. Supir kemudian menjalankan bis dengan lebih lambat. Sampai di Wangon, hujan masih lebat. Hujan mulai mereda ketika sampai di daerah Jeruklegi, Cilacap. Saya melihat awan di daerah selatan malah cerah, terlihat sinar matahari langsung berwarna kuning kemerah-merahan, tanda sebentar lagi akan terbenam dan hari mulai gelap alias malam.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="http://i848.photobucket.com/albums/ab46/ysampurna2/DSCN6835.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="240" src="http://i848.photobucket.com/albums/ab46/ysampurna2/DSCN6835.jpg" width="320" /></a></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Sekitar jam 6 lebih, saya mulai memasuki Kota Cilacap. Saya amati suasana dan lingkungan kota ini, tidak jauh berbeda dengan kota-kota lain di daerah jawa, walaupun saya belum melihat sampai ke pusat kota. Eh... ketemu juga Garasi Efisiensi, ada di sebelah kanan jalan arah kota. Nggak beberapa lama saya sampai di Terminal Cilacap. Ketika saya mau turun, saya langsung ingat kalau saya masih punya utang. Sebelumnya, di sepanjang perjalanan saya mencoba merogoh-rogoh tas, dompet dan kantong, siapa tau ada yang terisisa, dan didapatlah 8000rb. Nah, duit 8000 ribu itu buat jaminan saya kembali lagi, sementara saya mau mencari ATM. Tapi kata kernet, "udah ini juga gak apa-apa". Saya pun berterim kasih sama kernet dan pak supir, dan tetap merasa punya utang dengan mereka, walaupun cuma 2rb. Secepat kilat, saya langsung mencari ATM, karena dompet udah keroncongan dari tadi siang... hehehe. Beruntung ada ATM di dekat terminal.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Kembali ke Terminal Cilacap. Sekilas, terminal ini mirip dengan terminal kota kelahiran Raden Ajeng Kartini. Agen atau loket bis tidak banyak, hanya beberapa lantaran hanya segelintir PO saja yang memiliki trayek ke daerah ini, salah satunya Efisiensi. Saat saya sampai di loket Efisiensi, saya ditanya "mau ke Jogja mas?" oleh mbak-mbak penjaga loket. Saya menjawab dengan jawaban positif, tapi mbak-nya bilang kalo bis yang ini adalah yang terakhir dan berangkat jam 7 nanti, dan sudah FULL SEAT. "Woow!"... saya sih nggak kaget2 amat. Lha wong udah niat berangkat besok kok. Di tempat pemberangkatan, sudah menunggu satu bus Efisiensi Royal Class tujuan Jogja. Saya lihat ke dalam memang masih banyak yang kosong. Tapi khan tempat menaikan penumpang nggak hanya satu atau dua tempat saja, di tempat-tempat lain juga ada, yang jelas bus Efisiensi menaikan penumpang dari agen Efisiensi yang resmi saja... katanya. Lalu saya tanya, apakah saya bisa beli tiket untuk besok dan ternyata bisa. Pemberangkatan pertama adalah jam 2 dini hari. Saya langsung To The Point, kalau saya mau naik yang SE. Lalu mbak-nya bilang, jadwal SE berangkat jam 10.30, lalu saya ditawari posisi tempat duduk dan yang terdepan adalah nomor 4. Ya, nomor 4 single seat, padahal seharusnya masih ada seat di depannya yaitu nomor 1, tetapi di kertas yang dia tunjukan seatnya tidak diberi nomor melainkan kosong. Saya tanya bagaimana dengan seat yang kosong paling depan ini (nomor 1), dia menjawab kalau itu jatah Garasi atau agen lain. Saya sebenarnya ingin ngotot minta di nomor 1, tapi karna tidak ada respon positif, ya sudahlah.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Tiket sudah saya dapatkan dan sudah diamankan, kemudian saya panggil tukang ojek untuk mencarikan saya hotel atau penginapan yang murah. Ojek memberikan harga 15rb, dan saya terima. Oleh tukang ojek, saya diantarkan ke suatu tempat, yang secara fisik bangunan memang kurang menyakinkan, seperti kurang terawat, dan dari jalan di luar, seolah-olah penginapan ini tersembunyi dan tertutup, walaupun ada plang kecil di depan yang sudah tertutup debu dan karat. Saya sudah menduga-duga, biasa untuk apa penginapan seperti ini. Ketika saya dengar harganya, untuk kamar biasa ber-kipas angin cuma 60rb (tanpa TV) dan 80rb (dengan TV), ternyata murah banget, ya sudah saya ambil yang pake TV. Saya ditunjukan kamar oleh pengurus hotel, dan ciri-ciri kamar semakin mempertegas dugaan saya. Satu kamar dengan kamar mandi, berisi satu buah tempat tidur tapi yang berukuran besar dengan 2 buah bantal dan guling. Kamar ini memiliki satu pintu dan satu jendela, dimana tidak ada ventilasi, jendela ditutup rapat dengan gordyn sampai ke atas (ventilasi jendela). Jadi... benar-benar tertutup, dan akibatnya pasti bakalan sumpek. Adanya kipas angin sedikit membantu, paling tidak ada udara yang mengalir.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Saya bayar tunai kamar itu dan saya taruh tas saya, dan saya keluar. Dan satu lagi... kamar ini ternyata tidak punya kunci tersendiri, layaknya hotel-hotel pada umumnya. Kalau mau dikunci ya pakai gembok. Wah...dugaan saya tentang hotel ini semakin jelas. Jangan-jangan ni hotel sering digunakan untuk tempat mesum atau lebih parahnya untuk sarana prostitusi. Ah... bodo amat, yang penting saya berniat baik. Saya berjalan keluar hotel, melihat-lihat kok gak ada angkot ya. Toko-toko juga pada tutup, di dekat situ cuma ada gerobak nasi goreng. Saya berjalan karena angkutan gak ada yang kelihatan. Berjalan-jalan tak terasa sudah jauh dari hotel, tapi akhirnya ketemu Indomaret. Saya membeli beberapa barang untuk kebutuhan primer. Lalu saya melanjutkan acara berjalan-jalan, dan ketemulah Alfamart. Di sini, saya jadi inget garasi Efisiensi, rasanya gak jauh dari sini. Saya berjalan lagi, dan memang sekitar 200 meter setelah itu ada garasi Efisiensi. Mumpung di sini saya sekalian minta pindah seat. Sayangnya, saya nggak bawa kamera dan hp waktu ke sini. Saya masuk ke bagian reservasi atau pembelian tiket, dan ketemu 2 manusia cantik yang menjaga meja pemesanan tiket. Tanpa basa-basi saya langsung utarakan maksud saya. Setelah diamati tiket saya, saya nggak bisa pindah seat lantaran saya membelinya di terminal. Katanya, "Beda mas, karna catatan kami juga terpisah, terminal ya terminal, garasi ya garasi". Sungguh aneh, tapi mungkin sudah seperti ini manajemennya. Saya cuma pergi meninggalkan garasi dengan rasa kecewa. Saking kecewanya, bikin saya lapar. Saya makan di dekat Alfamart tadi. Warung yang keliatannya ramai benar. Saya makan burung dara goreng khas Cilacap, ya... karna saya makan di Cilacap. Setelah memendam kekecewaan dengan burung dara goreng. Saya balik ke hotel dan langsung mandi lalu tidur. Sebelum saya tidur, saya mendengar percakapan di luar, seperti menanyakan kamar. Karena penasaran, saya coba lihat, dan ternyata ada sepasang... cowok dan cewek, entah mereka masih pacaran atau sudah sah suami istri. Yang jelas ketika mereka merujuk kamar yang saya tempati, dan pengurus hotel bilang sudah terisi, dan mereka pun langsung pergi, apalagi ketika tahu saya memperhatikan mereka. Malam yang berat, saya berkali-kali terbangun karna udara di dalam ruangan begitu sumpeknya, berkali-kali saya coba cara, dan akhirnya saya buka jendela dan gordyn sedikit, dan kebetulan juga lagi hujan deras. Jendela saya buka dan gordyn saya buka sedikit, supaya ada udara dingin dari luar yang masuk. Cara ini cukup berhasil dan saya bisa tidur lagi.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<b>Sabtu, 9 Februari</b></div>
<div style="text-align: justify;">
Satu-satunya hal yang paling saya tunggu adalah datangnya pagi hari. Saya setel TV, beberapa channel stasiun TV tidak terdapat di sini, jadi saya cuma 'stay' di channel yang paling jelas siarannya, yaitu RCTI. Saya mandi kemudian sarapan roti yang saya beli semalam (kebutuhan primer jek...). Sambil menunggu waktu yang tepat, saya buka pintu, membiarkan udara bebas keluar masuk, sambil menonton TV. Di luar ada seorang ibu-ibu yang sedang bersih-bersih halaman. Mungkin ibu ini termasuk pengurus atau staff di sini, pikir saya. Sembari bersih-bersih, sesekali ibu-ibu melihat saya yang sedang asik menonton TV, kebetulan yang saya tonton adalah Doraemon: Petualangan di Negeri Angin.... hehehe. Akhirnya ibu-ibu ini membuka obrolah dengan bertanya-tanya, saya dari mana, mau kemana, sendirian?, kenapa gak ajak istri atau pacar?... Muke gile kali nih ibu-ibu, emangnya gw tega ngajak cewek gw ke tempat beginian...</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Jam 8 lebih seperempat, saya yang sudah merasa yakin sudah mempersiapkan, barang-barang, hp yang fully charged, dan perut yang kenyang, akhirnya mulai melangkahkan kaki keluar hotel itu. Sammbil menyerahkan kunci gembok, saya mengucapkan terima kasih kepada pengurus hotel. Untuk menuju ke Terminal dari hotel ini, bisa menggunakan angkot. Tapi saya memutuskan untuk berjalan, supaya bisa menikmati kota Cilacap ini. Pagi hari yang cerah dan segar, suasana kota Cilacap tampak damai. Sampailah saya di sebuah perempatan, yang di salah satu sudutnya ada taman, dan di sudut lain ada Alfamart, dan juga ada lintasan rel KA. Saya berhenti sejenak di dekat taman, sambil membayangkan "coba ada kereta yang lewat". Tiba-tiba alarm pintu KA berbunyi, dan pintu penghalang diturunkan. "Berarti ada kereta yang mau lewat nih", pikir saya. Langsung saya ambil kamera saku. Set-set-set... kamera sudah siap. Dan saya melihat ada sebuah benda mendekat di salah satu ujung lintasan. Kemudian, benda itu mendekat, mendekat dan semakin mendekat. Eh... gak taunya cuma kepalanya aja, alias lokonya aja, dan sepertinya mau lansir. Tapi lumayan lah, biarpun gak dapet versi yang lengkapnya.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Saya melanjutkan perjalanan dan dalam beberapa saat sampai juga di Terminal. Di sini sudah ada patas Efisiensi berwarna biru dan putih, yang berangkat jam 09.00, dan ada satu lagi yang sedang menunggu di belakangnya, yang patas Efisiensi Mocchacinno, yang akan berangkat jam 09.30. Lalu saya duduk di ruang tunggu penumpang. Nggak lama patas biru Efisiensi diberangkatkan, dan si Mocchacinno masuk ke jalur pemberangkatan. Beberapa menit kemudian, datang bus Riyan Transport dan parkir di samping Mocchacinno. Bus ini akan berangkat jam 09.45. Bus Riyan Transport merupakan saingannya Efisiensi, tapi biarpun saingan tetap dengan cara yang sehat. Buktinya kru keduanya juga saling kenal dan akrab. Dan mereka punya jadwal yang berlainan dan tidak sama. Mocchacinno diberangkatkan sesuai jadwal, lalu bus Riyan Transport pindah ke jalur pemberangkatan. Oh iya, selain bus Riyan Transport dan Efisiensi, disini juga ada bus lain seperti bus-bus ekonomi PO. Merdeka. Ada juga PO Handoyo yang mau dicuci, juga ada bus Sinar Jaya.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Setelah Riyan Transport berangkat, datang lagi patas Efisiensi biru-putih. Lama juga saya menunggu dari jam 9 kurang, dan tiba-tiba saya merasa lapar. Jangan-jangan efek jalan kaki tadi nih. Saya cari warung terdekat, yang juga bisa memantau pergerakan bis. Saya makan di warung di areal terminal. Warung ini menjual menu standar layaknya warung nasi, dan ayam bakar/goreng. Saya pesan menu standar pula, yaitu nasi putih dengan sayur labu siem, sayur satu lagi saya lupa, dan telor dadar goreng. Nyam...nyam...nyam...rasanya memang khas daerah, dan masih hangat baru saja dimasak pagi tadi. Setelah kenyang, saya menambah daya baterai hp, mumpung masih ada waktu. Beberapa saat kemudian, saya melihat ada yang tidak asing datang. Ternyata itu bus Efisiensi Royal Class dan itu adalah bus yang akan saya naiki, super executive dengan pemberangkatan jam 10.30. Dengan semangat, saya langsung menghampiri bus itu.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="http://i848.photobucket.com/albums/ab46/ysampurna2/DSCN6883.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="240" src="http://i848.photobucket.com/albums/ab46/ysampurna2/DSCN6883.jpg" width="320" /></a></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
WUIHH... adalah kalimat pertama yang saya ucapkan ketika melihat bus itu secara langsung. Maklum, setelah sekian lama hanya melihat lewat foto-foto, sekarang bisa langsung melihatnya bahkan mencicipinya, gak tanggung-tanggung, langsung kelas Super Executive. Saya perhatikan bis ini detail demi detailnya. Memang salah satu keistimewaan dari bus Efisiensi adalah spion tanduknya, yang menambah sempurna bodi JetbusHD keluaran Adiputro ini. Kedua, liverynya yang khas, simpel tapi keliatan elegan dan fresh banget. Ketiga, bis Efisiensi semua terawat, termasuk masalah dop roda, semuanya pasti pake, dan uniknya warnanya pasti senada dengan bodi di atasnya. Walaupun bodinya belang, depan ijo, belakang putih, dop roda juga akan mengikuti depan ijo belakang pun putih.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Saya pun memulai sesi fotonya. Sewaktu mengambil foto, saya dilihat oleh supir dan kru. Hehehe... jadi nggak enak, foto-foto nggak bilang dulu. Lalu masuk ke dalam minta ijin masuk sama kru nya. Saya masuk sekalian meletakkan tas saya, terus foto-foto interiornya. Jadi, Efisiensi Royal Class super executive ini, mempunyai konfigurasi seat 2-1, dan memakai seat seperti kelas SE yang lain, tapi tanpa leg-rest. Seatnya termasuk seat model baru, sayang saya nggak ngerti merk yang dipakai, dan tidak ditemukan emblemnya. Jarak antar seat cukup lebar, saya dengan ukuran badan yang cukup besar masih terasa leluasa. Kita pun bisa menaruh tas di bawah kaki kita, walau demikian foot-rest tidak akan bisa berfungsi. Namun, orang-orang lebih terbiasa tidak memakai foot-rest, termasuk saya sendiri, kalau tidak memakainya terasa lebih leluasa.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Jam 10.30, bus diberangkatkan dari Terminal Cilacap, dan langsung menuju garasi Efisiensi untuk menaikan penumpang. Di garasi ada satu bus Royal Class, mungkin lagi dibersihkan. Perjalanan berlanjut. Suspensi udara built-in Mercedes-Benz memang benar-benar maknyus. "Empuk tenan." Beda sama rakitan karoseri, hanya saja suspensi udara yang satu ini tidak ada kontrol, jadi nggak bisa dinaik-turunkan. Jika sedang berjalan kemudian berhenti mendadak, maka akan goyang-goyang. "Tapi goyang-goyang enak... alus banget."</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Bus ini menaikan penumpang dari beberapa tempat, dan setiap tempat itu tertera plank Agen Efisiensi. Bus dikemudikan oleh pak supir yang mempunyai perawakan besar dan gemuk, serta berkumis. Beliau ditemani seorang kondektur wanita. O iya, satu lagi ciri khas Efisiensi, yaitu kondekturnya pasti perempuan muda. Supir menjalankan bus dengan kecepatan sedang. Setelah agen terakhir, sang kondektur membagikan roti dengan merk Efisiensi dan softdrink berupa minuman teh dalam kemasan botol plastik. Satu lagi tontonan TV yang ternyata di bus Efisiensi ini sudah menyiapkan tayangan yang sudah dibuat sendiri oleh management Efisiensi. Tayangan-tayangan itu antara lain Petunjuk bagi Penumpang, film-film dan video klip. Saya sangat menikmati sekali perjalanan ini, gimana nggak?... Bus nyaman, mental-mentul enak... seatnya lega, empuk... dapet roti, sama minuman... pemandangan indah, hutan, sawah... tontonan TV yang menarik, apalagi pas diputer video klip Kla Project, yang berjudul Yogyakarta... Pas bener nih, saya mau ke Jogja.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Setelah melewati sebuah sungai yang cukup lebar, saya benar-benar kehilangan record perjalanan... alias ketiduran. Ini saking nyamannya... Saya merasa tidur saya itu sangat pulas... dan ngorok pemirsa. Kenapa saya tahu saya ngorok... karena sesekali saya sadar dan lalu ngok... Dan saya tahu kalo dibelakang saya ada yang lagi ketawa cekikikan. Masih mending ketawa, di sebelah saya keliatannya terganggu. Gak kebayang gimana reaksi supir dan kondektur... geleng-geleng kepala kali. Tapi, untungnya belum ada peraturan Dilarang Ngorok bagi penumpang.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Saya benar-benar sadar dan melek setelah berada di daerah Kebumen. Kemudian, sang kondektur wanita naik ke atas dan memberikan informasi kepada penumpang, kalau kita sesaat lagi akan sampai di Rest Area Kebumen. Beberapa saat kemudian, bus sampai di Rest Area. Penumpang diberikan waktu 10 menit untuk sholat atau ke toilet. Saya... ke toilet dan cari makanan. Di sini ada banyak toko dan mini market, dan juga ada CFC. Saya beli satu paket CFC, yang tadinya mau dimakan di situ jadi dibungkus karna waktu terbatas. Waktu yang tersisa saya pakai untuk foto-foto Rest Area.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Perjalanan dilanjutkan. Saya membuka bungkusan CFC tadi untuk dimakan. Saya makan agak sembunyi-sembunyi, nggak enak ama sebelah. Lagi asik nguyah ayam goreng, bis yang lagi berjalan tiba-tiba rem mendadak. Wadouh.... sahut cuma dalam hati aja. Bukan apa-apa, ayam gorengnya jatoh ke bawah... wkwkwk. Malunya bukan maen... Secepat kilat langsung saya ambil tuh ayam, trus lanjut dimakan, dan dengan segera dihabiskan.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Makan selesai, perut kembali kenyang, tapi kali ini saya nggak tidur lagi. Saya menikmati perjalanan dengan mendengarkan lagu-lagu Kla Project lewat earphone hp dan sambil maen game pengasah otak. Mendengarkan lagu-lagu Klakustik sambil menikmati pemandangan asri nan menyegarkan, benar-benar nikmat. Itu Hidup... harus benar-benar dinikmati.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Sekitar jam 2 siang lebih sedikit, bus sudah memasuki wilayah Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Berarti, sebentar lagi sampai nih. Jam 3 lewat 15 menit, sampai di daerah Ambarketawang. Kondektur cantik naik lagi untuk memberikan pengumuman. Di Ambarketawang ini juga ada Rest Area PO Efisiensi, tapi bus ini tidak masuk ke dalam, kemudian beberapa meter selanjutnya terdapat SPBU. Di SPBU inilah bus ini masuk, karna di dalamnya sudah menunggu beberapa shuttle bagi penumpang untuk tujuan Bandara dan Pusat Kota. Saya turun di sini, sekalian mencoba shuttlenya. Banyak penumpang yang juga memanfaatkan shuttle ini, saya rasa shuttle ini sangat berguna sekali, terutama buat penumpang yang ingin ke Bandara atau Pusat Kota. Kalau saya, selain ingin mencoba, juga menyingkat waktu, soalnya kalo naik bis Solo-Jogja dari Terminal Giwangan, terlalu lama ngetemnya.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Jam 15,30, shuttle diberangkatkan. Perjalanan jadi mudah karna shuttle ini, tapi sedikit terhambat saat di perempatan Jombor. Adanya pembangunan Fly Over, membuat lalu lintas menjadi kacau, dan macet parah. Semoga cepat selesai lah ini. Setelah melewati kemacetan, jalan kembali lancar. Saya turung di jalan Solo-Jogja, tepatnya sebelum bandara Adi Sucipto. Nah... kalau di sini khan, nunggu bis Soloan gak pake ngetem, langsung joss... Tapi agak lama juga, ketemu satu bis tapi nggak berhenti, karna udah terlanjur lari di lajur kanan. Saya berjalan mendekati kerumunan, yang tampak seperti sedang menunggu bis juga. Walhasil, dateng bus Langsung Jaya, dan saya naik beserta rombongan tadi. Langsung joss tho... nggak pake lama. Menunggu bis seperti harus ditempat yang pas, yang bisa dilihat dari jauh. Kadang ada orang yang melambaikan tangan, tapi bus udah terlanjur kenceng, jadi gak jadi berhenti. Nggak pake lama, sampai juga di Gondang, Pabrik Gula. Di sini jemputan menunggu untuk mengantarkan saya sampai ke rumah Mbah.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<b>Minggu, 10 Februari</b></div>
<div style="text-align: justify;">
Urusan dengan pernikahan saudara saya sudah kelar, lalu sorenya saya langsung pulang, karena besok saya harus bekerja kembali. Sayangnya, perjalanan kali ini saya menggunakan moda transportasi kereta. Kereta yang saya naiki pun bukan kereta kelas eksekutif melainkan kereta ekonomi, yaitu KA Bengawan. Cerita soal kereta ekonomi jadi teringat kereta yang penuh berdesak-desakan, apalagi kalo pas Lebaran. Tapi, itu dulu pemirsa... sekarang, kereta ekonomi sudah lebih tertib, tiket yang dijual berdasarkan jumlah seat yang tersedia. Jika seat sudah penuh, ya... berarti sudah habis, gak ada acara pake berdiri, atau duduk di toilet. Duduk di toilet itu namanya EEK.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Saya diantar ke Stasiun Klaten sekitar jam 5. Saya masuk ke stasiun, lalu ketika masuk ke peron, saya dihadang oleh 2 orang penjaga peron. Di sini saya diminta menunjukan tiket saya, dan KTP asli. Tiket diperiksa, karena disitu tertera nama saya, apakah sama dengan KTP-nya. Setelah lolos pemeriksaan, tiket saya dicap dan saya diperbolehkan masuk peron. Di ruang tunggu peron, sudah ramai. Akhirnya saya duduk di tepi rel yang sedang tidak aktif.</div>
<br />
<br />
<div style="text-align: justify;">
Waktu sudah menunjukan pukul 17:32 WIB, dimana seharusnya KA Bengawan dengan kode KA 125 sudah diberangkatkan dari stasiun ini. Tapi ini, keretanya malah belum keliatan. Berdasarkan pengumuman yang disampaikan lewat speaker stasiun, ada masalah teknis di stasiun Solo Balapan sehingga mengakibatkan sejumlah rangkaian telat. Wah... kira-kira berapa lama nih telatnya. Telat berangkat, sampai di Jakarta pun pasti ikutan telat. Nggak berapa lama, datang sebuah rangkaian kereta mirip KRL tapi nggak ada pengait listriknya. Kereta ini termasuk commuter line yang menghubungi madiun dan jogja, namanya saya lupa. Setelah kereta itu meninggalkan stasiun, sekitar 5 menit kemudian datang yang saya sudah tunggu-tunggu, KA 125, Bengawan. KA ini ditarik oleh sebuah loco putih, dan saya gak sempet lihat kodenya. Mungkin kalau railfans langsung tahu begitu melihat wujud lokomotifnya saja.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="http://i848.photobucket.com/albums/ab46/ysampurna2/DSCN7015.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="240" src="http://i848.photobucket.com/albums/ab46/ysampurna2/DSCN7015.jpg" width="320" /></a></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Saya dapat tempat duduk di gerbong ke-3 atau K3, no seat 9B. Waktu saya datang, seat masih kosong, saya duduk aja di pinggir jendela. Toh, ntar juga bakalan pindah... kalau yang punya minta tempat ini. KA ekonomi ini semuanya memakai bangku yang tegak... kalau gini gimana bisa nyaman tidurnya... Kereta berjalan meninggalkan stasiun. Kereta terus berjalan, dan nggak ada yang boleh menghadang. Inilah asiknya naik kereta, nggak ada yang namanya macet. Kereta sudah berhenti beberapa kali, sampai isi gerbong sudah keliatan penuh alias full seat. Tapi, nggak ada yang minta saya pindah. Ada mas-mas dan juga seorang cewek. Seorang di sebelah saya mencoba membuka bagian atas jendela, tetapi gak bisa. Terus minta buka jendela yang bawah. Jendela bisa dibuka, tapi harus diganjel. Entah kenapa, saya berinisiatif memberikan botol yang habis saya minum. Jendela terbuka lebar, angin pun masuk dengan leluasa. Enak... tapi lama-lama bikin ngap-ngap... bisa-bisa masuk angin nih. Kebetulan orang di depan saya lagi makan, saya pikir tunggu dia selesai makan aja kali ya, baru saya tutup nih jendela. Acara makannya akhirnya selesai, saya mencoba memperkecil bukaan. Angin yang masuk tetep kenceng. Lalu saya tutup sekalian, eh... orang di sebelah saya ikut bantuin, tandanya dia juga ikutan masuk angin tuh... hehehe. Sebenarnya nggak perlu dibuka pun tetep adem, selama kereta berjalan terus. Beberapa jendela atas ada yang terbuka, jadi gak semuanya tertutup.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Perjalanan sampai di Purworejo. Orang-orang di sekitar saya masih aktif, belum pada tidur. Adanya asik ngobrol, ada yang main hp, dan ada yang dengerin musik. Tapi mulai mendekati daerah Kebumen sampai Banyumas, semuanya bersiap untuk tidur. Ternyata oh ternyata, posisi tidur mereka pada nggak karuan cuy... Jadi percuma itu no seat. Mereka ada yang tidur di tengah lorong, di bawah pake alas koran atau bawa dari rumah. Ada yang memakai satu bangku untuk tidur sendiri. Nah, orang di depan saya ini lebih lucu lagi, dia tidur di bawah bangku. Saya yang jarang naik kereta jawa, ketika melihat kayak gini, agak kaget juga. Tapi, saya rasa masih mending daripada kereta ekonomi sebelumnya. Waktu itu saya pernah naik progo, dan suasananya nggak setenang ini, banyak pedagang beralalu-lalang. Kalau yang ini, buset dah... pada anteng tidurnya. Ada juga yang masih melek, tapi tetap duduk anteng, mungkin lagi berusaha untuk tidur sama seperti saya.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Akhirnya saya mau ke toilet, karna udah nahan kencing dari tadi. Sebenarnya sih males, soalnya ngeliat jalan lorong, kaki berseliweran, ada badan pula, apalagi orang yang tidur di tengah lorong. Tapi karna nggak bisa ditahan, mau nggak mau. Saya pun harus jadi Spiderman dulu biar bisa ngelewatin itu semua. Tapi, nggak sia-sia, kalau udah keluar air seninya, udah lega dan kayaknya bisa tidur nih. Waktu kembali ke bangku, saya pun tidak duduk di pinggir jendela lagi. Si mbak-mbak nya tadi saya persilahkan duduk di pinggir jendela supaya dia dapet senderan. Wah... baik banget yah gw. Saya sendiri malah susah tidur. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Setelah melewati daerah Purwokerto, saya sering mendengar suara roda kereta dan rel... cit-cit, seperti itulah. Gerbong sering meliuk-liuk. Wah... kayaknya lagi melewati pegunungan nih. Coba perjalanannya siang, jadi bisa menikmati pemandangan. Nah... kalau malam gini apa yang mau dilihat. Makanya kebanyakan orang tidur semua. Saya pernah naik kereta yang jalannya pagi dari Jogja, yaitu KA Fajar Utama. Tapi sayangnya posisi saya kurang mengenakan waktu itu. Saya duduk di pintu masuk gerbong coy... Soalnya udah full seat, saya dapet jatah yang berdiri. Tapi sumpah, pemandangannya menakjubkan. Mungkin lain kali saya mau naik kereta dengan perjalanan siang hari, tapi untuk rencana ke depan harus naik yang kereta eksekutif.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Untuk saat ini, naik kereta ekonomi yang dipilih karena ongkosnya yang jauh lebih murah. Bayangin aja bro... dengan uang 38 ribu rupiah saja, saya bisa berpergian dari Jakarta ke Solo. Berarti kalau pulang-pergi nggak sampe 80 ribu. Bandingkan kalau naik bis, ongkos paling murah itu sekitar 50rb sampai 70rb untuk satu perjalanan. Naik kereta lebih cepat sampai. Kelas ekonomi aja selambat-lambatnya jam 5 - 6 pagi sudah sampai di tujuan. Kalau naik bus, jalan macet, atau ada kerusakan di tengah jalan, yang membuat telat sampai tujuan. Namun demikian, kereta juga mempunyai kelemahan, yaitu jika ada kesalahan teknis di satu stasiun yang mengakibatkan keterlambatan maka akan berpengaruh pada kereta-kereta lain yang lewat stasiun itu. Seperti waktu berangkat tadi, satu telat maka yang dibelakangnya akan ikut telat.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Satu hal yang saya paling nggak suka soal KA ekonomi ini, kalau nunggu di stasiun pasti lama banget. Ya nunggu disalip, nunggu persilangan, nunggu kres-kresan. Soalnya kalo berhenti pasti panas, nggak ada aliran udara yang masuk ke dalam gerbong. Tapi ada kejadian yang lucu sewaktu kereta ini berhenti. Ketika berhenti di stasiun Songgom menunggu persilangan kereta, ada banyak pedagang yang menjajakan dagangannya... Kalo gak salah kayak begini: "Kopi mas...kopi bu... Pop mie..." Tapi karena di dalam gerbong hanya ada kesunyian alias pada molor semua, jadinya nggak ada yang beli. Sampai-sampai ada penjual yang nyeletuk, "Walah... do turu kabeh" atau dalah bahasa Indonesianya "Walah... pada tidur semuanya"... Ada juga sekelompok anak muda yang ngamen tapi tanpa alat musik, cuma bermodalkan tepuk tangan. Mereka pertama nyanyi di gerbong depan, sambil nyahut: "bang bang... bla... bla..." Mereka menyanyikan lagu yang mereka buat sendiri, yang bertema tentang mereka yang kelaperan, pengen makan, dll... Lalu tuh anak-anak nyanyi di gerbong saya, dengan kata-kata yang sama. Tapi, belum sampai 1 bait, itu anak bilang, "ah males ah... pada tidur smua" terus langsung pergi. Saya mah... cuma bisa ketawa dalam hati... wkwkwk.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<b>Senin, 11 Februari</b></div>
<div style="text-align: justify;">
Cerita tentang kereta seterusnya nggak jauh dari kereta berhenti, menunggu persilangan, kemudian ada penjual yang menjajakan dagangannya tapi tetep gak ada yang respon, karna orang-orang masih pada tidur. Sampai di stasiun Cirebon, ada satu dua orang yang bangun dan turun di stasiun ini. Kereta meninggalkan stasiun Cirebon, dan saat itu waktu menunjukan sekitar pukul stengah 2 dini hari. Saya masih terjaga... tapi lama-lama mulai terpejam dan tertidur dengan posisi duduk tegak dan kepala menunduk ke bawah. Sesekali kepala ini mau jatuh ke sebelah saya... karna sebelah saya cewek, jadi saya langsung menyadarkan diri dan kembali ke posisi yang benar. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Saat masih setengah sadar, setengah tidur, saya menyadari kereta sedang berhenti. Saya berusaha mencari tahu dimana kereta ini berhenti. Saya mendengar ada yang bilang kalau ini di stasiun cikampek. Saya pun berusaha bangun, tapi kok rasanya berat. saya ketiduran lagi... bangun-bangun kereta berhenti di stasiun Bekasi. Di sini saya bangun dan berusaha sesadar mungkin, lalu mempersiapkan tas.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Jam 05.10, kereta berhenti di stasiun Jatinegara, dan disinilah saya turun. Sebelumnya, saya mencari cara bagaimana supaya saya bisa sampai rumah lebih cepat. Naik busway, ada kemungkinan macet di Cililitan dan Kramatdjati. Akhirnya saya putuskan naik KRL saja. Keluar dari stasiun Jatinegara, saya masuk lagi ke bagian loket KRL, saya beli tiket KRL ke Manggarai. Tiket dibeli dengan harga 7500 rupiah. Jam 05.45, KRL yang ditunggu datang. Saya masuk ke dalam KRL agak terburu-buru, tapi berhasil juga masuk ke gerbong pertama. Hawa dingin ikut melegakan saya. Tiba-tiba datang kondektur menanyakan tiket. Oleh kondektur saya diminta ke gerbong kedua, karena ternyata gerbong ini khusus wanita. Wkwkwk... saya jadi malu, tapi tetep keliatan cool.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Jarak Stasiun Manggarai dengan stasiun Jatinegara cukup dekat, jadi saya tidak perlu lama sudah sampai di Manggarai. Saya turun di stasiun Manggarai, dan menanyakan ke petugas, kalau mau ke Bogor apakah saya harus membeli tiket lagi. Setelah dilihat tiket saya, petugas bilang saya harus beli tiket lagi tujuan Bogor. Saya sepertinya salah beli tiket tadi di Stasiun Jatinegara. Seharusnya saya membeli tiket tujuan Bogor. Tiket tujuan Bogor ditebus dengan harga 9000 rupiah. Buset... buat ke Bogor saja habis 16.500 rupiah. Tapi gak pape lah... Enaknya KRL AC ekonomi ke Bogor gak penuh dan saya bisa dapet tempat duduk. Saya turun di Stasiun UI Depok, lalu naik angkot lagi dan naik ojek sampai ke rumah. Tiba di rumah kira-kira jam 07.30 pagi.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="http://i848.photobucket.com/albums/ab46/ysampurna2/DSCN7026.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="240" src="http://i848.photobucket.com/albums/ab46/ysampurna2/DSCN7026.jpg" width="320" /></a></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Demikian cerita perjalanan saya kali ini, saya berterima kasih kepada:</div>
<div style="text-align: justify;">
- Tuhan yang maha esa, atas perlindungan-Nya selama ini</div>
<div style="text-align: justify;">
- Orangtua saya, atas restu dan tiket keretanya</div>
<div style="text-align: justify;">
- Saudara saya yang menikah, terima kasih karna kalian, saya bisa jalan-jalan, dan selamat berbahagia</div>
<div style="text-align: justify;">
- PO Budimana, yang mengantar saya dari Jakarta ke Tasik</div>
<div style="text-align: justify;">
- PO BSK, yang mengantar saya dari Tasik ke Cilacap</div>
<div style="text-align: justify;">
- PO Efisiensi, yang mengantar saya dari Cilacap ke Jogja</div>
<div style="text-align: justify;">
- PO Langsung Jaya, yang mengantar saya dari Jogja ke Klaten</div>
<div style="text-align: justify;">
- PT Kereta Api Indonesia, dan kru KA Bengawan, yang mengantar saya dari Klaten ke Jakarta</div>
<div style="text-align: justify;">
- Hotel *****, yang telah menyediakan kamar murah buat saya.</div>
<div style="text-align: justify;">
- Member Forbiscom termasuk Kang Adit Indie dari Tasik yang memberikan berbagai info yang berguna</div>
<div style="text-align: justify;">
- Semuanya yang tidak dapat disebutkan satu per satu</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
======================================================================</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Daftar pengeluaran biaya selama perjalanan:</div>
<div style="text-align: justify;">
- Ojek = 3000</div>
<div style="text-align: justify;">
- Angkot = 3000</div>
<div style="text-align: justify;">
- Bus Budiman = 50.000</div>
<div style="text-align: justify;">
- Makan Siang = 20.000</div>
<div style="text-align: justify;">
- Bus BSK = 30.000</div>
<div style="text-align: justify;">
- Bus Efisiensi = 50.000</div>
<div style="text-align: justify;">
- Hotel = 80.000</div>
<div style="text-align: justify;">
- Makan Malam = 27.000</div>
<div style="text-align: justify;">
- Makanan Roti & Minum = 15.000</div>
<div style="text-align: justify;">
- Ojek = 15.000</div>
<div style="text-align: justify;">
- Makan Pagi = 10.000</div>
<div style="text-align: justify;">
- Makan Siang CFC = 24.000</div>
<div style="text-align: justify;">
- Bus Langsung Jaya = 5000</div>
<div style="text-align: justify;">
- KA Bengawan = 38.000</div>
<div style="text-align: justify;">
- Aqua-Mizone = 7000</div>
<div style="text-align: justify;">
- Commuter Line = 16.500</div>
<div style="text-align: justify;">
---------------------------------------------</div>
<div style="text-align: justify;">
Total = 393.500</div>
<div style="text-align: justify;">
Dibulatkan menjadi <b>Rp. 400.000</b></div>
Ignatius Yudistiro Sampurna, S.Arshttp://www.blogger.com/profile/12605547413283197351noreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-6065260308635379308.post-29316026969384960662012-08-16T18:40:00.001+07:002012-08-16T18:44:06.013+07:00New Megapro become Black Jaguar will become Black Mamba<div style="text-align: justify;">
Hari yang ditunggu dateng juga... Perusahaan tempat saya bekerja telah mentransfer sebagian keuntungannya untuk hak-hak karyawannya termasuk saya, tepat di tanggal terakhir bulan Juli. Keesokannya, tanggal 1 Agustus 2012, saya yang sebenarnya sudah merencakan untuk melakukannya di hari Sabtu mendatang, ternyata dengan mendadaknya saya lakukan hari itu juga... Maklum, kayaknya udah gak sabaran. Lagipula, Sabtu dan Minggu ini gw ada acara mudika.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Hal yang ingin saya lakukan itu adalah mengganti velg dan ban motor. Rencana pun sudah dibuat, mulai dari merk velg dan ban, hitung-hitungan harga, sampai toko yang mau disambangi. Toko yang saya dapat secara online terletak di daerah Harmoni dan Meruya. Alamak... jauh sangat ya... Saya secara spontan mengajak Bapak saya dan langsung mengarah ke Jalan Otista, Kampung Melayu. Saya datangi salah satu toko yang saya lihat ada etalase ban. Setelah dealing dengan penjual toko, saya mendapatkan ban depan IRC tipe RX-01 R ukuran 100/80-17, dan ban belakang RX-01 R 130/70-17, dengan total harga 700rb rupiah. Sayangnya velg yang tersedia hanya warna putih, sedangkan yang saya inginkan adalah yang warna orange repsol. Saya hampir termakan rayuan si penjual toko, tapi untungnya pendirian saya tetap teguh... ngomong2 Si Teguh mana ya????</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Saya pun berpindah ke toko selanjutnya dengan menenteng ban yang sudah saya beli. Di toko kedua tidak menjual velg untuk motor Honda New Megapro. Saya gak kehilangan harapan, dan berlanjut ke toko berikutnya, dan akhirnya saya temukan Velg merk Chemco warna orange Repsol untuk motor saya. Saya deal dengan harga 1,325 juta rupiah. Lalu saya kebingungan, bagaimana cara memasangnya, sementara Toko-toko di sini hanya menjual saja, sementara ada beberapa orang yang seolah-olah menunggu saya. Saya tanya ke penjual toko, siapa mereka. Ternyata mereka adalah orang-orang yang menawarkan bongkar pasang termasuk bongkar pasang velg. "Kerjaannya sih lumayan", kata penjual Toko. Tapi saya disarankan memasang ban ke velg dengan mesin, bukan dengan tangan, supaya tidak merusak velg. Baru kemudian mengganti dengan roda baru dengan jasa orang-orang itu. Di seberang kebetulan ada jasa untuk memasang ban ke dalam velg dengan menggunakan mesin, tempat itu merupakan dealer ban dunlop, ongkosnya sekitar 25rb per ban.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Setelah mendapat informasi tadi, saya membawa velg dan ban ke tempat itu. Benar ongkosnya 25rb per ban, ditambah 5rb per ban kalo mau diisi dengan gas nitrogen. Prosesnya cukup cepat dan saya bisa melihat langsung cara memasangkan ban ke dalam velg dengan mesin.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Velg dan ban sudah terpasang, lalu saya mencoba menawar jasa bongkar pasang di deket toko tadi. Harga yang mereka patok sebesar 100rb, lalu saya tawar di 80 aja dan mereka pun setuju. Saya sih bisa aja nawar lebih rendah, tapi saya takut kalo pekerjaannya jadi asal-asalan.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Selesai juga pemasangannya, dan selama bongkar pasang ban, saya dan Bapak saya memperhatikan pekerjaan mereka, menjaga keteledoran dan kerapihan pekerjaan mereka. Saya pulang dan ban yang original saya bawa dan saya simpan sebagai spare part cadangan di saat darurat. Hasilnya pun memuaskan, dengan mengganti ban gambot, motor saya keliatan lebih gagah dan ganteng. Check it out.</div>
<div style="text-align: center;">
<br /></div>
<div style="text-align: center;">
Ini tampilan awal...</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://fbcdn-sphotos-f-a.akamaihd.net/hphotos-ak-ash4/s720x720/393455_2219473141319_698230191_n.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="201" src="https://fbcdn-sphotos-f-a.akamaihd.net/hphotos-ak-ash4/s720x720/393455_2219473141319_698230191_n.jpg" width="320" /></a></div>
<div style="text-align: center;">
<br /></div>
<div style="text-align: center;">
dan ini hasilnya....</div>
<div style="text-align: center;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="http://1.bp.blogspot.com/-TcXaXz-Omv0/UCzbKUrs4tI/AAAAAAAAAH8/KxieNsnd84s/s1600/black+jaguar.JPG" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="240" src="http://1.bp.blogspot.com/-TcXaXz-Omv0/UCzbKUrs4tI/AAAAAAAAAH8/KxieNsnd84s/s320/black+jaguar.JPG" width="320" /></a></div>
<div style="text-align: center;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Foto di atas sudah dipasang stiker kaca film warna hitam dop di tangki, shroud, dan cover lampu depan dan warna hitam mengkilat di bodi samping dan belakang. Pujian pun banyak dilontarkan dari teman, tapi saya masih mengatakan kalau ini belum sempurna dan masih menunggu ide-ide liar yang siap saya tampung untuk tampilan motor saya ini. Tetapi rencana saya selanjutnya yaitu meningkatkan tenaga motor, dengan cara ganti kanlpot racin custom, CDI, koil, dan lain-lain... pokoknya gak perlu ekstrim lah. O iya, motor saya ini saya beri nama ...... Black Jaguar. Tapi kalo tenaganya udah berhasil saya tingkatkan, nama akan berubah lagi jadi... Black Mamba.</div>
Ignatius Yudistiro Sampurna, S.Arshttp://www.blogger.com/profile/12605547413283197351noreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-6065260308635379308.post-91377040416454569592012-08-16T17:54:00.001+07:002012-08-16T17:54:32.501+07:00Turing (Motor) Ke Bandung bersama Mudika Paroki St. Thomas<div style="text-align: justify;">
<table cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="float: left; margin-right: 1em; text-align: left;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://fbcdn-sphotos-a-a.akamaihd.net/hphotos-ak-ash3/533162_3170526517059_388920880_n.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; margin-bottom: 1em; margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" height="133" src="https://fbcdn-sphotos-a-a.akamaihd.net/hphotos-ak-ash3/533162_3170526517059_388920880_n.jpg" width="200" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Motor2 Peserta Turing Bandung</td></tr>
</tbody></table>
Bulan Juli adalah bulan perpisahan, karena sudah beberapa orang 'penting' yang meninggalkan Paroki St. Thomas, termasuk frater Eko yang akan meninggalkan paroki tercinta untuk melanjutkan pendidikan. Frater Yulius Eko Priambodo telah meninggalkan paroki secara resmi pada hari Minggu tanggal 22 Juli yang lalu, tetapi frater Eko masih ada di gereja ini hingga sampai hari Jumat, barulah dia benar-benar pergi ke Bandung. Sebagai bentuk apresiasi dari Mudika dimana frater Eko ini sangat dekat dengan Mudika, kami mengadakan kunjungan Ke Bandung. Awalnya kami sendiri ingin secara langsung mengiringi kepergiannya dengan menggunakan motor, sekalian turing istilahnya. Sayangnya frater Eko telah dijadwalkan untuk pergi di hari Jumat bersama dengan para Romo. Rencana yang telah dibuat tetap dijalankan, dan kami tetap pergi ke Bandung, dan judul acaranya bukan lagi mengiringi frater Eko tetapi berkunjung ke Seminari Tinggi di Bandung. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Turing motor kali ini diikuti cukup banyak orang, tercatat ada sekitar 12 motor, 6 motor diantaranya berboncengan, serta 2 mobil guna membawa logistik. Total ada sekitar 25 orang yang ikut dan nggak semuanya Mudika, ada orang tua juga, dan yang terpenting Romo Andre yang juga turut serta dalam turing kali ini. Setelah misa Sabtu sore, tanggal 28 Juli, kami berkumpul di halaman Gereja St. Thomas. Persiapan dilakukan seperlunya seperti menempelkan tanda di belakang motor, sehingga ketika di tengah kerumunan atau padatnya lalu lintas, motor kawan dapat dikenali. Rencana semula yang dijadwalkan berangkat paling lama jam 9 malam, ternyata baru berangkat jam 10 malam. Maklum, anak muda. Semua persiapan yang dilakukan serta doa sebagai kekuatan kami, mengawali perjalanan ini.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<div style="text-align: right;">
</div>
<a href="http://2.bp.blogspot.com/-uJ35J-rLCjA/UCzQT_eIa8I/AAAAAAAAAHo/ISvJd7W00fY/s1600/DSCN5127.jpg" imageanchor="1" style="clear: right; float: right; margin-bottom: 1em; margin-left: 1em;"><img border="0" height="150" src="http://2.bp.blogspot.com/-uJ35J-rLCjA/UCzQT_eIa8I/AAAAAAAAAHo/ISvJd7W00fY/s200/DSCN5127.jpg" width="200" /></a>Rute yang diambil adalah Jalan Raya Bogor, Sentul, Puncak lalu terus sampai ke Bandung. Rute Sentul diambil untuk menghindari kemacetan yang ada di Ciawi, Bogor dan sekitarnya. Mengingat kami jalan jam 10 malam dan tepat di malam minggu, kemungkinan di Ciawi masih padat. Perjalanan berhenti dua kali di antaranya di Pom Bensin Pekapuran (Cimanggis) dan Pertigaan Sentul. Perjalanan tidak mengalami kendala, sampai di daerah Sentul, terjadi masalah dengan motor salah satu teman. Gas motor brebet sehingga jalan menjadi tidak lancar. Kami menunggu hampir 1 jam, dan pada akhirnya sumber masalah sudah diketahui yaitu di busi. Setelah busi diganti, motor bisa berjalan dengan lancar dan perjalanan bisa dilanjutkan kembali.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Perjalanan berlanjut melintas puncak dengan jalan menanjak. Tidak ada kendala yang berarti karena semua menggunakan motor berkapasitas sedang (125 ke atas). Ketika jalan menurun, kami juga cukup berhati-hati dan masing-masing pengendara mencoba untuk tidak egois dan bisa mengendalikan motor dengan baik. Kami berhenti lagi di dekat puncak pass, sekedar untuk menghangatkan badan dengan minum minuman yang hangat. Tak terasa sampailah kami di Padalarang.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Di Padalarang ini kami mulai dikawal oleh mobil Patwal. Dengan dikawal oleh Polisi kami berharap perjalanan bisa lancar dan tidak terhalang apapun apalagi gangguan oleh genk-genk motor Bandung yang iseng dan jahil. Tapi, tampaknya justru dengan dikawal seperti ini malah mengundang perhatian banyak orang. Hal yang tidak kami harapkan terjadi pun terjadi. Perjalanan kami mendapat gangguan dari pengendara motor yang nekat. Imbasnya, kecelakan menimpa salah satu teman kami. Mirisnya dia jatuh bukan karena disenggol pengendara motor itu melainkan disenggol mobil patwal yang berusaha menghindari pembalap motor liar itu.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Beruntung, luka yang dialami tidak parah tapi kami tetap mengantar teman kami itu ke rumah sakit terdekat. Di sini kami dan teman kami mencoba untuk sabar dan tidak menyalahkan siapa pun, yang sudah terjadi ya terjadilah. Sekitar 1 jam-an kami menunggu pengobatan teman kami, teman kami merasa cukup kuat untuk bisa melanjutkan perjalanan. Perjalanan pun dilanjutkan dan tidak lama kemudian sampailah kami di Seminari Tinggi Paulus Petrus sekitar jam 3 dini hari.<br />
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://fbcdn-sphotos-a-a.akamaihd.net/hphotos-ak-ash3/600025_3170552677713_2023087888_n.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="213" src="https://fbcdn-sphotos-a-a.akamaihd.net/hphotos-ak-ash3/600025_3170552677713_2023087888_n.jpg" width="320" /></a></div>
</div>
Ignatius Yudistiro Sampurna, S.Arshttp://www.blogger.com/profile/12605547413283197351noreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-6065260308635379308.post-80345061984011812302012-07-12T14:44:00.001+07:002012-07-13T14:41:10.139+07:00JJS TransJakarta Koridor XI<br />
<div style="text-align: justify;">
<span style="background-color: white;">Hari Rabu tanggal 11 Juli 2012 dicanangkan sebagai hari libur se-DKI dalam rangka pemilihan calon Gubernur DKI. Bahkan diperkuat dengan dikeluarkannya SK dari Gubernur, dan mau gak mau perusahaan yang ada di wilayah Jakarta wajib diliburkan kecuali beberapa instansi penting. Kantor saya yang biasanya paling rajin, hari cuti bersama pun kadang-kadang tetep masuk, kali ini hari Rabu diliburkan. Lumayan bro... libur sehari untuk bersantai ria. </span></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Nah, singkat cerita di hari libur bingung mau ngapain, nonton TV bosen, beberapa pose duduk di sofa untuk mendapatkan posisi yang wuenak... tetep aja gak PW. "Ah bosen, keluar rumah aja ah" Tapi kemana? Kebetulan di sini juga ada adek saya yang lagi liburan SD dari kampung. Kenapa gak saya ajak aje adek saya jalan-jalan naik TransJakarta... Murah meriah tapi udah bisa keliling Jakarta. Sekalian saya juga pengen nyobain koridor XI yang baru dibuka dan bus nya baru.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Jadilah kami JJS alias Jalan-Jalan Siang naik TransJakarta. Karena posisi kami ada di Klender jadi perjalanan dimulai dengan naik angkot menuju Kampung Melayu. Biar berasa naik bus nya harus dimulai dari awal. Dalam sekejap kami sampai di Halte TransJakarta Kampung Melayu. Dengan membayar tiket 2x 3500 rupiah, kami bisa masuk ke dalam peron halte. Hal yang pertama kami lihat, peron halte ini lumayan luas. Kedua, kami melihat ada kerumunan yang cukup padat di pintu halte khusus koridor VII jurusan Matraman-Ancol. Untungnya di pintu koridor XI malah sepi, jadi nyaman kalau masuk bus gak berdesak-desakkan.<br />
<a name='more'></a></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<table cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="float: right; margin-left: 1em; text-align: right;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="http://3.bp.blogspot.com/-ud5oIy5j-rY/T_58ZJqTcQI/AAAAAAAAAGU/EfL68g0JB9s/s1600/DSCN4963+-+Copy.JPG" imageanchor="1" style="clear: right; margin-bottom: 1em; margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" height="150" src="http://3.bp.blogspot.com/-ud5oIy5j-rY/T_58ZJqTcQI/AAAAAAAAAGU/EfL68g0JB9s/s200/DSCN4963+-+Copy.JPG" width="200" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Bus TJ karoseri Tri Sakti</td></tr>
</tbody></table>
Baru sampai di pintu halte, bus yang ditunggu udah dateng. Sebelum kita masuk, bus menurunkan penumpang terlebih dahulu di pintu yang berbeda. Bus yang hadir berbalut karoseri dari Tri Sakti. Sekedar info saja, untuk koridor yang baru ini disediakan bus baru dengan warna merah. Sebagian berbalut body dari karoseri Tri Sakti dan sebagian dari karoseri Laksana. Kalau melihat dari review yang sudah ada, saya lebih suka body dari Laksana karena sedikit terlihat rapih finishingnya.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Kami masuk dari pintu belakang, sengaja soalnya mau merasakan dulu kenyamanan seat paling belakang ini. Saat kami duduk kami langsung merasakan getaran mesin. Wadouh... berarti peredamnya gak bekerja donk... atau memang gak ada peredamnya??? Seat paling belakang ini lebih tinggi dari seat yang lainnya karena posisinya berada di atas mesin. Enaknya seat belakang ini karena selain lebih tinggi, seat belakang sejajar dengan arah jalan. Coba dibandingkan seat yang lain, tegak lurus dengan arah jalan dan penumpang saling berhadapan. Jadi segen kalo mau menikmati pemandangan di luar.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<table cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="float: left; margin-right: 1em; text-align: left;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="http://1.bp.blogspot.com/-UwuKi1plons/T_58Gl6pyOI/AAAAAAAAAFM/Y8tBR25zPto/s1600/DSCN4950+-+Copy.JPG" imageanchor="1" style="clear: left; margin-bottom: 1em; margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" height="150" src="http://1.bp.blogspot.com/-UwuKi1plons/T_58Gl6pyOI/AAAAAAAAAFM/Y8tBR25zPto/s200/DSCN4950+-+Copy.JPG" width="200" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Interior TJ karoseri Tri Sakti</td></tr>
</tbody></table>
Ngomong-ngomong konfigurasi seat, ada yang tahu kenapa bus TransJakarta memakai setingan seat saling berhadapan. Itu karena untung memaksimalkan ruang tengah yang dapat digunakan untuk penumpang berdiri. Sama seperti Commuter Jabodetabek, setingan kursinya saling berhadapan semua. Tapi kalo boleh jujur, setingan seat seperti itu kurang nyaman. Selain karena tidak bisa melihat ke luar, seat yang tidak searah dengan arah jalan membuat pandangan penumpang menjadi kabur dan lama-lama menjadi pusing. Secara logisnya, kalo kita melihat benda bergerak dengan cepat (objek di luar bus seolah-olah bergerak) maka ada dua kemungkinan. Kemungkinan yang pertama, mata kita mengikuti gerak objek-objek itu dan kalau hal itu dilakukan dalam waktu yang cukup lama maka mata kita akan kelelahan (pusing). Kemungkinan yang kedua adalah kita mengabaikan objek di luar yang seolah-olah bergerak, tapi mata kita tetap dapat melihat objek yang bergerak itu sebagai objek yang blur yang lama-kelamaan tetap membuat tidak nyaman (pusing). Itulah mengapa kendaraan jarak jauh menggunakan konfigurasi seat yang searah dengan jalan.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Back to The Topic. Penumpang ternyata tidak ramai, namun bus tidak menunggu lama karena mereka mempunyai time schedule. Jadi mau ramai atau sedikit bus tetap berjalan sesuai dengan yang dijadwalkan. Bus mulai berjalan, dan getaran yang terasa di seat belakang ini makin menjadi-jadi. Terutama ketika bus melaju meningkatkan rpm dan kecepatannya. Saya merasakan mesin bus ini bener-bener kasar. Nggak tau ya... apa emang mesinnya yang kasar atau cara sopir mengendarainya yang kasar. Bus ini menggunakan mesin import dari negara gingseng, kemudian oleh perusahaan lokal bus dirakit dan dirancang dengan persneling automatic dan menggunakan bahan bakar gas (CNG). Mungkin yang perlu dipertanyakan adalah masalah maintenance atau perawatannya. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Bus melaju dari satu halte ke halte berikutnya, jalur koridor XI saat ini cukup lengang, hanya sedikit terhambat di sekitar pasar jatinegara. Jalannya juga cukup halus, hanya terasa getaran sedikit ketika melewati jalan yang tidak rata. Mungkin ini berkat suspensi udara yang bekerja dengan cukup baik. Perjalanan sampai ketika bus menaiki sebuah fly over melewati jalan dan jalur rel kereta api. Kalo dihitung di peta yang ada, berarti tinggal 3 halte lagi yaitu Penggilingan, Kantor Walikota Jaktim dan Pulo Gebang. Kebetulan saya belum pernah jalan-jalan di sekitar daerah ini. Sampailah kami di sebuah halte yang cukup besar dan keren dan melihat papan dengan nama PT Jaya kontruksi sebagai pembangun halte ini. Sebenarnya cukup tergoda untuk turun di sini, tetapi melihat masih ada satu halte lagi... jadi tanggung.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<div style="text-align: right;">
</div>
<table cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="float: right; text-align: left;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="http://3.bp.blogspot.com/-vEdEBRdCdE8/T_58OfuhOzI/AAAAAAAAAFs/XameWX4KMqQ/s1600/DSCN4954+-+Copy.JPG" imageanchor="1" style="clear: right; margin-bottom: 1em; margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" height="150" src="http://3.bp.blogspot.com/-vEdEBRdCdE8/T_58OfuhOzI/AAAAAAAAAFs/XameWX4KMqQ/s200/DSCN4954+-+Copy.JPG" width="200" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Peron</td></tr>
</tbody></table>
Ternyata oh ternyata... ini adalah perhentian yang terakhir. Saya jadi ingat kenapa bus ini tidak mengantarkan sampai ke Pulo Gebang. Itu karena Terminal Pulo Gebang belum selesai dibangun. Terminal yang rencananya menjadi terminal terbesar di Jakarta untuk menggantikan Terminal Pulo Gadung ini belum kelar dan masih dalam tahap pembangunan. Mungkin sekitar tengah tahun atau akhir tahun ini, terminal itu bisa dinikmati. Kemungkinan yang terjadi jika terminal itu sudah dibuka adalah load penumpang di koridor XI ini akan semakin meningkat. Sekarang jelas mengapa koridor XI semuanya memakai bus gandeng, itu karena untuk persiapan menghadapi load penumpang saat Terminal Pulo Gebang dibuka.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br />
<div style="text-align: left;">
</div>
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="float: right; margin-left: 1em; text-align: right;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="http://4.bp.blogspot.com/--vpndH41hdM/T_58Iq2UijI/AAAAAAAAAFU/b5xIV7pJyeY/s1600/DSCN4951+-+Copy.JPG" imageanchor="1" style="clear: left; margin-bottom: 1em; margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" height="150" src="http://4.bp.blogspot.com/--vpndH41hdM/T_58Iq2UijI/AAAAAAAAAFU/b5xIV7pJyeY/s200/DSCN4951+-+Copy.JPG" width="200" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Toilet dan Mushola</td></tr>
</tbody></table>
<table cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="float: right; text-align: right;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="http://1.bp.blogspot.com/-ArNwZa0X_8k/T_58KXC4H2I/AAAAAAAAAFc/xeGOdAmPKHs/s1600/DSCN4952+-+Copy.JPG" imageanchor="1" style="clear: right; margin-bottom: 1em; margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" height="150" src="http://1.bp.blogspot.com/-ArNwZa0X_8k/T_58KXC4H2I/AAAAAAAAAFc/xeGOdAmPKHs/s200/DSCN4952+-+Copy.JPG" width="200" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Taman Halte</td></tr>
</tbody></table>
<span style="background-color: white;">Biarpun nggak sampe Pulo Gebang, sampe di halte TJ Kantor Walikota Jakarta Timur juga cukup puas. Haltenya keren dan cukup besar, walaupun nggak sebesar Kampung Melayu tapi fasilitasnya cukup lengkap. Ada toilet dan mushola, bahkan di tengah-tengah ada taman, lumayan buat penyegar kru dan penumpang saat di teriknya matahari. Setelah puas menikmati halte ini, saya bersiap naik TransJakarta kembali. Di jalur sebelah sudah menunggu 2 bus, saya pilih bus yang terakhir saja soalnya bodynya dari Laksana. Gantian bro, tadi naik yang Tri Sakti sekarang yang Laksana punya.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<table cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="float: left; text-align: right;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="http://1.bp.blogspot.com/-Gw_AP3CqoII/T_58S1SRz8I/AAAAAAAAAF8/2EciMb35lLU/s1600/DSCN4958+-+Copy.JPG" imageanchor="1" style="clear: right; margin-bottom: 1em; margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" height="150" src="http://1.bp.blogspot.com/-Gw_AP3CqoII/T_58S1SRz8I/AAAAAAAAAF8/2EciMb35lLU/s200/DSCN4958+-+Copy.JPG" width="200" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Tanda Ruang khusus Wanita</td></tr>
</tbody></table>
Masuk ke bus berbody dari karoseri Laksana, interiornya lebih rapih dan modern. Kalo tadi berangkat saya duduk paling belakang, sekarang gantian duduk paling depan. Saya dan adik saya duduk tepat di belakang pask sopir. Belum ada semenit duduk, ada mbak-mbak di depan saya bilang. "Mas, bagian depan khusus wanita". Saya pun langsung kaget plus setengah gak percaya. "Masa mbak???" "Iya mas, gak apa2 sih duduk situ, paling nanti juga disuruh pindah sama petugas" .... eng ing eng... saya langsung angkat bokong saat itu juga sambil tersenyum malu sama si mbak tadi, termasuk adik saya, biarpun anak kecil tapi itungannya dia cowok juga. Saya memperhatikan interior di kabin depan, dan benar ada tandanya yang berukuran cukup besar. Mungkin karena saya masuk dari pintu depan jadi nggak sempet ngeliat tanda-tanda itu. Beruntung juga tadi masih sepi.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<table cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="float: right; text-align: right;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="http://3.bp.blogspot.com/-2mSi4-moL9I/T_58VLsD5MI/AAAAAAAAAGE/9FEzDch8EXw/s1600/DSCN4959+-+Copy.JPG" imageanchor="1" style="clear: right; margin-bottom: 1em; margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" height="200" src="http://3.bp.blogspot.com/-2mSi4-moL9I/T_58VLsD5MI/AAAAAAAAAGE/9FEzDch8EXw/s200/DSCN4959+-+Copy.JPG" width="150" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Interior TJ karoseri Laksana</td></tr>
</tbody></table>
Akhirnya kami duduk di deket poros kabin belakang. Bus berjalan dengan penumpang cukup penuh dan saya merasakan nyaman-nyaman saja. Getaran mesin tidak terasa dan suaranya masih terdengar sedikit. Ayunan suspensi juga lebih lembut. Semua itu wajar aja sih karna kami duduk di tengah, jadi terasa lebih nyaman. Perjalanan dari Penggilingan setelah melewati fly over cukup tersendat. Ini akibat dari arus kendaraan yang lumayan banyak, dan tidak ada jalur busway. Bus TransJakarta dari fly over sampai Cipinang tidak dipisah. Kalau lalu lintas macet, kami juga ikut macet. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br />
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<table cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="float: left; text-align: left;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="http://3.bp.blogspot.com/-KM8C-vUtDDA/T_58XMdHcoI/AAAAAAAAAGM/fq-5sH2L3KA/s1600/DSCN4960+-+Copy.JPG" imageanchor="1" style="clear: left; margin-bottom: 1em; margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" height="150" src="http://3.bp.blogspot.com/-KM8C-vUtDDA/T_58XMdHcoI/AAAAAAAAAGM/fq-5sH2L3KA/s200/DSCN4960+-+Copy.JPG" width="200" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">TJ karoseri Laksana</td></tr>
</tbody></table>
Kami turun di Halte Pasar Klender, tinggal jalan sebentar trus naik angkot, kami sampai di rumah. Perjalanan yang cukup singkat tapi cukup memuaskan, untuk bisa menikmati bus TransJakarta di koridor XI ini. Saya nggak sabaran menunggu dibuka terminal yang baru itu, Terminal Pulo Gebang.</div>Ignatius Yudistiro Sampurna, S.Arshttp://www.blogger.com/profile/12605547413283197351noreply@blogger.comJalan Mesjid Tanah 80, Jakarta Capital Region 13420, Indonesia-6.2228571198628861 106.90096378326416-6.2268036198628858 106.89602828326416 -6.2189106198628865 106.90589928326416tag:blogger.com,1999:blog-6065260308635379308.post-12432662885210958532012-07-10T16:45:00.000+07:002012-07-10T17:01:38.051+07:00Republish My Blog<div style="text-align: justify;">
<span style="background-color: white;">Blog yang dibuat entah kapan sekarang bisa online kembali. "Lha emang sebelumnya gak bisa online???" Bisa, cuma kagak pernah diupdate, jadi kesannya nih blog udah mati. Nah, barusan udah diupdate, berikut sama settingan-settingan HTML-nya... Walaupun ada kendala sedikit tadi, ya akhirnya semua berjalan dengan lancar. (Gara-gara ini gw musti mengingat kembali ilmu IT yang hampir punah di otak gw)... Sekarang comment menggunakan commentnya Facebook. Biar gw tahu siapa aja yang comment... </span><br />
<span style="background-color: white;"><br /></span><br />
<span style="background-color: white;">Tapi renovasi ini belum selesai gan... masih pengen <i>dicakepin</i> lagi. Belum tahu mau diapain lagi, soalnya settingan blog ini belum di-<i>explore</i>.</span><br />
<span style="background-color: white;"><br /></span><br />
<span style="background-color: white;">Oke bro, selamat menikmati Tulas Tulis. Mudah2an informasi dan cerita yang saya berikan bisa bermanfaat bagi yang bisa memanfaatkannya... hehehe</span></div>Ignatius Yudistiro Sampurna, S.Arshttp://www.blogger.com/profile/12605547413283197351noreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-6065260308635379308.post-19696511325176341092012-07-02T15:27:00.001+07:002012-07-10T17:05:45.039+07:00Ngantri Tiket Kereta Ekonomi<div style="text-align: justify;">
Menjelang 1 Juli 2012, tepat 2 jam sebelum itu, saya dan Bapak saya tiba di Stasiun Pasar Senen. Kami berniat untuk membeli tiket Kereta Ekonomi untuk Bapak saya pulang kampung ke Klaten dan mengantarkan adik saya yang kebetulan masih sekolah SD di kampung. Kenapa kami berdua datang malem-malem karna menurut info yang Bapak saya dapat, pembelian tiket KA baru dibuka jam 12 malam nanti. Paling nggak dengan datang 2 jam lebih awal, kami tidak mengantri panjang.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Sayangnya, perkiraan itu meleset jauh. "Buset!" Ternyata antriannya sudah panjang banget, mungkin kalo diukur ada sekitar 50-100 meter panjangnya. Loket belum dibuka aja, antriannya sudah segini panjangnya. Ada kemungkinan orang-orang ini sudah mengantri dari sore atau siang. </div>
<div style="text-align: justify;">
<a name='more'></a><br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Kata Bapak, "Mau gak mau". Ada banyak hal kenapa kami memilih kereta api dibandingkan bus. Pertama, jauh lebih murah. Tidak penjelasan karna kereta ekonomi dari dulu memang paling murah dari yang lain, dan mau ada event apapun entah itu Liburan sekolah atau Lebaran, tarifnya tidak naik. Unik bukan... ? Apalagi, tiketing untuk kelas ekonomi sekarang lebih rapih, yang artinya tidak ada desak-desakan lagi dan tidak ada yang berdiri. Saya jadi bertanya-tanya, lalu apa bedanya kelas ekonomi dengan kelas bisnis yang harganya bisa beda 3-6 kali lipat. Lha wong sama-sama non AC. Entahlah, yang jelas hal-hal itu yang menjadikan Kereta kelas Ekonomi menjadi favorit masyarakat umum. Saya katakan umum karena yang ikut ngantri gak hanya golongan ke bawah tetapi ada golongan menengah. Makanya tidak heran kalau antriannya sudah sangat panjang.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Tetapi saya tetap merasa aneh, karna biarpun kelas ekonomi menjadi yang terfavorit, tapi antriannya gak gini juga kaleee... Akhirnya biar nggak bingung, kami bertanya ke Petugas keamanan. Ternyata, loket pemesanan yang dibuka pada pukul 00.00 tanggal 1 Juli 2012 nanti, adalah pemesanan untuk pemberangkatan sampai dengan 90 hari ke depan. Ini artinya tidak hanya untuk pulang Liburan sekolah saja, tetapi kita juga sudah bisa memesan tiket untuk Lebaran nanti. Wadouh... kok bisa digabung, padahal arus Liburan belum selese. Kami, salah satunya yang berniat untuk membeli tiket untuk pulang dari Liburan sekolah yang akan selesai 2 minggu lagi, terpaksa harus ikut mengantri dengan mereka yang rata-rata ingin membeli tiket Lebaran.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Di saat ikut ngantri, saya dikasih petunjuk untuk mengisi formulir. Hal ini untuk kemudahan pendataan, kata petugas keamanan. Di formulir, ada nama siapa saja yang akan naik kereta, beserta nomor identitas atau KTP. Mungkin dengan ini mengurangi adanya percaloan, karena pada waktu akan berangkat nanti, tiket penumpang akan diperiksa, sesuai atau tidak nama yang tertera di tiket dengan nama penumpang. Masa iya sih, calo juga ikut naik kereta. wkwkwk. Dalam formulir hanya terdapat 4 baris nama yang artinya maksimal satu orang yang mengantri hanya dapat membeli untuk 4 orang saja.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<a href="http://3.bp.blogspot.com/-3gPoOwcMMio/T_Ffd85TETI/AAAAAAAAAD0/zcKsz_QSJfk/s1600/DSC_0079+-+Copy.JPG" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="150" src="http://3.bp.blogspot.com/-3gPoOwcMMio/T_Ffd85TETI/AAAAAAAAAD0/zcKsz_QSJfk/s200/DSC_0079+-+Copy.JPG" width="200" /></a>Waktu sudah menunjukan pukul 00.00, dan loket mulai dibuka. Di loket sebelah selatan ini ada 5 loket yang dibuka untuk pemesanan kelas ekonomi, tetapi jumlah loket itu kelihatan tidak bisa memenuhi harapan orang-orang yang mengantri ini, yang menginginkan pelayanan yang cepat. Antrian maju begitu lambat, sementara antrian keliatan tidak teratur dan semerawut, ada yang duduk, ada yang tetap berdiri. Saya dan Bapak saya memilih bergantian, supaya yang satu bisa istirahat dan yang satu lagi ikut mengantri.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Tetapi ada hal-hal lucu dan menghibur saat mengantri. Mereka yang mengantri kadang-kadang berteriak "Maju!!!"... atau "Maju woy!!!"... pokoknya dengan kalimat dan logat mereka sendiri. Kadang ada orang yang baru datang dan tiba-tiba menyerobot. Beruntungnya ada yang berteriak... Woiii!!! Ngantri dari belakang, woi!!!... yang kemudian menyadari orang-orang untuk mengenali satu sama lain, paling gak orang di depan dan belakang kita sudah kenal. Pada akhirnya jadi hiburan tersendiri, saat ada yang nyerobot lagi... langsung diteriakin, langsung rame.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="http://2.bp.blogspot.com/-hNAvfjYjDSE/T_Ffx-O79YI/AAAAAAAAAD8/pUJi73V3Q7s/s1600/DSC_0081+-+Copy.JPG" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="150" src="http://2.bp.blogspot.com/-hNAvfjYjDSE/T_Ffx-O79YI/AAAAAAAAAD8/pUJi73V3Q7s/s200/DSC_0081+-+Copy.JPG" width="200" /></a></div>
Lama sudah mengantri, gak sadar kalo sudah subuh. Sekitar jam 4 pagi, antrian sudah maju dan saya tinggal sekitar 12 meter lagi sampai di loket. Walaupun sedikit terhibur dengan teriakan orang-orang, tapi pelayanan yang lambat membuat saya cukup kesal. Apalagi barisan saya yang paling lambat. Jangan-jangan petugas loketnya baru training kali... Rasa lelah dan kesal bercampur satu, tapi tetap berpikir maju terus, karna sudah tanggung. Capek capek sekalian. Lalu pagi pun datang, jam 6 pagi masih sekitar 30an orang lagi dan masih dengan pelayanannya yang lambat.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Kesabaran kami membuahkan hasil. Akhirnya lega juga, sekitar jam setengah 8 tinggal 3 orang lagi di depan. Sementara saya menikmatinya dengan melihat antrian yang masih ramai dan panjang, dan memperhatikan orang-orangnya dengan ekspresinya masing-masing. Mereka yang sudah memegang tiket karna mengantri sejak malam tadi memancarkan ekspresi muka yang sumringah, lega dan tentunya pasti senang. <span style="background-color: white;">Mereka yang berada sekitar 3 orang dari depan, kelihatan berharap-harap cemas dan dengan muka yang sedikit lega dan sumringah.</span><span style="background-color: white;"> Sementara mereka yang berada di tengah antrian, masih merasa galau, gundah, antara dapat atau tidak tiketnya. Mereka yang berada di barisan paling belakang, merasa tidak yakin untuk ikut mengantri atau tidak, maju terus atau mundur. Dan... mereka yang baru datang, terlihat bingung,,, sambil bertanya kepada Petugas Keamanan, ini antrian apakah, bagaimana bisa mendapatkan tiket dan seterusnya... Lucu juga orang-orang yang baru di tahap ini, karna mereka akan melanjutkan ke tahap-tahap selanjutnya. Pasti akan lebih berat, karna hari sudah terang, dan siang hari akan panas terik.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="http://4.bp.blogspot.com/-Q_fgDzfGzdA/T_Ff8B2Hz0I/AAAAAAAAAEM/CW7UQC2l_Rs/s1600/DSCN4942+-+Copy.JPG" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="240" src="http://4.bp.blogspot.com/-Q_fgDzfGzdA/T_Ff8B2Hz0I/AAAAAAAAAEM/CW7UQC2l_Rs/s320/DSCN4942+-+Copy.JPG" width="320" /></a></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="http://4.bp.blogspot.com/-3LSgCdz5pcY/T_FgDKEZXgI/AAAAAAAAAEc/zQ6NJPcJGJY/s1600/DSCN4944+-+Copy.JPG" imageanchor="1" style="background-color: white; margin-left: 1em; margin-right: 1em; text-align: center;"><img border="0" height="240" src="http://4.bp.blogspot.com/-3LSgCdz5pcY/T_FgDKEZXgI/AAAAAAAAAEc/zQ6NJPcJGJY/s320/DSCN4944+-+Copy.JPG" width="320" /></a></div>
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="http://3.bp.blogspot.com/-8H1M7Re1jh0/T_Ff3GRdvqI/AAAAAAAAAEE/8Jk8Km1A2ro/s1600/DSCN4937+-+Copy.JPG" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="240" src="http://3.bp.blogspot.com/-8H1M7Re1jh0/T_Ff3GRdvqI/AAAAAAAAAEE/8Jk8Km1A2ro/s320/DSCN4937+-+Copy.JPG" width="320" /></a></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="http://3.bp.blogspot.com/-tBxHIKkaSbw/T_Ff-wHh80I/AAAAAAAAAEU/qOtxpkL750M/s1600/DSCN4943+-+Copy.JPG" imageanchor="1" style="background-color: white; margin-left: 1em; margin-right: 1em; text-align: center;"><img border="0" height="240" src="http://3.bp.blogspot.com/-tBxHIKkaSbw/T_Ff-wHh80I/AAAAAAAAAEU/qOtxpkL750M/s320/DSCN4943+-+Copy.JPG" width="320" /></a></div>
<br />
<span style="background-color: white;">Tiket sudah kami peroleh, dan sebelum kami pulang, kami duduk istirahat dulu. Sampai rumah, rasa lelah dan pegal-pegal terbayarkan dengan tidur hingga siang hari...</span></div>Ignatius Yudistiro Sampurna, S.Arshttp://www.blogger.com/profile/12605547413283197351noreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-6065260308635379308.post-10349105492058183532012-04-16T15:48:00.001+07:002012-07-10T17:05:56.411+07:00Touring Keberuntungan (Bismania)<div style="text-align: justify;">
Hai-hai... lama tak jumpe...</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Kali ini saya mau menulis report turing, Touring Keberuntungan. Mengapa disebut Touring Keberuntungan? Karena saya merasa mendapat banyak sekali faktor luck dalam perjalanan saya kali ini. Awalnya saya nggak ada niat untuk membuat report turing, tapi lama-lama tangan saya gatel pengen menulis, soalnya udah lama nggak kasih report. Lagian gak ada salahnya khan, kita share kita punya pengalaman... Mungkin ceritanya bakal panjang, membosankan, foto2nya kurang, dll. In spite of that, I hope you enjoy my story.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
OKe, ceritanya dimulai dari sejak rasa penasaran saya sama armada yang satu ini. Dari power mesin nya, dari interiornya, terutama dari seatnya... Yapp... itu adalah Nu3tara NS-01 yang terbaru, yang baru ngelen sekitar bulan Januari tahun ini. Sementara yg empunya Forum ini udah ngerasain 4x (dapet hot seat pula), dan warga Bandung yang mungkin sudah mencoba berkali-kali, lantaran NS-99 seat elektrik sudah ngelen duluan tahun lalu. Saya sendiri terakhir naik Nu3tara Super Eksekutif sekitar 2-3 tahun yang lalu, karena memang harga di kelas ini terbilang tinggi. Kali ini saya paham dan mengerti kalau harga yang akan saya bayar bakalan tinggi, dan memang sudah konsekuensinya dan saya telah mempersiapkan segalanya selama sebulan lamanya.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Sempat direncanakan turing dilakukan pada akhir Februari, tetapi gatot alias gagal total karna nggak dapet hot seat, dapetnya malah seat belakang. Akhirnya... searching lagi tanggal yang pas. Nah... ketemu hari libur tgl 23 yang jatuhnya hari Jumat. Setelah dicek berdasarkan hongshui, tanggal 22-25 merupakan tanggal yang baik untuk melakukan perjalanan. Percaya atau tidak ... bisa dibuktikan pada cerita selanjutnya... Dan tiketnya langsung saya beli (bukan pesen lagi bro), dimana waktu itu saya datang langsung ke Kantor Nu3tara di Daan Mogot pada tanggal 18 Februari. Saya bertanya untuk perjalanan pp tanggal 22-23, ternyata pas tanggal 22, seat depan masih kosong jadi saya langsung ambil seat 1C. Sedangkan untuk perjalanan pulangnya, saya dapet seat 4C (seat ini sebenarnya sudah saya booking via telepon beberapa hari yang lalu).</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
SKIP... menunggu untuk turing selama 1 bulan itu bukan hal yang gampang... soalnya saya bukan orang sabaran kalau soal turing... hhhehe</div>
<div style="text-align: justify;">
<a name='more'></a><br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Tanggal 22 Maret, saya nggak masuk kerja, jadi bisa istirahat dulu dan berangkat tidak terburu-buru. Saya datang ke Terminal Rawamangun jam 5 sore, sebelumnya saya memang meminta untuk naik dari terminal ini. Saya keliling terminal, ternyata Si Putih Scania - begitu panggilan saya sama armada yang satu ini seterusnya - belum datang. Memang suasana di terminal Rawamangun saat itu sangat-sangat ramai. Terlihat PO tujuan Jepara, dsk nggak hanya ada 1 atau 2 armada saja, melainkan bisa 4 sampai 5 armada.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Akhirnya jam 6 kurang, Si Putih Scania dateng juga. Yang mengejutkan, ternyata saya nggak turing sendirian. Di dalam ada Bagus Tanoto dan adiknya Bagus juga orangtua dan saudaranya. Jadinya ada temen turing nih, hehehe... Inilah Keberuntungan saya yang pertama. Si Putih ternyata ditunggani driver aslinya yaitu Pak (Mbah) Darsono dan Pak Tris, dan ini Keberuntungan yang Kedua. And You Know, harga tiket yang harus saya bayar pada waktu membeli tiket sebulan yang lalu, sebesar 200 ribu Rupiah, dan tidak ada kenaikan sama sekali. Sementara untuk PO yang lain ada kemungkinan naik, karna long weekend. Dan ini menjadi Keberuntungan saya yang Ketiga.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="http://i848.photobucket.com/albums/ab46/ysampurna2/tiketnu3SE.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="320" src="http://i848.photobucket.com/albums/ab46/ysampurna2/tiketnu3SE.jpg" width="212" /></a></div>
<div style="text-align: justify;">
Jam 7 kurang, kami berangkat dengan Pak Tris sebagai driver pertama. Kami keluar terminal bareng Muji Jaya MD-88 dan Shantika Scorpion King putih ijo, dengan posisi paling depan Shantika, kemudian Muji, dan paling belakang Si Putih Scania. Awal perjalanan kurang begitu menarik perhatian, baru setelah memasuki Tol Cikampek saya menikmati sensasi naik bus ber-tenaga besar. Muji Jaya MD-88 dapat terlewati karna posisi Si Putih lebih menguntungkan sedangkan Muji terhambat mobil-mobil kecil. Setelah itu Si Putih berlari melewati bis-bis lain yang bagi saya adalah hal yang biasa saja (sudah bukan hal yang istimewa lagi). Nah, ketika ketemu Shantika Scorpion King putih ijo barulah saya cukup terkesima. Shantika memang berlari cukup cepat berada di kiri jalan dan sesekali menyalip lewat bahu jalan, sedangkan Si Putih berada di kanan jalan. Si Putih nggak mau kalah cepat, dan berusaha menerobos jalanan yang sebenarnya nggak mudah untuk diterobos karna cukup padatnya kendaraan yang ada di depan. Awalnya tertinggal jauh, tetapi ternyata lalu lintas berpihak kepada kami, dan benar saja kami melewati Shantika ijo yang terjebak truk dan sebagai bonus kami juga mendapatkan Sinjar Jaya 14 ZX.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<iframe allowfullscreen="" frameborder="0" height="315" src="http://www.youtube.com/embed/qhO_7hrS6WU" width="420"></iframe><br />
<br />
<div style="text-align: justify;">
Setelah KM tertentu dan saya lupa dimana itu, bertemulah kami dengan Muji Jaya Kuning, ex-batangan Mas Bambang MD-88. Saya sih mikirnya si Kuning MJ itu akan tersalip dalam waktu yang tidak lama. Tetapi nyatanya sebaliknya. Saya melihat MJ Kuning ini berlari dengan agresif sekali. Namun, Pak Tris ini tetap tenang, dan tidak tergoda dengan goyangan-goyangan MJ Kuning. Klo saya terawang, mungkin Pak Tris nggak mau terburu-buru dulu. Dan setelah beberapa lama, Si Putih mendapat peluang meng-OT MJ Kuning. Tiba di Gerbang Tol Kalihurip, saya melihat antrian yang cukup panjang di 2 loket. Saat Si Putih sudah dalam posisi di loket pembayaran, tiba-tiba MJ Kuning mendahului dari kiri. "Lho, kok dia bisa cepet ya, apa nggak bayar tol" pikir saya. Kelihatannya ada loket yang baru dibuka dan MJ berhasil posisi pertama.</div>
<br />
<iframe allowfullscreen="" frameborder="0" height="315" src="http://www.youtube.com/embed/xB03P4ZCfoM" width="420"></iframe><br />
<br />
<div style="text-align: justify;">
Sepanjang jalan Dawuan masih tetap membuntuti MJ Kuning. Di Jalan Bekasi Raya yang cukup padat ini, Si Putih mencoba menyalip lewat lajur kiri (sementara MJ kuning berada di lajur kanan). Nah saat momen menerobos lewat jalur kiri inilah, tiba2 Si Putih dilempar kaleng minuman softdrink oleh seseorang dari pinggir jalan. Kemungkinan dia merasa kesal atau kaget. Untungnya, tidak ada kerusakan akibat insiden kecil itu. Sayangnya lagi, momen itu tidak saya rekam dengan kamera. Selanjutnya adalah perjalanan yang biasa saja dan sebelum berhenti di RM Taman Sari I, saya sempat merekam Si Putih saat melewati perbaikan Jalan di sekitar Pamanukan.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Sesampainya di RM Taman Sari I dengan pelataran parkirnya yang masih kosong, saya langsung ke meja prasmanan. Menunya lumayan ajib dan menggoda selera. Ada martabak telor, sayur tahu, ayam bumbu kecap, dan satu lagi masakan yang mirip rawon, isinya daging dengan potongan2 kecil.</div>
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="http://i848.photobucket.com/albums/ab46/ysampurna2/Pras-NS-01.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="240" src="http://i848.photobucket.com/albums/ab46/ysampurna2/Pras-NS-01.jpg" width="320" /></a></div>
<br />
<div style="text-align: justify;">
Setelah kenyang, langsung lanjut ke ritual wajib, yaitu foto-foto. Tidak lama kemudian NS-04 datang, kebetulan kita lagi photo session. Tetapi karena tempat parkirnya sempit, ya saya ndak bisa foto. Setelah sesi potret yang terakhir berhasil, saya dan rekan seperjalanan saya naik ke bus, karena sudah dipanggil dari tadi. Keasyikan photo hehehe...</div>
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="http://i848.photobucket.com/albums/ab46/ysampurna2/NS-01_3.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="300" src="http://i848.photobucket.com/albums/ab46/ysampurna2/NS-01_3.jpg" width="400" /></a></div>
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="http://i848.photobucket.com/albums/ab46/ysampurna2/NS-01_2.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="300" src="http://i848.photobucket.com/albums/ab46/ysampurna2/NS-01_2.jpg" width="400" /></a></div>
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="http://i848.photobucket.com/albums/ab46/ysampurna2/LookatScania.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="300" src="http://i848.photobucket.com/albums/ab46/ysampurna2/LookatScania.jpg" width="400" /></a></div>
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="http://i848.photobucket.com/albums/ab46/ysampurna2/NS-01_1.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="300" src="http://i848.photobucket.com/albums/ab46/ysampurna2/NS-01_1.jpg" width="400" /></a></div>
<br />
<div style="text-align: justify;">
Kali ini perjalanan Si Putih Scania ditunggangi oleh Pak Darsono. Kesan pertama sebenarnya diluar ekspektasi saya, beliau santai mengendarai Si Putih Scania ini. Padahal menurut komentar temen-temen yang pernah ikut beliau, Pak Darsono ini "joss lho". Tetapi saya pun tetap setia mengamati perjalanan. Sesampainya di suatu daerah sekitar Jatibarang, Pak Darsono membelokan arah (ke kiri) berlainan dengan bus-bus lain yang berjalan (terus) lurus. "Lho kok lewat sini ya..." gumam saya dalam hati. Setelah sekian lama berjalan sendirian di jalanan yang sepi, saya mulai menduga-duga, "Jangan2 ini jalur lama antara Pamanukan - Indramayu – Cirebon, yang dulu biasa dilewati sekitar tahun 90an???" Dilihat dari ciri-ciri jalan yang sangat lebar, tetapi jalan ini sangat sepi dan minim pencahayaan, dan sesekali benar-benar tanpa lampu jalan (yang ada hanya lampu kendaraan). "Wwooowww... ini benar-benar luar biasa buat saya nih..." Saya semakin yakin kalau ini memang jalur lama setelah saya mendengar percakapan Beliau dengan Bro Bagus dan saya cek lewat GPS di ponsel saya. Jadi Pak Darsono ini dari Jatibarang belok kiri lewat Karangampel, suatu nama daerah yang sebenarnya nggak asing buat saya. Dari Karangampel belok ke arah selatan, ujung-ujungnya bisa ke Kota Cirebon dan Kanci. Alasan Pak Darsono melewati jalur ini, ya karena sepi itu tadi. Kalo jalur biasa katanya banyak truk-truk, jadi nggak bisa jalan kenceng. Benar saja, dengan lewat jalur ini, laju Si Putih jadi cepat sekali, beda saat sesudah Rumah Makan.</div>
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="http://i848.photobucket.com/albums/ab46/ysampurna2/JalurKarangampel-Cirebon.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="198" src="http://i848.photobucket.com/albums/ab46/ysampurna2/JalurKarangampel-Cirebon.jpg" width="320" /></a></div>
<div style="text-align: justify;">
Karena jalan sepi, otomatis membuat saya menjadi agak ngantuk dan lama-lama ketiduran. Bangun-bangun sudah ada di suatu jalan, entah dimana saya belum tahu. Nggak lama kemudian bis berhenti di suatu Rumah Makan yang sudah sangat sepi. Di situ ada tertulis RM. Kalijaga, mudah-mudahan nggak salah baca ya. Saya pun nggak lama kemudian tertidur lagi. Bangun tidur yang kedua kalinya saya sudah berada di jalur antara Losari dan Pejagan, waktu itu saya melihat flyover. Daerah-daerah ini memang sudah asing bagi saya, lantaran tidak pernah lewat jalur ini lagi dan perkembangan di jalur ini cukup pesat (salah satunya, ya adanya fly over itu). Akhirnya saya melihat tempat yang familiar, yaitu pertigaan Pejagan. Tanda-tandanya ada di pintu KA, lampu merah di pertigaan, dan bus-bus malam yang datang dari arah Selatan.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Dan saya pun tertidur lagi. Rasanya memang sayang kalo kita naik kelas Super Eksekutif kalau kita nggak tidur.... hehehe. Saya mulai terbangun ketika menjelang Jalur Alas Roban. Nah, moment seperti ini yang memaksakan diri saya untuk tetap terjaga. Jalur meliuk-liuk disertai turunan dan tikungan yang tajam. Alas Roban, masih menjadi jalur yang fenomenal buat saya. Tetapi sayangnya jalannya sudah tidak mulus lagi, banyak sekali lubang-lubang dan aspal yang tidak rata. Hal ini menjadi kesulitan tersendiri buat Si Putih Scania untuk menyalip bus Safari Dharma Raya yang ada di depan.</div>
<br />
<iframe allowfullscreen="" frameborder="0" height="315" src="http://www.youtube.com/embed/NLAGOQp2io8" width="420"></iframe><br />
<br />
<div style="text-align: justify;">
Pak Tris kembali di belakang kemudi. Perjalanan menuju perbatasan Kabupaten Semarang masih cukup seru. Saya yang sudah nggak bisa lagi tidur, justru malah merasa was-was. Waktu sudah menunjukan pukul 04.30 pagi, tetapi belum juga sampai Semarang. Kalau normalnya, jam setengah 5 pagi sudah sampai Kudus atau paling nggak Kota Semarang. Namun kecemasan saya langsung pudar saat Si Putih sedang beradu dengan Black Bus scorpion king, yang sepertinya jatah LB. Sayangnya tidak berlangsung lama, Pak Tris mengeksekusinya cukup cepat, dan memang kita agak kesiangan saat itu, jadi ya... bisa ditebak khan. Joss gandoss.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
At last, Selamat Jalan Kabupaten Kendal. Nggak lama kemudian sampailah kami di pertigaan RM. Pantes. Di sini seperti biasa, Nu3 selalu memotong jalur. Niat supaya lebih cepat malah kandas, si ular besi mau lewat. Jalur ini tembusannya tepat sebelum Terminal Mangkang. Biasanya bus AKAP diwajibkan masuk ke terminal ini, tetapi Si Putih ini malah jalan terus. Posisinya yang dikanan sementara ada bus di kiri yang menghalangi dan akhirnya memilih jalan terus.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Sisa-sisa perjalanan di Kota Semarang tidak ada yang menarik, malah kecemasan saya kembali muncul. Niat saya untuk ke Kota Pelajar bisa terancam gagal. Sejak awal saya berencana ke Jogja dengan mengambil perjalanan Patas Nu3 Kudus - Jogja paling pertama yaitu jam 5. Kenapa harus yang pertama? Menurut jadwal yang ada di website Nu3, jika saya naik patas yang pertama, maka akan sampai di Jogja sekitar jam 9. Tetapi kalau saya naik patas dari Kudus jam 7, maka sampai Jogja bakal di atas jam 11-12. Ndak bakalan nutut untuk kembali ke Kudus lagi sebelum jam 6 sore. Setidaknya saya punya 2 kesempatan, yaitu naik Patas Nu3 yang berangkat jam 5 dan jam setengah 6. Sayangnya saya malah ragu mendapatkan 2 kesempatan itu. Gimana nggak? Jam 5 ini masih di Lingkar Luar Utara Semarang (Jalan Yos Sudarso), sedangkan Semarang - Kudus membutuhkan waktu 1 jam lamanya. Akhirnya saya bertanya kepada Pak Tris, dan menurut beliau, turun di Pool Genuk adalah yang opsi terbaik, karna dari Genuk saya bisa naik Patas Jogja yang pertama maupun yang kedua. Dan saya pun turun di Pool Nu3 Genuk tepat jam 05.20 pagi. Saat turun, saya mengucapkan terima kasih kepada Pak Tris dan kru (padahal nanti malam ketemu lagi hehehe...).</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Di Pool Genuk, saya mendapati tempat ini sepi, ruang tunggu penumpang juga masih dikunci. "wadouh.." Saya melihat ada orang yang sedang tidur di mobil paket Nu3tara, langsung saya bangunkan. Ternyata dia adalah salah satu kru di Pool Genuk. Kenek NS-01 yang ternyata mengikuti saya ikut membangunkan orang itu sambil meminta mengangkut barang/paket dari bus. Saya pun langsung bertanya, "Mas, Patas Jogja udah lewat belum ya?" Setelah beberapa penjelasan, ternyata patas pagi (pertama) sudah lewat jam 05.15 tadi, tetapi patas kedua akan lewat nanti jam 6 kurang seperempat. Saya merasa lega dan menunggu dengan sabar kehadiran Patas Nu3tara itu. Saya memang orang yang beruntung.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Patas Nu3 yang saya tunggu datang tepat waktu. Terlihat penumpang masih sediki, tidak ada setengahnya. Saya naik dan duduk di barisan tengah. Dengan engine Mercedes-Benz OH1525 balutan body setra, saya merasa yakin akan sampai di Jogja lebih cepat dan selamat, dengan mengabaikan 1 hal penting. Hal penting?... You should know, ada satu hal penting setiap kali kita naik kendaraan umum... yaitu Ongkos. Anda benar saudaraku, sejak berangkat dari rumah, saya lupa untuk men-charge isi dompet saya yang waktu itu cuma ada selembar 50rb. Itu pun sudah saya pakai sebagian buat cuci steam motor, cukur jenggot, dan ke toilet umum. Hal yang penting ini baru saya sadari ketika bus sudah memasuki Tol Semarang. Saya periksa dompet saya dan... puji Tuhan, masih tersisa sekitar 40rb. Tetapi saya masih ragu soal harga tiket, apakah masih sama 35rb atau sudah naik. Si Kondektur menghampiri saya sambil berkata, "Jogja?". Tanpa banyak cakap, saya langsung menyodorkan uang pas 35rb. Sang Kondektur melirik uang yang saya sodorkan, kemudian memberikan tiket dengan tujuan Jogja sambil mengambil uang itu dan meninggalkan saya tanpa mengatakan apa pun. Itu tandanya bahwa transaksi telah berhasil. Beuhhh... leganya bukan main, detak jantung kembali normal. Padahal sempat kepikiran bakal diturunin di tengah jalan, yang pastinya bakal mengacaukan seluruh rencana yang ada dan nggak kepikiran mau ngapain lagi. Tetapi lagi-lagi, keberuntungan ada di pihak saya. Sebagai ungkapan keberuntungan, saya mengabadikan pemandangan pagi itu.</div>
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="http://i848.photobucket.com/albums/ab46/ysampurna2/tiketJogja.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="400" src="http://i848.photobucket.com/albums/ab46/ysampurna2/tiketJogja.jpg" width="266" /></a></div>
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://fbcdn-sphotos-a.akamaihd.net/hphotos-ak-ash4/423210_2597278266211_1682381470_1656757_1835227641_n.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="300" src="https://fbcdn-sphotos-a.akamaihd.net/hphotos-ak-ash4/423210_2597278266211_1682381470_1656757_1835227641_n.jpg" width="400" /></a></div>
<br />
<div style="text-align: justify;">
Keluar dari Tol, bus berhenti di Sukun dan tibalah saatnya untuk acara "Ngetem". Bus berhenti cukup lama, dan karena bus berangkat pagi jadi kalau belum penuh, ya nggak akan jalan. Jadi galau nih, but It's alright..., saya yakin Nu3 tepat waktu sampai tujuan. Selama 'ngetem' di sini, banyak sekali pedagang asongan yang masuk ke dalam, ada yang jualan tahu, lontong, kue, dan koran. Jajanan itu kelihatannya menggiurkan, nggak taunya memang saya yang belum sarapan. Uang tinggal 5000 perak di kantong, buat saya berat untuk membeli makanan-makanan itu. Saya terpaksa menunda sarapan sampai tiba di Jogja.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Pukul 06.15, ya sekitar jam segitu, patas berangkat melanjutkan perjalanan menuju Yogyakarta. Status penumpang penuh, full seat jadi nggak ada ceritanya mengulur-ngulur waktu di jalan, pokoknya langsung joss. Menelusuri jalur Ambarawa-Magelang, ternyata cukup menjengkelkan. Jalurnya padahal menyenangkan, naik turun dengan pemandangan bukit dan pegunungan. Namun sayangnya jalur ini hanya 2 lajur sehingga hanya cukup untuk 1 kendaraan dari 2 arah. Hal yang membuat saya jengkel bukan soal 2 lajurnya tetapi jalur ini sering dilewati truk-truk bermuatan pasir dan bebatuan. Truk-truk bermuatan itu berjalan sangat lambat apalagi setiap melewati tanjakan. Akibatnya antrian kendaraan-kendaraan lain termasuk Patas Nu3 semakin memanjang. Saya hanya bisa menikmati saja, sambil memutar lagu melalui ponsel.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Jam setengah 8 kurang lebih masih berada di antrian yang panjang. Tetapi kali ini sumber antrian sudah keliatan, yaitu truk tronton. Sang supir sepertinya mengambil langkah aman, sementara beberapa sedan kecil yang mulai tak sabaran menyalip beberapa kendaraan di depannya sekaligus melalui jalur berlawanan arah. Saya setia menonton pertunjukan yang membosankan itu hingga sampailah kita tepat di belakang truk itu. Kali ini sang supir baru mau menyalip. Begitulah kira-kira hal-hal yang saya temui selama di perjalanan menuju Yogyakarta ini. Sampai di Kota Magelang, ada beberapa penumpang yang turun di sini. Melihat suasana Magelang mengingatkan saya pada KTT Muntilan. Ada beberapa spot-spot yang masih saya ingat betul, seperti Terminal Secang dan Pabrik Karoseri New Armada.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Entah kenapa saya tertidur dan bangun-bangun sudah ada di daerah Sleman. Tanda perjalanan etape kedua akan berakhir, tepatnya berakhir di Terminal Jombor. Ketika menginjakan kaki di Terminal Jombor, saya langsung bergegas mencari ATM di luar terminal. Untungnya di seberang terminal ada ATM BCA, letaknya ada di dalam Alfamart. Lagi-lagi saya beruntung, saya nggak perlu repot-repot mencari ATM. Plusnya, sekalian ngambil duit sekalian beli minuman di Alfamart. Setelah dompet terisi, baru saya mencari makan di dalam terminal. Saya mengelilingi terminal tetapi nggak menemukan warung yang saya cari, yaitu Tongseng Jamur alias Tongseng Asu... hehehe. Akhirnya saya langsung menuju Malioboro dan memutuskan mencari makanan di sana. Dengan modal 3000 rupiah saya sudah bisa keliling Yogyakarta dengan naik Trans Jogja. Untuk menuju ke Malioboro, maka saya harus naik Trans kode 2A sekali naik saja. Beruntung ada Trans Jogja, karna sebagai pengunjung, saya nggak perlu bingung harus naik apa. Tinggal datang ke Halte Trans jogja dan tanya ke petugas kemana kita akan pergi, pasti langsung diberi tahu kode bus yang harus kita naiki. Ketika di dalam bus, kru/kondektur Trans Jogja akan selalu memberikan informasi setiap kali singgah di Halte.</div>
<br />
<table cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="float: left; margin-right: 1em; text-align: left;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="http://dishub-diy.net/images/stories/berita/trans-jogja-malioboro1.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; margin-bottom: 1em; margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" height="212" src="http://dishub-diy.net/images/stories/berita/trans-jogja-malioboro1.jpg" width="320" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;"><span class="Apple-style-span" style="font-size: small;">Sumber foto: http://dishub-diy.net</span></td></tr>
</tbody></table>
<div style="text-align: justify;">
Kondektur menginformasikan halte selanjutnya adalah Malioboro. Selepas halte Malioboro, mata saya langsung melirik warung kaki lima yang nggak jauh dari halte. Di sini memang banyak banget yang buka warung atau tenda, dan jualannya rata-rata sama, yaitu gudeg, pecel ayam goreng, bebek goreng dan burung puyuh goreng. Menu yang saya pilih sudah pasti Gudeg pemirsa. "Lha ngapain jauh2 ke Jogja kalau cuma buat makan Pecel Ayam, di rumah juga buanyak tho." Setelah saya habiskan dengan lahap, maklum laper berat. Jujur saya katakan kalau rasanya biasa aja. Andaikan saya punya waktu banyak di Jogja, maka saya akan ke Jalan Wijilan dekat Keraton Yogyakarta untuk hunting Gudeg, karna di situlah tempatnya The Truly Gudeg of Yogyakarta, sejarah gudeg dimulai di tempat itu. Oke, saya sudah menghabiskan 26.000 untuk Gudeg ditambah sepotong Bebek Goreng.</div>
<br />
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="float: left; margin-right: 1em; text-align: left;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="http://i848.photobucket.com/albums/ab46/ysampurna2/gudeg.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" height="240" src="http://i848.photobucket.com/albums/ab46/ysampurna2/gudeg.jpg" width="320" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;"><span class="Apple-style-span" style="font-size: small;">photo for illustration only</span></td></tr>
</tbody></table>
<div style="text-align: justify;">
Perjalanan dilanjutkan dengan berjalan kaki di sekitar Malioboro, dan rencana saya selanjutnya adalah membeli Bakpia Pathok, makanan khas Jogja. Awalnya saya berjalan seolah-olah tahu letak Pabrik Bakpia 25 yang saya incar itu, padahal benar-benar tersesat dan kebingungan. Lama berjalan ndak tentu arah, akhirnya saya putuskan untuk naik Becak saja. Sebelum naik itu becak, saya bertransaksi dulu sama tukang becaknya. Setelah deal, saya naik ke becak sambil tanya-tanya ke tukang becak. "Gimana kalo ke bakpia 99 aja mas, rasanya sama tetapi harganya lebih murah", tawar tukang becak. Saya tetap bersi-kuku dengan Bakpia 25, karena berdasarkan informasi yang saya temukan di dunia maya, Bakpia 25 lebih terkenal karna berdiri lebih lama dibanding pabrik Bakpia lainnya. "Bakpia 25 masih ke sono lagi mas" tambahnya. Nah, kata-kata ‘kesono lagi’ itu yang membuat saya agak goyah. Waktu terus berjalan, sementara saya telah menghabiskan waktu yang sia-sia saat berjalan kaki tak tentu arah. Saya pun menyerah dan berkata "Ya sudahlah pak, ke 99 saja". Walaupun bukan Bakpia 25, toh sama-sama bakpia asal Jogja.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Tiba di toko Bakpia Pathok 99, dan yang saya lihat adalah pengunjung yang cukup ramai. Banyak pembeli memborong bakpia yang nggak hanya satu dua bungkus tetapi bisa lebih dari sepuluh bungkus. Kotak-kotak bakpia yang ditaruh seketika langsung diburu pembeli sehingga pelayan toko harus menumpuknya kembali dengan kotak bakpia yang baru, sirkulasinya benar-benar cepat. Bakpia yang tersedia ada rasa Kacang Ijo, Keju dan Coklat, sementara rasa keju-lah menjadi yang terfavorit. Saya membeli 4 kotak bakpia rasa keju dengan satu kotak seharga 18rb rupiah. Melihat langit mendung dan gelap sekali, saya nggak mau berlama-lama dan bergegas ke bagian kasir. Baru melangkahkan kaki naik ke atas Becak, hujan turun dan cukup lebat. Saya pun memilih untuk menunggu sampai hujan ini sedikit reda. Sedangkan Tukang Becak membuka plastik di becaknya, untuk persiapan kalau saya mau jalan.</div>
<br />
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="float: right; margin-left: 1em; text-align: right;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="http://3.bp.blogspot.com/-vwIMJuF5fPU/TvPhuvAR2oI/AAAAAAAAAVU/MtW5JJgFgRE/s320/IMG_0266.JPG" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" height="240" src="http://3.bp.blogspot.com/-vwIMJuF5fPU/TvPhuvAR2oI/AAAAAAAAAVU/MtW5JJgFgRE/s320/IMG_0266.JPG" width="320" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;"><span class="Apple-style-span" style="font-size: small;">Sumber: http://kristianpitrajaya.blogspot.com</span></td></tr>
</tbody></table>
<div style="text-align: justify;">
Feeling saya memang benar, nggak lama kemudian hujan berganti gerimis. Waktu yang tepat untuk melanjutkan perjalanan untuk kembali ke tempat sebelumnya. Tukang becak menawarkan kepada saya lagi, untuk mampir di Kios Kaos Capung yang setiap kaos harganya 55rb. Karena arahnya sejalan, saya rasa nggak ada salahnya untuk mampir. Gak jauh dari toko Bakpia, saya berhenti di depan toko-toko penjual kaos. Di sini saya disodorkan katalog gambar-gambar desain kaos. Ada satu gambar yang menarik perhatian saya, sayangnya stoknya sudah habis, lalu saya pilih desain kedua dan beruntung masih ada. Kaos Capung bergambar peta Jogja di depannya, saya bayar pas 55rb. Sebelumnya saya coba tawar tetapi katanya pelayan tokonya udah nggak bisa ditawar lagi. Perjalanan dilanjutkan, dan hujan pun reda. Tukang becak menggulung kembali plastik 'jas hujannya'. Sampai di halte Trans Jogja, saya turun dan membayar tukang becak 2 kali lipat dari harga yang sebelumnya disepakati. Memang sudah rejeki tukang becak kok dan saya ikhlas.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Kembali ke ... Trans Jogja. Untuk menunju Terminal Jombor ternyata harus transit sekali. Pertama saya naik bus dengan kode 2A, lalu turun di halte Ahmad Dahlan. Di Halte Ahmad Dahlan saya naik bus 2B. Selama naik Trans Jogja, hujan kembali turun dengan lebat. Melihat suasana Kota Yogyakarta yang basah diguyur hujan, saya jadi ingat lagunya Kla Projcet berjudul Yogyakarta. Langit lambat laun menjadi terang, hujan pun berhenti. Sampai di Jombor, saya melihat Patas Nu3tara OH 1525 dengan balutan Setra tetapi yang ini kelihatan lebih kinyis-kinyis dari yang pagi tadi. Saya bimbang lan bingung antara langsung naik ini atau tunggu naik Patas langsung ke Kudus. Nggak mau melakukan kesalahan yang fatal akhirnya saya tanya ke agen saja. Menurut kru agen Nu3tara, kalau saya naik Patas Kudus jam 2 nanti, saya nggak bakalan nutut sampai di Kudus sebelum jam 6. Akhirnya saya naik patas itu juga. Lagi-lagi saya duduk di barisan tengah. Ketika saya naik, bus berangkat, padahal penumpang belum ada setengah. Selama perjalanan ada hal yang lucu, supirnya pake kaca mata hitam kalau dari jauh mirip Mr. B, supir Muji Jaya. hehehe... Tetapi bener-bener joss, dan kali ini nggak takut nyalip beberapa kendaraan sekaligus.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Saya tertidur dan bangun-bangun sudah ada di Bawen. Di daerah Ungaran, jalan macet dan kendaraan berjalan merayap. Dampaknya kecemasan saya muncul lagi. Lagi-lagi saya menduga yang aneh-aneh, “jangan-jangan sampai Banyumanik macet kayak gini lagi.” Macetnya memang panjang, sampai tiba di suatu kerumunan. Di pinggir jalan, saya melihat ada truk terguling. Rupanya ini biang keladinya. Setelah itu lalu lintas menjadi lancar. Selepas Ungaran, saya selalu memperhatikan sebelah kanan bus, berharap menemukan bangunan yang saya cari. Apa itu?... sebuah PAGODA. Pagoda ini menjadi tanda buat saya kalau sebentar lagi akan sampai di Terminal Banyumanik, kurang lebih 1,5 km lagi.</div>
<br />
<table cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="float: left; margin-right: 1em; text-align: left;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="http://indravaganza.files.wordpress.com/2010/08/4613482369_b58a6b7757.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; margin-bottom: 1em; margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" height="240" src="http://indravaganza.files.wordpress.com/2010/08/4613482369_b58a6b7757.jpg" width="320" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;"><span class="Apple-style-span" style="font-size: small;">Sumber: http://indravaganza.files.wordpress.com</span></td></tr>
</tbody></table>
<div style="text-align: justify;">
Sampai di Banyumanik, banyak penumpang yang turun di sini dan tersisa sedikit sekali yang ada di dalam bus. Setelah melewati lampu merah Sukun, bus berhenti. Kami diminta pindah bus oleh kru lantaran ingin putar kepala ke Jogja lagi, tetapi tanpa dipungut bayaran lagi. “Ya nggak apa-apalah, sing penting sampe di Terminal Terboyo.” Kami, penumpang yang tersisa dioper ke Royal Safari. Dengan selamat kru Royal Safari mengantarkan kami sampai ke dalam terminal.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Sekitar setengah 5 sore, di Terminal Terboyo, saya mencari angkutan menuju Kudus. Lalu saya melihat bus Nu3tara AC livery jadul. Walaupun Nu3tara, saya merasa sedikit ragu untuk naik ini. Tetapi karena nggak ada pilihan lain, saya terpaksa naik ini sambil berharap sampai di Garasi Karanganyar sebelum jam 6. Bumel Nu3tara ini “ngetem” tiga kali dalam area yang berdekatan, pertama di dalam terminal, kedua di lampu merah (jalan masuk terminal) dan yang ketiga hanya berjarak 10 meter dari tempat sebelumnya. Setelah ngetem yang begitu lama, bus berjalan santai sementara si Kernet menjajakan jasa angkutnya kepada orang-orang yang ada di pinggir jalan. Rasa cemas yang berlebihan membuat saya keringat dingin. Suasana semakin mencekam lantaran ponsel saya mati sehingga tidak bisa melihat jam. Langit terlihat semakin pudar cahayanya, tanda matahari akan tenggelam sebentar lagi. Tiba-tiba, supir menambah kecepatan laju bus. Sampai di terminal Demak, rasa cemas saya mulai berkurang. “I know it will make it” slogan yang bisa membuat saya tenang. Melewati Masjid Agung Demak, melewati pasar Demak, hingga sampai di antrian kendaraan. MACET. Duerr... Akhirnya saya mencoba menenangkan diri lewat tidur-tiduran. Waktu menunjukan pukul 17.40, dan akhirnya saya sampai di garasi Nu3. Ternyata tidak telat bahkan lebih cepat sampai, mungkin saya yang terlalu berlebihan. Hehehe... </div>
<br />
<div style="text-align: justify;">
Di garasi, saya sempat salah tempat, ternyata tempat pemberangkatan penumpang dipindah ke tempat lain yang jaraknya kira-kira 100 m dari pintu masuk garasi. “Pantesan kok sepi amat... udah gitu pede aja lagi nunggu sendirian di sana...” Beruntung satpam di situ memberi tahu saya tempat yang benar. Tempat Pemberangkatan penumpang bus Nu3tara sepertinya memang baru. Di sini ada tempat parkir mobil dan motor dan di dekat tempat parkir ada pedagang makanan/minuman. Lalu ada ruang tunggu yang cukup luas, ada mushola, toilet dan ada kios oleh-oleh. Di belakangnya ada Garasi yang menyatu dengan garasi lama. Pertama-tama, saya numpang nge-charge ponsel di sini. Abis itu cuci muka, ganti baju, terus makan di depan. Rasa lapar sudah melanda saya sejak dari Terminal Terboyo. Beruntung, di sini ada yang berjualan dan menu yang tersedia adalah Nasi Pecel plus ada goreng-gorengan juga aneka minuman. Nasi Pecelnya enak banget lho bro, murah lagi.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Sekitar jam 6 lebih seperempat, Si Putih Scania sudah datang. Saya taruh tas saya di seat 4C, yang ada di hadapan pintu tengah. Saya kembali bertemu dengan Pak Tris. Beliau melihat saya sambil bertanya, “lho, langsung pulang?” “Iya Pak, hehehe...” Di depan bus juga ada Pak Dar, tetapi saya malah sibuk memainkan seat elektrik NS-01 ini. Maklum seharian tadi naik bis kota, bis patas, dan bis bumel, jadi pengen sekali menikmati kenyamanan seat single elektrik ini. Puasss rasanya...</div>
<br />
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="http://i848.photobucket.com/albums/ab46/ysampurna2/BarisanKelasSENu3tara.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" height="240" src="http://i848.photobucket.com/albums/ab46/ysampurna2/BarisanKelasSENu3tara.jpg" width="320" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Barisan Nu3tara Super Executive</td></tr>
</tbody></table>
<br />
<div style="text-align: justify;">
<a href="http://i848.photobucket.com/albums/ab46/ysampurna2/screenshot_2012-04-12_1603.png" imageanchor="1" style="clear: right; float: right; margin-bottom: 1em; margin-left: 1em;"><img border="0" height="320" src="http://i848.photobucket.com/albums/ab46/ysampurna2/screenshot_2012-04-12_1603.png" width="212" /></a>Kami berangkat sekitar pukul 18.30, sedangkan NS-04 sudah lebih dulu berangkat dan disusul NS-99, barulah terakhir NS-01. Pak Darsono sebagai pemain pinggir kali ini. Awalnya, untuk perjalanan kali ini saya memang nggak berniat bergadang sepanjang jalan dan mau dipuas-puasin tidur nyenyak, lagipula duduk di seat 4C susah untuk memantau ke depan. Singkat cerita, kami sudah ada di Tol Semarang. Saya nggak menduga kalau Pak Darsono melajukan Si Putih begitu cepat... Rasanya wuss wuzz... Semakin lama saya semakin penasaran, berapa kecepatan yang ditempuh. Tetapi karena saya duduk di tengah, saya nggak bisa melihat speedometer. Satu-satunya cara yaitu lewat GPS dalam ponsel saya. Sementara bus melaju dalam kecepatan tinggi, saya masih mencoba mengatur setingan GPS. GPS baru ON setelah RPM mesin berkurang, dimana otomatis kecepatan berkurang juga. Walau demikian, dalam GPS saya tercatat kecepatan maksimal mencapai 108 km/jam, yang saat itu sedang menyalip konvoi bus termasuk salah satunya PK.</div>
<br />
<div style="text-align: justify;">
Di Krapyak, lalu lintas cukup padat, selain karena banyak kendaraan yang parkir di pinggir jalan, juga ada truk-truk yang berjalan lambat. Di sini ada Si Putih, Rosalia Indah, dan Raya saling berlomba mendapatkan posisi terdepan. Si Putih berusaha mengambil jalur kiri, tetapi di luar dugaan, PK dari belakang menerobos duluan. Ckckck... boleh juga tenaganya, padahal jalannya agak menanjak. Jadilah posisi sementara dari belakang ada Si Putih, PK, Rosin dan Raya. Baik Si Putih maupun PK sama-sama cepat dan menyalip Rosin dan Raya. Pada akhirnya PK harus takluk dan sampailah juga kami di Terminal Mangkang. Di sini Si Putih masuk tapi hanya numpang lewat saja karena tidak ada penumpang, kata Pak Dar, agennya udah pulang. Banyak yang sudah terlupa dalam perjalanan malam itu, padahal petempuran jalan saat itu cukup panas. Terakhir sebelum sampai di RM. Sari Rasa, Si Putih menyalip Bejeu di Jalan Bypass Semarang-Kendal, lalu mengekor Nu3tara livery Manhattan/New York sampai tiba di rumah makan.</div>
<br />
<div style="text-align: justify;">
Menu yang disajikan di RM. Sari Rasa membuat saya tanpa berpikir panjang langsung menghabisinya. Menunya terdiri dari Orek tempe, Sayur Sop, Ayam goreng, dan Daging Sapi. Pokoke maknyoss... Setelah puas dan kenyang, saya duduk-duduk di teras sambil memantau keadaan sekitar. Di sini NS-04 dan NS-99 berada di posisi paling depan, tandanya sampai di sini lebih dulu. Rasanya baru sebentar di sini, tiba-tiba ada panggilan bagi penumpang NS-01 untuk naik ke bus karena bus akan segera diberangkatkan. Setelah mapan di seat 4C, saya amati bus NS-04 sudah nggak ada, yang ada hanya NS-99 yang berjalan beriringan di depan si Putih Scania, keluar dari RM. Sari Rasa. Di dalam bus, saya mendapati kursi 2C dan 3C kosong, segera langsung saya tanya Kernet. Ternyata ini memang kosong, pemirsa. Waaw, mimpi apa tadi siang... Saya pun minta ijin untuk duduk di seat 2C. Lagi-lagi beruntung yaa...</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Kali ini Pak Tris menjadi pemain tengah. Berjalan di belakang Signature Class dari Bandung, sesampainya di Tanjakan Alas Roban, NS-99 mulai menjauh. Si Putih tetap berjalan santai, saat ada kesempatan barulah menyalip kendaraan yang ada di depan. Pak Tris memang terlihat santai, mungkin sedang melakukan pemanasan dulu. Selepas dari tanjakan, Si Putih mulai berjalan semakin cepat, mulai mengejar NS-99 yang sudah jauh dari pandangan. Rupanya truk-truk yang berseliweran berjalan lambat, kadang di kiri kadang di kanan, menyulitkan Pak Tris untuk melajukan Si Putih. Pelan tetapi pasti sampailah kami tepat di belakang Signature Class. Bersama dengan Si Siggy, dua bus mewah Scania menerobos jalur Batang – Pekalongan melewati bus-bus, truk bahkan kendaraan kecil lain. Anehnya walaupun dua-duanya bisa menerobos kendaraan lain, Si Putih sering kali memainkan lampu dim ke arah depan (Si Siggy), seolah-olah meminta diberikan jalan. Akhirnya secara tiba-tiba, Pak Tris menekan gas lebih dalam dan berkat power yang besar, Si Putih mengambil kesempatan dengan menerobos lajur kiri yang kosong. Hebatnya, hal itu dilakukan pada saat NS-99 mencoba untuk menyalip bus besar yang ada di depan, plus... jalannya agak menanjak dan berkelok. Ini artinya Si Putih mendapat 2 point. Setelah beberapa lama, saya mencoba melihat ke belakang, dan saya melihat NS-99 sudah jauh sekali di belakang.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
“NS-99 sudah berhasil di-take over, berarti tinggal NS-04 nih, mungkin aja nggak jauh.” gumam saya dalam hati. Setelah itu, saya menyaksikan kedahsyatan mesin bertenaga 310hp ini melahap bus-bus lain, yang menurut saya adalah hal yang wajar. Tetapi berada di dalam bus ini dengan kecepatan yang nggak biasa (kecepatan tinggi) merupakan kesempatan yang jarang didapat. Soalnya belum tentu setiap kali kita naik Scania mendapat pasangan supir yang joss seperti Pak Tris dan Pak Darsono ini. Sayangnya, saya nggak mengabadikan momen ini lewat kamera, just wachted it by myself, feel the power and enjoy the flying low journey.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Seketika saya memilih rebahan, menyetel seat dalam posisi rebah maksimal. Saya tidur dengan mata terbuka, memandang ke arah luar jendela samping. Melihat puncak pepohonan di tepi jalan seolah terseret-seret. Merasa kamu sedang terbang dengan kecepatan yang tak terkendali, diikuti dengan getaran-getaran halus, tanda bahwa kita masih di darat. Itulah yang namanya sensasi Flying Low, dan baru benar-benar terasa jika kita berada di baris tengah di mana kita tidak bisa melihat ke kaca depan, melainkan hanya ke kaca kiri dan kanan.</div>
<br />
<iframe allowfullscreen="" frameborder="0" height="315" src="http://www.youtube.com/embed/SNKSI6c_wx8" width="420"></iframe><br />
<br />
<div style="text-align: justify;">
Back to The Story... Akhirnya sampailah kami bertemu dengan bus Haryanto merah The Phoenix (tetapi tanpa tulisan Phoenix), dengan sebuah stiker kecil tertempel di kaca belakang bertuliskan “Laskar Cinta”. Inilah yang saya tunggu, pergulatan di jalan pantura raya dengan bus dari PO yang satu ini, yang sering disebut-sebut dan diklaim sebagai yang tercepat di Pantura. Kabar ini saya dengar dari sesama penggemar bis yang sering menyebutkan kalau bus PO ini paling pertama sampai. Bagi saya hal itu sangatlah wajar lha wong berangkatnya juga paling duluan. Masih di Pantura, ceritanya Si Putih mengejar Laskar Cinta, namun masih ada beberapa kendaraan besar yang menghalang. Sampai tiba di jalur bypass Pemalang-Tegal. For your information, jalur ini sering macet karna hanya ada 2 lajur dengan 2 arah. Jalur ini juga sedang mengalami perbaikan dan perluasan, sehingga ada beberapa ruas yang mempunyai 4 lajur.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Barisan kendaraan berjalan lambat di jalur ini, sesekali Si Putih menyalip kendaraan di depan saat jalur berlawanan sedang lengang. Ketika momen menyalip ini saya melihat bus Haryanto itu, tetapi bukan lagi satu melainkan ada dua. Satu, dua dan tiga kali menyalip, jarak Si Putih dengan bus itu, yang kemudian saya ketahui adalah The Destroyer, tinggal satu truk. Saat sampai di 4 lajur, dengan sigap Pak Tris membanting stir ke kanan mengambil jalur kosong, sementara The Destroyer juga melakukan yang sama. Karena kendaraan dari arah berlawan masih jauh, Pak Tris mengambil lajur berlawanan itu, memanfaatkan power Scania dan berhasil melewati bus Pak Kopral warna abu-abu itu. Wueedan tenan...</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Setelah melewati jalan pantura pada umumnya. Aksi kejar-kejaran terjadi seperti biasanya. Lambat laun Laskar Cinta yang semula menjauh, sekarang berada di di depan mata. Seperti biasa, Si Putih menyalip Laskar Cinta dan kendaraan apa pun yang ada di depan. Momen penyalipan Laskar Cinta terbilang biasa-biasa saja, nggak ada yang istimewa. Sekarang jadilah Si Putih berada paling depan, dan suasana jalan di depan cukup lengang.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Kondisi jalan yang semula mulus, mulai ada tanda-tanda kerusakan jalan. Sesampainya di Tegal, kerusakan dan lubang jalan mulai intens. Terlihat Pak Tris mulai menurunkan kecepatan dan agak kerepotan ketika melewati ruas jalan yang rusak parah. Di Tegal Kota, Si Putih berjalan lambat demi melewati lubang jalan, tiba-tiba saya dikagetkan sesuatu dari sebelah kanan. Ternyata Laskar Cinta menerobos dari kanan, disusul The Destroyer. “Wah, parah tuh, jalan rusak main embat aja, gak sayang sama armadanya kali ya” cetus saya dalam hati. Rasa jengkel dan kecewa bercampur aduk, ketika dua armada pak kopral itu mulai menjauh dan menghilang. Tetapi, saya yakin keduanya bisa terkejar, yakinlah sumpah boss... Menelusuri medan jalan yang sudah ‘tidak perawan lagi’, merupakan kendala yang cukup berat. Tetapi ketika melewati ruas jalan yang mulus, Pak Tris memacu kecepatan Si Putih, dan menurunkan kecepatan ketika ada ruas yang cacat dan begitulah seterusnya. Meninggalkan kota Tegal, kondisi jalan sudah agak normal, lubang dan cacat sudah mulai jarang ditemui.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Di Jalan Tegal-Brebes, Si Putih berhasil mengejar Laskar Cinta, sementara The Destroyer tidak kelihatan batang knalpotnya. Bagaikan dejavu, kejadian yang sebelumnya terjadi lagi. “Sungguh malang, sudah lari jauh-jauh, eh kekejar juga...” senang dalam hati. Di Brebes, The Destroyer terlihat jauh di depan. Selama beberapa menit berusaha mendekat, namun lagi-lagi truk-truk mengacaukan aksi Si Putih. Sampailah di dekat lampu merah Pejagan dan The Destroyer belok kiri, sedangkan Si Putih jalan terus (tidak lewat Tol Bakrie). “Wahhh... batal aksine nyong” penonton kecewa, saya pun ikut kecewa.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Ternyata lagi-lagi Si Putih lewat jalur biasa (Losari), sepertinya semua Nu3tara memang melewati jalur ini. Karena jalan lengang dan sepi, saya merebahkan diri dan tidur. Ketika mata saya terbuka, saya melihat NS-04 ada di samping Si Putih, tetapi dalam keadaan berhenti. Rupaya berhenti di sini lagi (RM. Kalijaga), dan nggak lama kemudian NS-04 meninggalkan kami lebih dulu. Saya pun tidur lagi, kenyamanan seat elektrik kelas wahid ini membuat saya tergoda untuk tidur lagi. Saya bangun lagi dan saya melihat bus yang nggak asing, yang biasa saya lihat di Terminal Rawamangun. Tidak lain dan tidak bukan adalah The Titans. Ceritanya si Putih sedang seru-seru mengekor The Titans sambil terus memainkan lampu dim. The Titans ini cukup gesit dan kenceng juga ternyata larinya. “Geal geol nya nggak nahan bro...” salut saya melihat kelincahan driver pak Kopral yang satu ini. Tetapi sekali lagi, saya tertidur. Selain karena kenyamanan seat ditambah saya memang merasa ngantuk sekali saat itu.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Merasa puas tertidur dalam seat yang empuk, saya bangun. Alangkah terkejutnya saya, ternyata sudah sampai di persimpangan Jalan Pemuda Rawamangun. Saya tidur benar-benar pules. Dengan terburu-buru saya menyiapkan diri dan barang-barang yang saya bawa sambil memastikan kalau tidak ada barang yang tertinggal. Nggak lama kemudian, Si Putih tiba di Terminal Rawamangun tepat jam 4 pagi lebih sekitar 10 menit. Saya turun seraya mengucapkan terima kasih kepada Pak Darsono dan kru. Merasa penasaran saya duduk untuk istirahat sambil menunggu bus-bus yang masuk ke Terminal Rawamangun, dan sempat saya abadikan lewat kamera walaupun kurang bagus hasilnya.</div>
<br />
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="http://i848.photobucket.com/albums/ab46/ysampurna2/SDR_OBL.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; display: inline !important; margin-bottom: 1em; margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" height="240" src="http://i848.photobucket.com/albums/ab46/ysampurna2/SDR_OBL.jpg" width="320" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;"><span class="Apple-style-span" style="font-size: small;">Safari Dharma Raya, pukul 04.16</span></td></tr>
</tbody></table>
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="http://i848.photobucket.com/albums/ab46/ysampurna2/PKwuzzRawamangun.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; display: inline !important; margin-bottom: 1em; margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" height="240" src="http://i848.photobucket.com/albums/ab46/ysampurna2/PKwuzzRawamangun.jpg" width="320" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;"><span class="Apple-style-span" style="font-size: small;">Pahala Kencana, pukul 04.17</span></td></tr>
</tbody></table>
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="http://i848.photobucket.com/albums/ab46/ysampurna2/NS-04arrival.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; display: inline !important; margin-bottom: 1em; margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" height="240" src="http://i848.photobucket.com/albums/ab46/ysampurna2/NS-04arrival.jpg" width="320" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;"><span class="Apple-style-span" style="font-size: small;">Wah, mas bro... ternyata NS-04 berhasil kesalip. Pukul 04.18</span></td></tr>
</tbody></table>
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="http://i848.photobucket.com/albums/ab46/ysampurna2/TheTitansarrival.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; display: inline !important; margin-bottom: 1em; margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" height="240" src="http://i848.photobucket.com/albums/ab46/ysampurna2/TheTitansarrival.jpg" width="320" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;"><span class="Apple-style-span" style="font-size: small;">The Titans, pukul 04.22</span></td></tr>
</tbody></table>
<a href="http://i848.photobucket.com/albums/ab46/ysampurna2/seeyounexttime.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; display: inline !important; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="150" src="http://i848.photobucket.com/albums/ab46/ysampurna2/seeyounexttime.jpg" width="200" /></a><br />
<div style="text-align: justify;">
Puas dengan hasil yang saya dapat, saya pun tertawa terkikik-kikik. Lalu jemputan saya datang, dan saya pun kembali pulang. Karena waktu masih pagi hari, saya kembali tidur sebelum melanjutkan aktifitas yang menyenangkan selanjutnya. Sekian aktiftas turing saya kali ini. Terima kasih telah membaca cerita perjalanan saya ini, sampai jumpa di kesempatan berikutnya.</div>
<br />
<br />
<i><br />
</i><br />
<i>Thanks to:</i><br />
PO. Nu3tara, Kantor Daan Mogot, Pool Genuk, Agen Jombor, dan Garasi Karanganyar.<br />
Pak Darsono, Pak Tris, & Kru NS-01<br />
Trans Jogja<br />
Bagus Tanoto a.k.a BagusNS15, beserta adik dan keluarganya.<br />
Member Forum Bismania<br />
<br />
Anggaran:<br />
1. Tiket Nu3tara NS-01 (pp) = Rp. 400.000,-<br />
2. Tiket Nu3tara Patas Jogja (pp) = Rp. 70.000,-<br />
3. Minuman + Roti = Rp. 10.000,-<br />
4. Trans Jogja (2x) = Rp. 6.000,-<br />
5. Gudeg Jogja = Rp. 26.000,-<br />
6. Becak = Rp. 10.000,-<br />
7. Bakpia Pathok 99 (4 kotak) = Rp. 72.000,-<br />
8. Kaos Capung = Rp. 55.000,-<br />
9. Bumel Nu3tara Kudus = Rp. 6.000,-<br />
10. Nasi Pecel + Fresh Green Tea = Rp. 10.000,-<br />
11. Lain-lain = Rp. 10.000,-<br />
<br />
<b>TOTAL = Rp. 675.000,-</b><br />
<br />
Termasuk harga yang mahal untuk sebuah turing saja, tapi setahun sekali juga nggak masalah. Hehehe...Ignatius Yudistiro Sampurna, S.Arshttp://www.blogger.com/profile/12605547413283197351noreply@blogger.comJalan Bungur Besar, Jakarta Capital Region 10710, Indonesia-6.162656925643792 106.83989524841309-6.1666034256437916 106.83495974841308 -6.1587104256437923 106.84483074841309tag:blogger.com,1999:blog-6065260308635379308.post-86931982180802942522010-11-21T09:20:00.000+07:002010-11-21T10:07:37.516+07:00BUS, Dahulu dan SekarangSemua orang terutama buat yang remaja ke atas, pasti punya kenangan di tahun sebelum masa reformasi. Saya pun juga demikian, salah satu kenangan itu adalah pengalaman naik bis malam. Jika saya pulang ke kampung halaman saya yang berada di daerah Klaten, saya biasanya menggunakan moda bis AKAP atau bis malam, karena di dekat rumah ada banyak terdapat agen bis-bis malam. Berdasarkan pengalaman saya dan sharing dari teman-teman saya, sebelum masa reformasi moda transportasi darat ini mencapai puncak kejayaannya.<br />
<br />
Tahun 90an, di Kota Jakarta dan sekitarnya terdapat banyak PO (Perusahaan Otobus) yang melayani transportasi AKAP, AKDP maupun Pariwisata. Mereka tentunya saling bersaing secara sehat untuk mendapatkan penumpang sebanyak mungkin dengan cara menawarkan kepada calon penumpang berbagai trayek, kelas bis, fasilitas dan hal-hal lainnya.<br />
<br />
Dari segi trayek, untuk trayek di pulau Jawa sendiri banyak PO yang melayani trayek ke daerah-daerah mulai dari Bandung, Semarang, Jogja, Solo sampai ke Surabaya, yang jumlahnya mungkin sekarang sudah tidak dapat diingat lagi. Sedangkan untuk pelayanan ke luar pulau Jawa, seperti Sumatera ada beberapa PO asal Sumatera yang melayani trayek dari Jakarta ke beberapa daerah di pulau Sumatra, sebut saja PO Lorena, PO ALS, PO SAN, CV. Pelangi, dan lain sebagainya. Sementara, untuk trayek dari Jakarta ke Bali dan Lombok, sebut saja PO Safari Dharma Raya (OBL) dan Lorena yang saya ingat melayani rute itu.<br />
<br />
Dari segi kelas, waktu itu banyak terdapat kelas-kelas dalam bis AKAP maupun AKDP, yang tentunya mempengaruhi fasilitas yang akan didapat bagi penumpang. Mulai dari Economy Class, Patas, VIP Class, Bussiness Class, Executive Class, dan Super Executive Class. Beberapa PO juga memiliki penamaan tersendiri seperti Super Deluxe, Royal Coach, dan lain-lain. Dari segi fasilitas, setiap PO memberikan fasilitas yang benar-benar sesuai dengan kelasnya, artinya kenyamanan penumpang benar-benar menjadi hal yang diutamakan. Contohnya, penumpang kelas Super Executive akan mendapat fasilitas berupa kursi yang lebar, lega, empuk serta nyaman, selimut yang tebal, bantal, TV dan musik, toilet, serta mendapat snack dan makan prasmanan, belum lagi pelayanan kru nya yang ramah, bis yang nyaman dan bagus, dan fasilitas plus-plus lainnya.<br />
<br />
Selain itu, hampir semua PO menawarkan kecepatan untuk sampai di tujuan. Oleh karena itu, muncul istilah Bus Cepat, atau Bis Malam Cepat, karena mereka memang memberikan hal itu. Maka dari itu, perjalanan di malam hari menjadi perjalanan yang menegangkan. Pantura, jalur yang sering dilewati bis-bis malam, dijadikan arena balap buat para sopir bis malam. Adegan salip-salipan kerap sering terjadi. Saya sendiri mengenal satu PO yang terkenal dengan kenekatan-nya di jalan pantura, yaitu Lorena. Sayang, dulu tidak punya kesempatan untuk naik bis ini.<br />
<br />
Sekarang, setelah jaman reformasi, apa yang terjadi? Krisis yang melanda Indonesia tahun 1998 memberikan dampak yang luas, salah satunya kenaikan harga BBM. Beberapa PO bangkrut karena terus merugi, keuntungan-keuntungan yang di dapat tidak dapat mengimbangi jumlah pengeluaran untuk perawatan armada dan bahan bakar yang kian meningkat. Hal ini diperparah dengan banyaknya maskapai pesawat terbang yang menawarkan tiket lebih murah. Hal ini membuat beberapa PO terpaksa menutup trayek-trayek tertentu, terutama trayek ke luar pulau Jawa. Harga tiket bis semakin naik tetapi tidak diimbangi dengan pelayanannya. Pelayanannya justru menurun antara lain mengurangi jatah snack dan makan, menambah jumlah seat yang sebelumnya terasa lega sekarang menjadi lebih sempit. Fasilitas-fasilitas yang ada tetap dipertahankan walau sudah rusak dan usang, contohnya kursi.<br />
<br />
Banyak PO yang mengurangi jumlah armada yang beroperasi, termasuk mengurangi kelas yang tadinya bervariasi sekarang tidak lagi. Dari hal inilah kemudian masalah ketidak-puasan dari penumpang bermunculan. Sebagian besar penumpang merasa tidak puas karena tidak mendapatkan pelayanan dan fasilitas yang sesuai dengan kelasnya. Contohnya, seorang penumpang naik bis kelas Super Executive, tapi dia mendapatkan kursi yang sudah rusak, AC tidak dingin, toilet bau, tidak dapat snack, makanannya tidak enak, TV dan musik rusak sampai dengan pelayanan kru yang tidak ramah.<br />
<br />
Selain fasilitas, banyak PO yang mempertahankan bis-bis yang sudah tua dan bahkan sebagian sudah tidak layak jalan lagi, tanpa adanya peremajaan armada yang baru. Isitlah bus Cepat menjadi slogan belaka, jangankan cepat sampai tujuan, bis malah mogok di jalan. Perjalanan di pantura menjadi perjalanan yang membosankan, karena bis-bis berjalan lambat dan santai. Selain karena armada yang sudah tidak prima, hal ini dikarenakan solar Jatah, yaitu bis yang dijatahi sekian liter solar untuk setiap perjalanan. Jadi, kalo supir bis ingin ngebut maka siap-siap saja tekor untuk solar.<br />
<br />
Masa Pasca Millenium dan Krisis merupakan masa-masa tersulit dan sangat mematikan untuk perusahaan Otobus. Kini, setelah semuanya berlalu, perusahaan-perusahaan otobus mencoba kembali memajukan dan mengangkat perusahaan mereka yang sempat jatuh. Beberapa PO sudah mulai membenahi perusahaan dan meningkatkan pelayanan. Bahkan, tidak sedikit PO-PO baru bermunculan, ini artinya moda transportasi darat ini sedikit demi sedikit mulai bangkit kembali, kejayaan yang silam mulai dirajut kembali. Beberapa PO mengeluarkan armada terbarunya dengan mesin terbaru pula. Saat ini mereka pun mulai saling berlomba untuk memberikan yang terbaik untuk penumpang mulai dari mesin bis yang baru dan tangguh di jalanan, desain karoseri yang cantik, interior yang bagus dan nyaman, sampai fasilitas. Dibawah ini terdapat foto-foto perbandingan bis jadul era 90an dengan bis yang saat ini. Saya, sebagai pengguna setia dan penggemar bis, mengharapkan kelak PO-PO di seluruh Indonesia (tidak hanya Jawa) bisa berjaya lagi melebihi kejayaan yang lalu.<br />
<br />
<div style="text-align: center;">Foto Bis PO. Muji Jaya, jadul dan yang terbaru</div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="http://img16.imageshack.us/img16/7278/mujijaya.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="224" src="http://img16.imageshack.us/img16/7278/mujijaya.jpg" width="320" /></a></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="http://i495.photobucket.com/albums/rr319/idsi-93/KM%2019%202010/KM1948.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="213" src="http://i495.photobucket.com/albums/rr319/idsi-93/KM%2019%202010/KM1948.jpg" width="320" /></a></div><div style="text-align: center;"><br />
</div><div style="text-align: center;">Foto Bis PO. Kramatdjati, jadul dan saat ini</div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="http://img256.imageshack.us/img256/562/kramatdjati.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="240" src="http://img256.imageshack.us/img256/562/kramatdjati.jpg" width="320" /></a></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="http://1.bp.blogspot.com/_GnGUknqVXlE/TJhm4xdtpWI/AAAAAAAADUw/nX92S-hEzaQ/DSC06833.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="214" src="http://1.bp.blogspot.com/_GnGUknqVXlE/TJhm4xdtpWI/AAAAAAAADUw/nX92S-hEzaQ/DSC06833.jpg" width="320" /></a></div><div style="text-align: center;"><br />
</div><div style="text-align: center;">Foto Bis PO. Ramayana, jadul dan yang terbaru</div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="http://img169.imageshack.us/img169/6462/ramayana.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="222" src="http://img169.imageshack.us/img169/6462/ramayana.jpg" width="320" /></a></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="http://gi160.photobucket.com/groups/t192/KSW2EJ0JLH/DSC03343.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="240" src="http://gi160.photobucket.com/groups/t192/KSW2EJ0JLH/DSC03343.jpg" width="320" /></a></div><div style="text-align: center;"><br />
</div><div style="text-align: center;">Foto Bis PO. Putra Remaja, jadul dan saat ini</div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="http://i1010.photobucket.com/albums/af225/roedy70/morodadi.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="134" src="http://i1010.photobucket.com/albums/af225/roedy70/morodadi.jpg" width="320" /></a></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="http://1.bp.blogspot.com/_GnGUknqVXlE/TNLTQS2VscI/AAAAAAAADgY/DEsxtQc9JJo/DSC03328.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="214" src="http://1.bp.blogspot.com/_GnGUknqVXlE/TNLTQS2VscI/AAAAAAAADgY/DEsxtQc9JJo/DSC03328.jpg" width="320" /></a></div><div style="text-align: center;"><br />
</div><div style="text-align: center;">Sumber Foto2 dari Forum Bismania: <a href="http://www.bismania.com/">www.bismania.com</a></div>Ignatius Yudistiro Sampurna, S.Arshttp://www.blogger.com/profile/12605547413283197351noreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-6065260308635379308.post-2754816957056205532010-11-14T10:00:00.000+07:002010-11-21T05:59:12.189+07:00Ke Jepara dan Solo, Perjalanan yang "Menyenangkan"<xml> <w:latentstyles deflockedstate="false" defpriority="99" defqformat="false" defsemihidden="true" defunhidewhenused="true" latentstylecount="267"> <w:lsdexception locked="false" name="Normal" priority="0" qformat="true" semihidden="false" unhidewhenused="false"> <w:lsdexception locked="false" name="heading 1" priority="9" qformat="true" semihidden="false" unhidewhenused="false"> <w:lsdexception locked="false" name="heading 2" priority="9" qformat="true"> <w:lsdexception locked="false" name="heading 3" priority="9" qformat="true"> <w:lsdexception locked="false" name="heading 4" priority="9" qformat="true"> <w:lsdexception locked="false" name="heading 5" priority="9" qformat="true"> <w:lsdexception locked="false" name="heading 6" priority="9" qformat="true"> <w:lsdexception locked="false" name="heading 7" priority="9" qformat="true"> <w:lsdexception locked="false" name="heading 8" priority="9" qformat="true"> <w:lsdexception locked="false" name="heading 9" priority="9" qformat="true"> <w:lsdexception locked="false" name="toc 1" priority="39"> <w:lsdexception locked="false" name="toc 2" priority="39"> <w:lsdexception locked="false" name="toc 3" priority="39"> <w:lsdexception locked="false" name="toc 4" priority="39"> <w:lsdexception locked="false" name="toc 5" priority="39"> <w:lsdexception locked="false" name="toc 6" priority="39"> <w:lsdexception locked="false" name="toc 7" priority="39"> <w:lsdexception locked="false" name="toc 8" priority="39"> <w:lsdexception locked="false" name="toc 9" priority="39"> <w:lsdexception locked="false" name="caption" priority="35" qformat="true"> <w:lsdexception locked="false" name="Title" priority="10" qformat="true" semihidden="false" unhidewhenused="false"> <w:lsdexception locked="false" name="Default Paragraph Font" priority="1"> <w:lsdexception locked="false" name="Subtitle" priority="11" qformat="true" semihidden="false" unhidewhenused="false"> <w:lsdexception locked="false" name="Strong" priority="22" qformat="true" semihidden="false" unhidewhenused="false"> <w:lsdexception locked="false" name="Emphasis" priority="20" qformat="true" semihidden="false" unhidewhenused="false"> <w:lsdexception locked="false" name="Table Grid" priority="59" semihidden="false" unhidewhenused="false"> <w:lsdexception locked="false" name="Placeholder Text" unhidewhenused="false"> <w:lsdexception locked="false" name="No Spacing" priority="1" qformat="true" semihidden="false" unhidewhenused="false"> <w:lsdexception locked="false" name="Light Shading" priority="60" semihidden="false" unhidewhenused="false"> <w:lsdexception locked="false" name="Light List" priority="61" semihidden="false" unhidewhenused="false"> <w:lsdexception locked="false" name="Light Grid" priority="62" semihidden="false" unhidewhenused="false"> <w:lsdexception locked="false" name="Medium Shading 1" priority="63" semihidden="false" unhidewhenused="false"> <w:lsdexception locked="false" name="Medium Shading 2" priority="64" semihidden="false" unhidewhenused="false"> <w:lsdexception locked="false" name="Medium List 1" priority="65" semihidden="false" unhidewhenused="false"> <w:lsdexception locked="false" name="Medium List 2" priority="66" semihidden="false" unhidewhenused="false"> <w:lsdexception locked="false" name="Medium Grid 1" priority="67" semihidden="false" unhidewhenused="false"> <w:lsdexception locked="false" name="Medium Grid 2" priority="68" semihidden="false" unhidewhenused="false"> <w:lsdexception locked="false" name="Medium Grid 3" priority="69" semihidden="false" unhidewhenused="false"> <w:lsdexception locked="false" name="Dark List" priority="70" semihidden="false" unhidewhenused="false"> <w:lsdexception locked="false" name="Colorful Shading" priority="71" semihidden="false" unhidewhenused="false"> <w:lsdexception locked="false" name="Colorful List" priority="72" semihidden="false" unhidewhenused="false"> <w:lsdexception locked="false" name="Colorful Grid" priority="73" semihidden="false" unhidewhenused="false"> <w:lsdexception locked="false" name="Light Shading Accent 1" priority="60" semihidden="false" unhidewhenused="false"> <w:lsdexception locked="false" name="Light List Accent 1" priority="61" semihidden="false" unhidewhenused="false"> <w:lsdexception locked="false" name="Light Grid Accent 1" priority="62" semihidden="false" unhidewhenused="false"> <w:lsdexception locked="false" name="Medium Shading 1 Accent 1" priority="63" semihidden="false" unhidewhenused="false"> <w:lsdexception locked="false" name="Medium Shading 2 Accent 1" priority="64" semihidden="false" unhidewhenused="false"> <w:lsdexception locked="false" name="Medium List 1 Accent 1" priority="65" semihidden="false" unhidewhenused="false"> <w:lsdexception locked="false" name="Revision" unhidewhenused="false"> <w:lsdexception locked="false" name="List Paragraph" priority="34" qformat="true" semihidden="false" unhidewhenused="false"> <w:lsdexception locked="false" name="Quote" priority="29" qformat="true" semihidden="false" unhidewhenused="false"> <w:lsdexception locked="false" name="Intense Quote" priority="30" qformat="true" semihidden="false" unhidewhenused="false"> <w:lsdexception locked="false" name="Medium List 2 Accent 1" priority="66" semihidden="false" unhidewhenused="false"> <w:lsdexception locked="false" name="Medium Grid 1 Accent 1" priority="67" semihidden="false" unhidewhenused="false"> <w:lsdexception locked="false" name="Medium Grid 2 Accent 1" priority="68" semihidden="false" unhidewhenused="false"> <w:lsdexception locked="false" name="Medium Grid 3 Accent 1" priority="69" semihidden="false" unhidewhenused="false"> <w:lsdexception locked="false" name="Dark List Accent 1" priority="70" semihidden="false" unhidewhenused="false"> <w:lsdexception locked="false" name="Colorful Shading Accent 1" priority="71" semihidden="false" unhidewhenused="false"> <w:lsdexception locked="false" name="Colorful List Accent 1" priority="72" semihidden="false" unhidewhenused="false"> <w:lsdexception locked="false" name="Colorful Grid Accent 1" priority="73" semihidden="false" unhidewhenused="false"> <w:lsdexception locked="false" name="Light Shading Accent 2" priority="60" semihidden="false" unhidewhenused="false"> <w:lsdexception locked="false" name="Light List Accent 2" priority="61" semihidden="false" unhidewhenused="false"> <w:lsdexception locked="false" name="Light Grid Accent 2" priority="62" semihidden="false" unhidewhenused="false"> <w:lsdexception locked="false" name="Medium Shading 1 Accent 2" priority="63" semihidden="false" unhidewhenused="false"> <w:lsdexception locked="false" name="Medium Shading 2 Accent 2" priority="64" semihidden="false" unhidewhenused="false"> <w:lsdexception locked="false" name="Medium List 1 Accent 2" priority="65" semihidden="false" unhidewhenused="false"> <w:lsdexception locked="false" name="Medium List 2 Accent 2" priority="66" semihidden="false" unhidewhenused="false"> <w:lsdexception locked="false" name="Medium Grid 1 Accent 2" priority="67" semihidden="false" unhidewhenused="false"> <w:lsdexception locked="false" name="Medium Grid 2 Accent 2" priority="68" semihidden="false" unhidewhenused="false"> <w:lsdexception locked="false" name="Medium Grid 3 Accent 2" priority="69" semihidden="false" unhidewhenused="false"> <w:lsdexception locked="false" name="Dark List Accent 2" priority="70" semihidden="false" unhidewhenused="false"> <w:lsdexception locked="false" name="Colorful Shading Accent 2" priority="71" semihidden="false" unhidewhenused="false"> <w:lsdexception locked="false" name="Colorful List Accent 2" priority="72" semihidden="false" unhidewhenused="false"> <w:lsdexception locked="false" name="Colorful Grid Accent 2" priority="73" semihidden="false" unhidewhenused="false"> <w:lsdexception locked="false" name="Light Shading Accent 3" priority="60" semihidden="false" unhidewhenused="false"> <w:lsdexception locked="false" name="Light List Accent 3" priority="61" semihidden="false" unhidewhenused="false"> <w:lsdexception locked="false" name="Light Grid Accent 3" priority="62" semihidden="false" unhidewhenused="false"> <w:lsdexception locked="false" name="Medium Shading 1 Accent 3" priority="63" semihidden="false" unhidewhenused="false"> <w:lsdexception locked="false" name="Medium Shading 2 Accent 3" priority="64" semihidden="false" unhidewhenused="false"> <w:lsdexception locked="false" name="Medium List 1 Accent 3" priority="65" semihidden="false" unhidewhenused="false"> <w:lsdexception locked="false" name="Medium List 2 Accent 3" priority="66" semihidden="false" unhidewhenused="false"> <w:lsdexception locked="false" name="Medium Grid 1 Accent 3" priority="67" semihidden="false" unhidewhenused="false"> <w:lsdexception locked="false" name="Medium Grid 2 Accent 3" priority="68" semihidden="false" unhidewhenused="false"> <w:lsdexception locked="false" name="Medium Grid 3 Accent 3" priority="69" semihidden="false" unhidewhenused="false"> <w:lsdexception locked="false" name="Dark List Accent 3" priority="70" semihidden="false" unhidewhenused="false"> <w:lsdexception locked="false" name="Colorful Shading Accent 3" priority="71" semihidden="false" unhidewhenused="false"> <w:lsdexception locked="false" name="Colorful List Accent 3" priority="72" semihidden="false" unhidewhenused="false"> <w:lsdexception locked="false" name="Colorful Grid Accent 3" priority="73" semihidden="false" unhidewhenused="false"> <w:lsdexception locked="false" name="Light Shading Accent 4" priority="60" semihidden="false" unhidewhenused="false"> <w:lsdexception locked="false" name="Light List Accent 4" priority="61" semihidden="false" unhidewhenused="false"> <w:lsdexception locked="false" name="Light Grid Accent 4" priority="62" semihidden="false" unhidewhenused="false"> <w:lsdexception locked="false" name="Medium Shading 1 Accent 4" priority="63" semihidden="false" unhidewhenused="false"> <w:lsdexception locked="false" name="Medium Shading 2 Accent 4" priority="64" semihidden="false" unhidewhenused="false"> <w:lsdexception locked="false" name="Medium List 1 Accent 4" priority="65" semihidden="false" unhidewhenused="false"> <w:lsdexception locked="false" name="Medium List 2 Accent 4" priority="66" semihidden="false" unhidewhenused="false"> <w:lsdexception locked="false" name="Medium Grid 1 Accent 4" priority="67" semihidden="false" unhidewhenused="false"> <w:lsdexception locked="false" name="Medium Grid 2 Accent 4" priority="68" semihidden="false" unhidewhenused="false"> <w:lsdexception locked="false" name="Medium Grid 3 Accent 4" priority="69" semihidden="false" unhidewhenused="false"> <w:lsdexception locked="false" name="Dark List Accent 4" priority="70" semihidden="false" unhidewhenused="false"> <w:lsdexception locked="false" name="Colorful Shading Accent 4" priority="71" semihidden="false" unhidewhenused="false"> <w:lsdexception locked="false" name="Colorful List Accent 4" priority="72" semihidden="false" unhidewhenused="false"> <w:lsdexception locked="false" name="Colorful Grid Accent 4" priority="73" semihidden="false" unhidewhenused="false"> <w:lsdexception locked="false" name="Light Shading Accent 5" priority="60" semihidden="false" unhidewhenused="false"> <w:lsdexception locked="false" name="Light List Accent 5" priority="61" semihidden="false" unhidewhenused="false"> <w:lsdexception locked="false" name="Light Grid Accent 5" priority="62" semihidden="false" unhidewhenused="false"> <w:lsdexception locked="false" name="Medium Shading 1 Accent 5" priority="63" semihidden="false" unhidewhenused="false"> <w:lsdexception locked="false" name="Medium Shading 2 Accent 5" priority="64" semihidden="false" unhidewhenused="false"> <w:lsdexception locked="false" name="Medium List 1 Accent 5" priority="65" semihidden="false" unhidewhenused="false"> <w:lsdexception locked="false" name="Medium List 2 Accent 5" priority="66" semihidden="false" unhidewhenused="false"> <w:lsdexception locked="false" name="Medium Grid 1 Accent 5" priority="67" semihidden="false" unhidewhenused="false"> <w:lsdexception locked="false" name="Medium Grid 2 Accent 5" priority="68" semihidden="false" unhidewhenused="false"> <w:lsdexception locked="false" name="Medium Grid 3 Accent 5" priority="69" semihidden="false" unhidewhenused="false"> <w:lsdexception locked="false" name="Dark List Accent 5" priority="70" semihidden="false" unhidewhenused="false"> <w:lsdexception locked="false" name="Colorful Shading Accent 5" priority="71" semihidden="false" unhidewhenused="false"> <w:lsdexception locked="false" name="Colorful List Accent 5" priority="72" semihidden="false" unhidewhenused="false"> <w:lsdexception locked="false" name="Colorful Grid Accent 5" priority="73" semihidden="false" unhidewhenused="false"> <w:lsdexception locked="false" name="Light Shading Accent 6" priority="60" semihidden="false" unhidewhenused="false"> <w:lsdexception locked="false" name="Light List Accent 6" priority="61" semihidden="false" unhidewhenused="false"> <w:lsdexception locked="false" name="Light Grid Accent 6" priority="62" semihidden="false" unhidewhenused="false"> <w:lsdexception locked="false" name="Medium Shading 1 Accent 6" priority="63" semihidden="false" unhidewhenused="false"> <w:lsdexception locked="false" name="Medium Shading 2 Accent 6" priority="64" semihidden="false" unhidewhenused="false"> <w:lsdexception locked="false" name="Medium List 1 Accent 6" priority="65" semihidden="false" unhidewhenused="false"> <w:lsdexception locked="false" name="Medium List 2 Accent 6" priority="66" semihidden="false" unhidewhenused="false"> <w:lsdexception locked="false" name="Medium Grid 1 Accent 6" priority="67" semihidden="false" unhidewhenused="false"> <w:lsdexception locked="false" name="Medium Grid 2 Accent 6" priority="68" semihidden="false" unhidewhenused="false"> <w:lsdexception locked="false" name="Medium Grid 3 Accent 6" priority="69" semihidden="false" unhidewhenused="false"> <w:lsdexception locked="false" name="Dark List Accent 6" priority="70" semihidden="false" unhidewhenused="false"> <w:lsdexception locked="false" name="Colorful Shading Accent 6" priority="71" semihidden="false" unhidewhenused="false"> <w:lsdexception locked="false" name="Colorful List Accent 6" priority="72" semihidden="false" unhidewhenused="false"> <w:lsdexception locked="false" name="Colorful Grid Accent 6" priority="73" semihidden="false" unhidewhenused="false"> <w:lsdexception locked="false" name="Subtle Emphasis" priority="19" qformat="true" semihidden="false" unhidewhenused="false"> <w:lsdexception locked="false" name="Intense Emphasis" priority="21" qformat="true" semihidden="false" unhidewhenused="false"> <w:lsdexception locked="false" name="Subtle Reference" priority="31" qformat="true" semihidden="false" unhidewhenused="false"> <w:lsdexception locked="false" name="Intense Reference" priority="32" qformat="true" semihidden="false" unhidewhenused="false"> <w:lsdexception locked="false" name="Book Title" priority="33" qformat="true" semihidden="false" unhidewhenused="false"> <w:lsdexception locked="false" name="Bibliography" priority="37"> <w:lsdexception locked="false" name="TOC Heading" priority="39" qformat="true"> </w:lsdexception> </w:lsdexception> <br />
</w:lsdexception></w:lsdexception></w:lsdexception></w:lsdexception></w:lsdexception></w:lsdexception></w:lsdexception></w:lsdexception></w:lsdexception></w:lsdexception></w:lsdexception></w:lsdexception></w:lsdexception></w:lsdexception></w:lsdexception></w:lsdexception></w:lsdexception></w:lsdexception></w:lsdexception></w:lsdexception></w:lsdexception></w:lsdexception></w:lsdexception></w:lsdexception></w:lsdexception></w:lsdexception></w:lsdexception></w:lsdexception></w:lsdexception></w:lsdexception></w:lsdexception></w:lsdexception></w:lsdexception></w:lsdexception></w:lsdexception></w:lsdexception></w:lsdexception></w:lsdexception></w:lsdexception></w:lsdexception></w:lsdexception></w:lsdexception></w:lsdexception></w:lsdexception></w:lsdexception></w:lsdexception></w:lsdexception></w:lsdexception></w:lsdexception></w:lsdexception></w:lsdexception></w:lsdexception></w:lsdexception></w:lsdexception></w:lsdexception></w:lsdexception></w:lsdexception></w:lsdexception></w:lsdexception></w:lsdexception></w:lsdexception></w:lsdexception></w:lsdexception></w:lsdexception></w:lsdexception></w:lsdexception></w:lsdexception></w:lsdexception></w:lsdexception></w:lsdexception></w:lsdexception></w:lsdexception></w:lsdexception></w:lsdexception></w:lsdexception></w:lsdexception></w:lsdexception></w:lsdexception></w:lsdexception></w:lsdexception></w:lsdexception></w:lsdexception></w:lsdexception></w:lsdexception></w:lsdexception></w:lsdexception></w:lsdexception></w:lsdexception></w:lsdexception></w:lsdexception></w:lsdexception></w:lsdexception></w:lsdexception></w:lsdexception></w:lsdexception></w:lsdexception></w:lsdexception></w:lsdexception></w:lsdexception></w:lsdexception></w:lsdexception></w:lsdexception></w:lsdexception></w:lsdexception></w:lsdexception></w:lsdexception></w:lsdexception></w:lsdexception></w:lsdexception></w:lsdexception></w:lsdexception></w:lsdexception></w:lsdexception></w:lsdexception></w:lsdexception></w:lsdexception></w:lsdexception></w:lsdexception></w:lsdexception></w:lsdexception></w:lsdexception></w:lsdexception></w:lsdexception></w:lsdexception></w:lsdexception></w:lsdexception></w:lsdexception></w:lsdexception></w:lsdexception></w:lsdexception></w:lsdexception></w:lsdexception></w:lsdexception></w:lsdexception></w:lsdexception></w:latentstyles></xml><br />
<div class="MsoNormal">Ini tentang pengalaman saya naik bus ke kota Solo. Memang ini bukan yang pertama kalinya, hanya saya ingin mensharingkan tentang sekilas dunia per-bis-an melalui apa yang saya alami, dan kebetulan saya juga seorang penggemar bis. Pada awal Oktober lalu, saya memutuskan 'secara mendadak' pagi harinya untuk pergi ke Solo. Saat itu juga saya langsung menelpon ke agen bus di Terminal Lebak Bulus. Saya memilih PO Shantika dengan mesin Scania. Bus ini akan mengantar saya ke Jepara via Semarang, nanti dari Semarang baru disambung lagi dengan Patas tujuan Solo. Inilah cara menyenangkan buat saya untuk jalan-jalan.</div><div class="MsoNormal">Kembali saat saya menelpon agen, saya tanya apakah saya bisa memesan seat terdepan. Pihak agen pun menyanggupi dan saya 'deal' dengan agen untuk datang jam 16.30. Sebuah pelayanan yang cukup memuaskan ditambah dengan keberuntungan saya sehingga saya mendapat seat nomor 1.</div><div class="MsoNormal"><br />
</div><div class="MsoNormal">Saya tiba di terminal Lebak Bulus jam 4 lebih 15 menit, yang saya tempuh dengan naik bus Deborah dari Depok. Saya langsung menuju tiket dan menukarkan uang sejumlah 130 ribu rupiah dengan selembar tiket. Pihak agen kemudian memberitahu saya bahwa bus sudah ada di tempat dan saya bisa langsung masuk ke dalam. Lalu saya menuju ke tempat dimana bis itu berada. Saya senang ketika melihat bis yang saya naiki ini. Ini termasuk armada terbaru yang dimiliki PO ini. Bus dengan mesin Scania K380IB yang dibajukan dengan karoseri Scorpio King pabrikan dari Tentrem, berwarna putih dengan garis-garis dinamis. Bis ini menjadi bahan perbincangan para penggemar bis belakangan ini. Selain karena power-nya yang paling besar saat ini, yaitu 380 HP, di Jawa sendiri hanya 2 PO yang setahu saya baru memiliki mesin tipe ini.</div><div class="MsoNormal"><br />
</div><div class="MsoNormal">Pukul 17.45, bus berangkat meninggalkan terminal, dan langsung masuk Tol JORR tanpa 'ngetem' lagi di pinggir jalan. Ketika sampai di Jati Asih, bus ini keluar Tol. Saya juga kurang tahu apakah di daerah ini ada agen atau tidak. Bus berhenti sekitar 10 menit, dan menaikkan 1 atau 2 orang penumpang. Kebetulan bus tidak penuh dan masih tersisa beberapa kursi kosong. Setelah itu, bus berjalan lagi dan masuk Tol Cikampek.</div><div class="MsoNormal">Bus kelas eksekutif ini tentunya dapat fasilitas, selain AC dan toilet seperti Reclining seat, leg rest, bantal, selimut, TV LCD dan musik (saat itu TV musik tidak dinyalakan karna tertulis ada masalah dengan sistem audio-nya), dan yang pastinya saya mendapat servis makan prasmanan. PO ini bekerja sama dengan RM. Barokah Indah yang ada di daerah Indramayu (kalau tidak salah). Menu makanan malam ini cukup enak walau terlihat biasa-biasa saja bagi saya. Saya sampai di rumah makan ini sekitar jam 9 kurang, dan penumpang diberi waktu untuk makan, istirahat, dan lain-lain selama 30 menit, setelah itu melanjutkan perjalanan.</div><div class="MsoNormal"><br />
</div><div class="MsoNormal">Waktu makin malam, dan bagi penumpang lain ini waktunya tidur yang nyenyak. Perut sudah kenyang, AC cukup dingin, ditambah suspensi udara yang nyaman biasanya akan membuat penumpang tertidur nyenyak, cepat atau lambat. Tapi tahukah Anda, bahwa ketika para penumpang tertidur, para sopir bus akan memacu bus-nya lebih cepat dan kadang lebih gila. Inilah pertempuran malam dimulai. Bus berjalan terasa halus, tapi diam-diam angka di speedometer sudah menujukkan 125 km/jam (angka maksimal di speedo). Bus-bus lain yang berada jauh di depan mampu dikejarnya dan disalip, bahkan bus-bus yang 30 menit lebih berangkat lebih dulu dari terminal Lebak Bulus pun sanggup disusulnya. Tapi, saya melihatnya masih wajar, lantaran mesin bus ini yang sanggung mengeluarkan power 380 HP sementara bus-bus lain hanya sekitar 180 HP, 210 HP, 250 HP, 260 HP saja, ditambah solar yang tidak dibatasi. Alhasil, apa yang terjadi semalam menjadi tontonan yang menarik buat saya.</div><div class="MsoNormal"><br />
</div><div class="MsoNormal">Kekhawatiran mulai melanda karena sampai di tempat tujuan lebih pagi dari yang saya perkirakan. Jam 3 kurang sudah sampai di Semarang, dimana saya berencana turun di sini. Tapi, saya urungkan rencana itu dan saya lebih memilih melanjutkan sampai Jepara, demi keamanan. Lagi-lagi karena bus yang melaju cepat, Semarang - Jepara hanya ditempuh 1 jam kurang. Akhirnya saya meminta tolong kepada kru bus ini untuk diperbolehkan ikut sampai ke garasi sambil menunggu matahari terbit. Setelah menurunkan penumpang terakhir, bus menuju ke garasi yang berada di daerah Ngabul, Jepara. Saya pun diperbolehkan tidur di dalam bus.</div><div class="MsoNormal"><br />
</div><div class="MsoNormal">Paginya, saya bangun dan meninggalkan garasi. Saya mengurus pertiketan dahulu untuk saya pulang ke Jakarta sebelum beranjak ke Solo, yang ternyata ujung-ujungnya tidak berhasil dan saya putuskan untuk langsung ke Solo. Saya berangkat dari Jepara jam 11 siang, naik bus 3/4 ke Semarang. Waktu saya naik, bis tidak terlalu penuh, dan saya memilih duduk di belakang, dekat pintu belakang. Bus lambat laun dipenuhi orang-orang yang baru masuk/pulang kerja. Mereka kebanyakan adalah para wanita dari pabrik rokok Djarum, terlihat dari topi khas yang mereka pakai. Beruntung saya memilih tempat duduk yang pas, jadi saya tidak ikutan desak-desakan seperti yang lain, lega dan tidak panas. Kalo pagi tadi naik bus besar, Semarang - Jepara bisa di tempuh dalam waktu kurang dari 1 jam, lain halnya dengan bus reguler ini. Dari Jepara ke Semarang via Demak ditempuh sampai 2 jam lamanya. </div><div class="MsoNormal"><br />
</div><div class="MsoNormal">Sampai di terminal Terboyo Semarang jam 1 siang. Kebetulan ada Patas Safari ke Solo yang barusan ke luar terminal, lalu saya berlari dan saya cegat di putaran. Ada pengalaman yang menarik selama naik bus ini. Awak bus ini berseturu dan merasa kesal dengan bus beda PO di depannya yang melayani trayek yang sama, lantaran mereka berjalan lebih dulu. Alhasil jalur Semarang Solo menjadi jalur yang terpanas dari yang pernah saya temui. Mereka saling kejar-kejaran, dan biarpun hujan deras, sopir Safari ini tetap melajukan bus ini dengan kencangnya, yang sempat membuat saya was-was. Kemelut antara dua bus dua PO berakhir di terminal Bawen, saat bus yang saya naiki masuk ke terminal sementara sasarannya jalan terus. Tapi, ternyata hal itu tidak membuat sopir bus Safari ini menjadi tenang, dia tetap 'panas' mengendarai bus ini, bahkan sampai mendahului sesama Patas Safari lain, yang berhasil tersusul di daerah Boyolali. Beruntung, saya sampai di Solo dengan selamat.<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="http://img715.imageshack.us/img715/8350/pict2260a.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="240" src="http://img715.imageshack.us/img715/8350/pict2260a.jpg" width="320" /></a></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="http://img155.imageshack.us/img155/7531/pict2267a.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="240" src="http://img155.imageshack.us/img155/7531/pict2267a.jpg" width="320" /></a></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="http://img543.imageshack.us/img543/809/pict2268a.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="240" src="http://img543.imageshack.us/img543/809/pict2268a.jpg" width="320" /></a></div></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><object width="400" height="300" ><param name="allowfullscreen" value="true" /><param name="allowscriptaccess" value="always" /><param name="movie" value="http://www.facebook.com/v/1385822500574" /><embed src="http://www.facebook.com/v/1385822500574" type="application/x-shockwave-flash" allowscriptaccess="always" allowfullscreen="true" width="400" height="300"></embed></object></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><object width="400" height="300" ><param name="allowfullscreen" value="true" /><param name="allowscriptaccess" value="always" /><param name="movie" value="http://www.facebook.com/v/1386320873033" /><embed src="http://www.facebook.com/v/1386320873033" type="application/x-shockwave-flash" allowscriptaccess="always" allowfullscreen="true" width="400" height="300"></embed></object></div>Ignatius Yudistiro Sampurna, S.Arshttp://www.blogger.com/profile/12605547413283197351noreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-6065260308635379308.post-22176530018427890152010-11-14T09:52:00.000+07:002010-11-14T09:52:41.228+07:00Kamen Rider Jadul<!--[if gte mso 9]><xml> <w:WordDocument> <w:View>Normal</w:View> <w:Zoom>0</w:Zoom> <w:TrackMoves/> <w:TrackFormatting/> <w:PunctuationKerning/> <w:ValidateAgainstSchemas/> <w:SaveIfXMLInvalid>false</w:SaveIfXMLInvalid> <w:IgnoreMixedContent>false</w:IgnoreMixedContent> <w:AlwaysShowPlaceholderText>false</w:AlwaysShowPlaceholderText> <w:DoNotPromoteQF/> <w:LidThemeOther>IN</w:LidThemeOther> <w:LidThemeAsian>X-NONE</w:LidThemeAsian> <w:LidThemeComplexScript>X-NONE</w:LidThemeComplexScript> <w:Compatibility> <w:BreakWrappedTables/> <w:SnapToGridInCell/> <w:WrapTextWithPunct/> <w:UseAsianBreakRules/> <w:DontGrowAutofit/> <w:SplitPgBreakAndParaMark/> <w:DontVertAlignCellWithSp/> <w:DontBreakConstrainedForcedTables/> <w:DontVertAlignInTxbx/> <w:Word11KerningPairs/> <w:CachedColBalance/> </w:Compatibility> <w:BrowserLevel>MicrosoftInternetExplorer4</w:BrowserLevel> <m:mathPr> <m:mathFont m:val="Cambria Math"/> <m:brkBin m:val="before"/> <m:brkBinSub m:val="--> <m:smallfrac m:val="off"> <m:dispdef> <m:lmargin m:val="0"> <m:rmargin m:val="0"> <m:defjc m:val="centerGroup"> <m:wrapindent m:val="1440"> <m:intlim m:val="subSup"> <m:narylim m:val="undOvr"> </m:narylim></m:intlim> </m:wrapindent><!--[endif]--><!--[if gte mso 9]><xml> <w:LatentStyles DefLockedState="false" DefUnhideWhenUsed="true"
DefSemiHidden="true" DefQFormat="false" DefPriority="99"
LatentStyleCount="267"> <w:LsdException Locked="false" Priority="0" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Normal"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="9" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="heading 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 7"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 8"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 9"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 7"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 8"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 9"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="35" QFormat="true" Name="caption"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="10" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Title"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="1" Name="Default Paragraph Font"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="11" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Subtitle"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="22" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Strong"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="20" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Emphasis"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="59" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Table Grid"/> <w:LsdException Locked="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Placeholder Text"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="1" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="No Spacing"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1 Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2 Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1 Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Revision"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="34" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="List Paragraph"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="29" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Quote"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="30" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Intense Quote"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2 Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1 Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2 Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3 Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1 Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2 Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1 Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2 Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1 Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2 Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3 Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1 Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2 Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1 Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2 Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1 Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2 Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3 Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1 Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2 Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1 Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2 Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1 Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2 Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3 Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1 Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2 Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1 Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2 Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1 Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2 Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3 Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1 Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2 Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1 Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2 Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1 Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2 Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3 Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="19" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Subtle Emphasis"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="21" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Intense Emphasis"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="31" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Subtle Reference"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="32" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Intense Reference"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="33" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Book Title"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="37" Name="Bibliography"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="39" QFormat="true" Name="TOC Heading"/> </w:LatentStyles> </xml><![endif]--><!--[if gte mso 10]> <style>
/* Style Definitions */
table.MsoNormalTable
{mso-style-name:"Table Normal";
mso-tstyle-rowband-size:0;
mso-tstyle-colband-size:0;
mso-style-noshow:yes;
mso-style-priority:99;
mso-style-qformat:yes;
mso-style-parent:"";
mso-padding-alt:0cm 5.4pt 0cm 5.4pt;
mso-para-margin-top:0cm;
mso-para-margin-right:0cm;
mso-para-margin-bottom:10.0pt;
mso-para-margin-left:0cm;
line-height:115%;
mso-pagination:widow-orphan;
font-size:11.0pt;
font-family:"Calibri","sans-serif";
mso-ascii-font-family:Calibri;
mso-ascii-theme-font:minor-latin;
mso-fareast-font-family:"Times New Roman";
mso-fareast-theme-font:minor-fareast;
mso-hansi-font-family:Calibri;
mso-hansi-theme-font:minor-latin;
mso-bidi-font-family:"Times New Roman";
mso-bidi-theme-font:minor-bidi;}
</style> <![endif]--> <div class="MsoNoSpacing">Habis nonton film Kamen Rider RX, gw dapet satu episode film ini dari temen gw. Tapi, di film itu varian Kamen Rider RX mulai dari Kamen Rider black, black RX, RX robo, sampe RX bio semuanya nongol... mungkin dengan pemain yang beda. Padahal kalo dulu mikirnya... satu Kamen Rider diperanin sama satu orang, ya si kotaro minami itu.</div><div class="MsoNoSpacing"><br />
</div><div class="MsoNoSpacing">Kamen Rider RX, kalo dulu gw nyebutnya Ksatria Baja hitam, dan kayaknya itu istilah emang dari stasiun TV yang dulu nayangin film ini. Gw tuh ngerasa lucu aja, ngeliat film ini dari segala hal. Dari pas kotaro minami berubah pake gaya yang khas banget, kayaknya ribet aja gitu loch... kalo dipikir-pikir, musuh pasti udah nyerang duluan pas kotaro minami lagi berubah pake gaya itu... tapi nyatanya, monsternya cuma ngeliatin aja. Aneh banget khan?...</div><div class="MsoNoSpacing"><br />
</div><div class="MsoNoSpacing">Terus, kalo liat jubah besi yang dipake, bener-bener2 cupu abiiss. Dulu nganggepnya itu jubah besi beneran, tapi kok banyak tekukan-tekukan ya? hahaha... Keliatan banget kalo itu dari kulit atau karet, dan gak ada kesan besinya. Coba perhatiin bagian pangkal ketek, lutut, sikut, paha, leher ama pinggang, gak tertutup kayak di dadanya aau bagian lain alias gak rata. Maksudnya sih biar aktornya bisa gerak bebas. Coba dari ujung kepala sampe kaki dibuat tertutup... ya gak bisa gerak lah...</div><div class="MsoNoSpacing"><br />
</div><div class="MsoNoSpacing">Teknik kameranya juga pake teknik lama, paling sering pake teknik reserved ama cut scene. Contohnya, pas RX mau pake jurus tendangan maut. Kamera nyorot RX yang masih di atas tanah, trus dia loncat. Tauk-tauk udah ganti scene, pas dia udah di atas, di langit. Padahal kita tauk tuh, ngloncatnya gak tinggi-tinggi banget. Kalo teknik reserved, contohnya pas RX atau monsternya loncat dari bawah ke atas. Padahal tuh cuma diputer balik aja, aslinya dia loncat dari atas dulu.</div><div class="MsoNoSpacing"><br />
</div><div class="MsoNoSpacing">Kalo dari sisi karakter ceritanya... terlalu didramatisir. Penuh solidaritas, setia kawan. Trus, hampir setiap episode menampilkan cerita yang sama. Monster bikin kacau, datenglah kotaro minami, trus berubah jadi RX, trus monsternya kalah. Kadang gak ada hubungannya antara episode satu dengan yang lainnya. Gak kayak yang sekarang, very complicated... yang kadang permasalahan gak selese dalam satu episode... dan cerita setiap episode selalu berhubungan, jadi kalo gak nonton satu episode, nonton episode berikutnya jadi janggal.</div><div class="MsoNoSpacing"><br />
</div><div class="MsoNoSpacing">Cara si Baja Hitam ngalahin monsternya juga simple banget. Biar ceritanya lebih seru pasti pertama si jagoannya gak kuat ngelawan monsternya. Tapi kalo udah mau abis ceritanya, gak tau gimana tauk2 tuh jagoan jadi kuat trus bisa ngalahin monsternya. Ibarat jagoan kalah duluan menang belakangan dipake di cerita ini. Trus yang gak kalah serunya pas di ending. Udah ciri khas banget, kalo monster kalah trus meledak trus jagoannya balik arah sambil gaya trus diem beberapa detik. Sumpah konyol abis... </div><div class="MsoNoSpacing"><br />
</div><div class="MsoNoSpacing">Trus soal belalang tempur, perhatiin deh setiap kalo Baja Hitam naik motor belalang tempurnya... muter dulu sambil diliat, abis itu berdiri disampingnya trus langsung ngangkangin tuh motor. Sett dah, ngangkangnya biasa ja mas... Seru abis. Udah gitu, knalpotnya banyak banget, yang satu knalpot beneran yg satunya lagi cuma corong... wkwkwk. Trus kalo ngebut pasti banyak asep nya alias ngebul... ketawan kalo pake motor 2 tak.</div><div class="MsoNoSpacing"><br />
</div><div class="MsoNoSpacing">Trus... dari soundtrack... lagunya enak-enak, tapi kebanyakan penyanyinya bapak2, ketawan dari suaranya yang ngebass. </div><div class="MsoNoSpacing"><br />
</div><div class="MsoNoSpacing">Tapi, hebatnya dari serial ini adalah memang ditujukan untuk anak-anak. Ksatria Baja Hitam yang dulu ceritanya ringan dan adegan perkelahiannya gak brutal. Ceritanya juga inspiratif. Penggemar Tokusatsu di Indonesia kebanyakan dulunya emang seneng banget nonton film ini dan kegemaraannya biasanya berawal dari film ini. Seiring perjalanan waktu, penggemar Ksatria Baja Hitam ini yang dulunya masih kecil sekarang sudah remaja dan dewasa, yang tentunya seleranya sudah tidak seperti dulu lagi. Tapi mereka tetap menggemari serial Masked Rider Jepang dari tahun ke tahun, karena serial Masked Rider jepang semakin berkembang, semakin canggih dan cerita juga tidak sederhana lagi dan bahkan menurut saya sudah tidak cocok lagi ditonton oleh anak-anak.</div></m:defjc></m:rmargin></m:lmargin></m:dispdef></m:smallfrac>Ignatius Yudistiro Sampurna, S.Arshttp://www.blogger.com/profile/12605547413283197351noreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-6065260308635379308.post-6229356723026458722010-11-14T09:39:00.000+07:002010-11-14T09:39:47.779+07:00PENYESALANsebuah rasa penyesalan yang tak kunjung hilang... mengapa aku masih memendam rasa itu... ketika waktu tak dapat lagi diputar balik... apa yang harus aku lakukan... <br />
seikat kenangan yang masih menyatu di kepalaku... terlihat masih jelas... dan rasanya pun masih terasa...<br />
sungguh-sungguh aku menyesal... sangat-sangat menyesal... <br />
mengapa aku dilahirkan seperti ini... tak punya nyali sedikit pun...<br />
tak berani bertindak... hanya mampu menatap dari kejauhan...<br />
hingga cinta melayang begitu saja...<br />
<br />
aku sakit... aku sakit bukan karena dia...<br />
aku sakit... karena diriku sendiri...<br />
ketika itu...<br />
hanya bisa melihat dari balik kaca... <br />
hanya mampu menyentuh dari seberang daratan... <br />
hanya berani berbicara dengan secarik kertas...<br />
hanya dapat tersenyum saat tak ku terlihat...<br />
semuanya ... tak ada gunanya...<br />
<br />
<br />
cintaku sangat membekas di hati...<br />
namun sungguh memilukan... <br />
<br />
bodoh!! aku sangat bodoh!! <br />
hatiku menyimpan rasa penyesalan diri yang amat dalam<br />
ketika ku teringat semua kenangan itu...<br />
<br />
cinta yang tak terucapkan...<br />
cinta yang belum sempat ku sampaikan...<br />
cinta yang tak berani ku perlihatkan...<br />
cintaku ini sungguh2 memalukan...<br />
namun cintaku ini masih membekas...<br />
<br />
masihkah ada kesempatan ...<br />
untukku bertindak ...<br />
atas nama cinta...<br />
aku ingin mencoba lagi...<br />
memberanikan diri...<br />
menghadapi cintaku ini...Ignatius Yudistiro Sampurna, S.Arshttp://www.blogger.com/profile/12605547413283197351noreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-6065260308635379308.post-58061616467687057532010-11-14T09:37:00.000+07:002010-11-14T09:37:08.192+07:00Serunya Naik Kereta Api Ke Bandung<div style="text-align: justify;"></div><div style="text-align: left;">Salah satu pesona yang bisa kita nikmati saat pergi ke Bandung adalah perjalanannya. Bandung, sebuah ibukota dari provinsi Jawa Barat, terletak di dataran tinggi. Lokasinya dikelilingi perbukitan dan gunung-gunung, makanya jika kita pergi ke Bandung, kita harus mendaki dan menuruni gunung dan kadang membelah bukit. Saya dan teman-teman saya tidak pernah bosan pergi ke kota itu karena selain kotanya masih sejuk, untuk menikmati kota Bandung kita cukup butuh satu hari saja, itu sudah termasuk perjalanan pp. Di antara banyaknya transportasi umum menuju Bandung, saya dan teman saya lebih memilih moda Kereta Api. Mungkin dipikiran kami, naik gunung dengan kendaraan mobil atau bus itu sudah biasa, tapi kalo dengan kereta api... pastinya lebih menyenangkan.<br />
<br />
Kebetulan minggu lalu saya pergi ke Bandung dengan kereta api. Harga tiket kereta api dengan bis AKAP ke Bandung tidak jauh berbeda. Untuk kereta api kelas bisnis cukup Rp 30.000, sedangkan kelas eksekutif hanya Rp 50.000. Kelas favorit saya adalah bisnis, karena lebih murah dan kelebihan uangnya bisa untuk membeli oleh-oleh. Pemberangkatan dari Jakarta bisa dari Gambir, bisa juga dari Jatinegara. O iya, nama kereta api ke Bandung sudah berubah. Kalo dulu ada Parahyangan dan Argo Gede, sekarang digabung menjadi satu menjadi Argo Parahyangan.<br />
<br />
Umumnya, kita akan mendapatkan nomor tempat duduk di kelas bisnis. Tapi berapa pun nomor tempat duduk yang saya dapat, saya selalu mencari tempat duduk yang kosong di gerbong paling belakang. Biasanya saya menyempatkan untuk tidur sejenak saat perjalanan dari Gambir ke Cikampek. Setelah lewat dari Cikampek dan Purwakarta saya baru bangun dan siap menikmati sensasi perjalanan yang sesungguhnya.<br />
<br />
Saat kita sampai di daerah Purwakarta, di sebelah kanan kita akan melihat pegunungan. Di balik gunung-gunung itu, kalau mata kita jeli maka kita akan melihat sebuah danau atau waduk, itulah waduk Jatiluhur. Dari sini pun kita sudah disuguhi pemandangan yang luar biasa. Dari Purwakarta kita akan melewati Tol Cipularang, dan posisi kita lebih dekat dengan waduk, hanya saja kita sulit melihatnya karena tertutupi gunung. Kalau kita melihat peta, maka di situ ada banyak simbol gunung di sekitar waduk. Tapi ada hal yang cukup memilukan bagi saya, gunung-gunung itu sebagian sudah terkikis karena pertambangan kapur.<br />
<br />
Setelah melewati waduk Jatiluhur atau tepatnya setelah melewati Stasiun Plered, kita juga akan melewati Waduk Cirata yang ada di sebelah kanan. Tapi kita tidak dapat melihatnya karena tertutup oleh bukit. Perhatian saya justru tertarik pada liukan-liukan si ular besi ini. Bahkan ada kelokan yang hampir beradius 360 derajat, tepatnya di dekat Stasiun Puteran. Di sini memang terdapat banyak sekali kelokan, karena status kereta sedang mendaki gunung. Biasanya saya sudah tidak duduk lagi di tempat duduk melainkan berdiri di pintu, sambil menikmati udara segar dan pemandangan yang menakjubkan. Tapi, perjalanan masih panjang dan itu semua belum seberapa.<br />
<br />
O iya, sebenarnya di daerah ini kita akan melewati sebuah Jembatan yang fenomenal di Indonesia, yaitu Jembatan Cisomang, hanya saya tidak tahu tepatnya di daerah mana. Jembatan Cisomang merupakan Jembatan KA paling tinggi di Indonesia, kurang lebih kedalamannya mencapai 200 meter. Tapi, jembatan ini tidak menyeramkan karena memiliki jalan kecil di sisinya sehingga lebih lebar. Berikutnya, salah satu rekor yang ada dalam perjalanan ini adalah Terowongan Sasaksaat. Terowongan Sasaksaat merupakan terowongan KA paling panjang yang masih aktif di Indonesia, panjangnya kurang lebih 949 meter. Terowongan ini terasa menyeramkan karena "kata orang sekitar" terowongan ini adalah terowongan yang angker. Biasanya saya selalu menutup pintu kereta api jika sedang melewati terowongan ini.<br />
<br />
Tidak jauh dari Stasiun Sasaksaat, kita akan melintasi kembali Tol Cipularang, dari bawah kolong. Dari sini kita bisa melihat jembatan yang sangat mengagumkan yang akan kita lewati. Sungguh luar biasa, sangat mendebarkan, kalau kita ada di pintu maka hanya beda satu langkah tingginya sudah mencapai puluhan dan ratusan meter. Jembatan ini tidak mempunyai pembatas dan kita bisa melihat apa yang ada di bawah jembatan ini. Selain itu, kita juga bisa menikmati jembatan Tol Cipularang yang tidak kalah tingginya. Inilah yang saya maksud sensasi itu. Kemudian dari sini kita akan melewati jembatan-jembatan lain yang jumlahnya masih saya belum tahu (mungkin ada 10 lebih), yang semuanya tidak ada pembatasnya.<br />
<br />
Akhir dari sensasi yang mendebarkan ini berakhir di daerah Padalarang, karena kita sudah mulai memasuki Kota Bandung. Sekedar tips dan saran, pilih perjalanan di pagi hari dan menjelang sore, karena selain masih bisa menikmati pemandangan, udaranya tidak terlalu panas. Jangan nekat berdiri di pintu kereta yang terbuka, dan waspadalah terhadap pelempar batu yang setiap saat bisa mencelakai Anda (saya saja hampir kena lho...), terutama di jalur Jakarta-Cikampek. Jangan buang sampah di jalan, karena bisa merusak alam.</div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="http://img267.imageshack.us/img267/8509/dsc03945kecil.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="240" src="http://img267.imageshack.us/img267/8509/dsc03945kecil.jpg" width="320" /></a></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="http://img819.imageshack.us/img819/3940/dsc03944kecil.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="240" src="http://img819.imageshack.us/img819/3940/dsc03944kecil.jpg" width="320" /></a></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="http://img337.imageshack.us/img337/3373/dsc00876kecil.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="240" src="http://img337.imageshack.us/img337/3373/dsc00876kecil.jpg" width="320" /></a></div><div style="text-align: justify;"><br />
</div>Ignatius Yudistiro Sampurna, S.Arshttp://www.blogger.com/profile/12605547413283197351noreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-6065260308635379308.post-36467473080664312862010-07-08T23:45:00.000+07:002010-07-08T23:45:07.505+07:00Film itu adalah... Film itu adalah sebuah cerita tentang kehidupan manusia.....<br />
<br />
Kehidupan manusia sendiri merupakan kumpulan dari berberapa film dengan genre yang berbeda. Sepenggal cerita kehidupan manusia kemudian diolah lalu agak didramatisir dan diberi efek-efek tertentu, maka jadilah sebuah film dengan satu genre tertentu. Saya ambil contoh satu cerita (cuma contoh aja ya, bukan kenyataan). <br />
<br />
Saya bangun tidur lumayan telat, alarm pun menunjukan sudah 3 kali berdering. Langsung, saya pun mandi dengan shower di ruangan mandi saya yang cukup besar. Saya meninggalkan rumah saya yang mewah untuk berangkat ke kantor dengan menggunakan mobil mewah.<br />
<br />
Kemudian di tengah jalan saya hampir menabrak seseorang, tapi seseorang untuk pingsan karna kaget dan mendapat luka yang ringan. Ternyata, orang itu adalah seorang wanita yang cantik dan sexy. Saya panik karna orang2 sudah ingin memukuli saya. Saya pun mengantar wanita ini ke rumah sakit. Di rumah sakit, saya menitipkan pasien wanita ini ke seorang suster dan mengatakan kalo seluruh biaya saya yang menanggungnya. Karna saya sudah telat sekali ke kantor.<br />
<br />
Saya memacu mobil saya dengan cepatnya, tanpa takut suatu apa pun. Tempat yang berjarak 30km saya tempuh hanya kurang dari 10 menit lewat jalan bebas hambatan yg ternyata cukup ramai juga.<br />
<br />
Namun, tetap saja tiba kantor sudah tengah hari, banyak pekerjaan yang tertunda, saya pun dimarahi atasan saya. saya merasa hari ini adalah hari yang berat. Namun, di saat saya merasa stress, banyak rekan2 kerja yang memberi support. Saya pun merasa senang.<br />
<br />
Jam menunjukan pukul 3 sore, saatnya untuk pulang. Di saat mau menginjakkan kaki ke luar kantor, Boss saya memanggil nama saya. Spontan saya terdiam dan jantung berdetak keras, sampai keringat dingin. Lalu saya membalik badan saya, sambil tersenyum dan berkata, "eh, si boss... knapa boss?". ternyata eh ternyata, si boss cuma mengingatkan saya kalo besok ada meeting dengan klien. Saya pun lega, dan langsung melangkahkan kaki menuju parkir mobil saya.<br />
<br />
Sampai di parkir, saya melihat ada seseorang yang mendekati mobil saya, dan dia terlihat waspada sambil melihat sekelilingnya. Gak taunya pintu mobil saya terbuka, lalu di lari sambil membawa sesuatu yang diambil dari mobil saya. ternyata itu adalah surat berharga warisan dari kakek saya. Saya pun mengejarnya dengan skuat tenaga. Akhirnya maling itu tertangkap dan saya langsung memanggil satpam. ternyata orang itu adalah suruhan paman saya. <br />
<br />
Lalu saya pun pulang ke rumah saya. Tidak lupa saya datang ke rumah sakit, menengok wanita itu. Rumah sakit tidak jauh dari rumah saya mungkin sekitar 5 km dari rumah saya. ternyata wanita itu sudah sdar dan sudah sehat. ketika wanita itu saya datangi. wanita itu terlihat kesal sekali. Saya pun telah berkali-kali mengucapkan maaf tapi tidak dimaafkannya. tapi akhirnya saya dimaafkannya. Sesekali saya menatap matanya dan dia pun menatap saya juga. Lama2 saya jatuh hati padanya. Nama wanita itu adalah Laras. Lalu saya tanya dimana ia tinggal. ternyata, dia tinggal di jakarta, dan dia habis kecopetan di bis. Karna dia gak bisa membayar tiket bis, dia pun diturunkan di jalan. Dan gak lama kemudian terjadilah insiden itu. Lalu saya menawarkan untuk tinggal di rumah saya sementara. Sebelum ke rumah, kami makan malam dulu di resto, dan berceritalah kami di situ.<br />
<br />
Di tengah jalan, tiba2 mesin mobil mati dan kami berada di tengah kawasan yang gelap. Laras ketakutan, memegang lengan saya. Saya pun berusaha menenangkannya. Saya keluar mencoba melihat masalah apa yang sedang terjadi. Setelah di lihat ternyata tidak ada masalah. Saya kembali ke dalam mobil, dan mencoba menelpon bengkel. Tapi tidak ada signal. Kejadian ini baru saya alami kali ini karna kebetulan jalan yang biasa yang saya lewati sedang dalam perbaikan lalu saya melewati jalan alternatif yg terdekat. Saya baru inget kalo daerah ini terdapat kuburan tua. Tiba2 hawa terasa dingin dan bulu kuduk saya berdiri. Pegangan laras pun juga makin kencang dan dia sampe memeluk saya ketakutan. Lalu sesuatu yang tidak dapat dideskripsikan lewat di depan mobil saya. Beberapa menit yang mencekam.<br />
<br />
Setelah itu mobil saya menyala. Dan kami melanjutkan perjalanan sambil ketakutan setengah mati. Dan sampailah di rumah saya, tapi pegangan laras belum juga dia lepaskan. Dia pun tersipu malu. Disitulah kami mulai saling jatuh cinta. Saya tunjukan kamar laras. Lalu saya pun ke kamar saya. Saat saya sedang mandi, saya mendengar teriakan. Dan itu adalah teriakan laras, dengan terburu2 dan dengan modal handuk, saya pun buru2 menghampiri kamarnya dengan badan masih basah dan bersabun. Ketika saya buka pintu tdak ada orang, ternyata dia ada di kamar mandi. Dia pun menutup muka dan duduk di pojok kamar mandi. Lalu dia menunjuk sesuatu, ternyata ada kecoak. Saya pun tersenyum sambil membuang kecoa tu. Dia pun sdar bahwa kami sama2 sedang setengah telanjang. Kami pun malu. Lalu saya mendekati laras dengan percaya diri, lalu saya menngucapkan kalimat dashyat. Aku sayang kamu.<br />
<br />
Lalu mulailah kami bercumbu dan diranjang kami bercinta. Setelah bercinta, laras tersenyum dan gak menyangka betapa hebatnya permainan kami tadi. Dia mengajak saya mandi bersama. Saya pun tidak menolak. Di saat badan kami sudah bersih, saya merasa bergairah kembali, Laras pun merasakan hal yang sama. Jadilah kami melakukan ronde yang kedua di kamar mandi. Dan hari itu berakhir saat kami tertidur pulas di ranjang.<br />
<br />
Hebat khan ceritanya..... Dari cerita itu bisa dibuat beberapa film dengan genre yang berbeda lho, dengan mengambil sepenggal cerita di atas, lalu ceritanya diperluas dengan menitikberatkan berasarkan genre. Kemudian di beri efek dan lebih didramatisir. Coba kita lihat.<br />
<br />
Kita bisa membuat film drama percintaan, ketika dia bertemu laras, kemudian jatuh cinta. Film drama sosial, ketika dia menabrak laras dan dia hampir dipukuli orang banyak. Atau bisa juga diambil ketika dia telat sampai di kantor, dimarahi boss, lalu diberi support oleh rekan kerja. Film action balapan, ketika ternyata dia bisa memacu kendaraannya hingga hanya beberapa menit sampai kantor, mungkin saja dia mantan pembalap. Film action lain, ketika dia berusaha mengejar maling dan menangkapnya, siapa tahu ternyata dia intel atau mantan detektif hebat. Film komedi, ketika dia telat bangun tidur dan hendak pulang dari kantor. Film misteri diambil dari ketika maling itu ternyata suruhan pamannya, disitulah misteri dimulai. Film horor ketika dia melewati daerah angker. Nah, selain itu ada juga film genre lain yaitu film porno di bagian terakhir. (hehehe...).<br />
<br />
Ysampurna<br />
29 Juni 2010Ignatius Yudistiro Sampurna, S.Arshttp://www.blogger.com/profile/12605547413283197351noreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-6065260308635379308.post-74845284707999925842010-07-03T20:19:00.000+07:002010-07-03T20:19:45.094+07:00Memang bukan Rejeki... Menjelang Ulang Tahun Po. ShantikaHari Jumat, gak seperti biasanya, hari ini gw bawa tas yang isinya bermacam-macam barang. Ada kemeja, kaos, celana, dan puyer tolak angin serta sedikit bekal air minum. Layaknya orang ingin melakukan perjalanan jauh. Tapi memang, setelah pulang kantor hari ini, saya akan segera menuju ke terminal Rawamangun untuk pergi ke Jepara dan menghadiri Ulang Tahun Shantika. Rencana yang udah dipersiapkan secara matang mulai dari seminggu sebelumnya. Keinginan gw untuk mencicipi bus baru Muji Jaya 1525 HD new Marcopolo akan segera terwujud, apalagi kalo dikendarai driver handal macam Mas David, plus bareng teman-teman Bismania. Tiket saya dan yang lainnya sudah ada ditangan saya hari Rabu lalu. Waktu perjalanan dari kantor ke terminal Rawamangun udah gw perhitungkan jauh2 hari. Hari ini gw memang tinggal menunggu saat2 pulang kantor, sambil membayangkan gimana seru dan asyiknya naik bis baru ngeblonk bareng temen2.<br />
<br />
Jam begitu terasa lama, gw sendiri dari sejak sampai di kantor sudah gak ada gairah untuk bekerja. Tiba2, sekitar jam 9 lebih, teman kantor senior gw menelpon. Mendengar dering telepon saja udah membuat perasaan gw gak enak, apalagi kalo dijawab. Mau gak mau tetap harus gw jawab. Pembicaraannya kurang lebih seperti ini:<br />
<br />
Teman (T) : Halo... Dis, lo lagi sibuk gak?<br />
Gw (G) : Kenapa emangnya pak?<br />
T: Gak, khan si xxxx (nama disamarkan) gak bisa ikut Aanwijzing ke Serang, jadi lo ikut ya...<br />
G: (perasaan gw jadi bener2 gak enak)... hah... ke serang?!<br />
T: iya. Ntar jam sebelasan kita berangkat ya... bisa khan?<br />
G: (bingung antara jawab bisa apa gak, kalo bilang gak bisa takutnya dia ngadu ke boss, kalo jawab bisa, bisa gagal gw ke jepara)...<br />
G: Pak.. itu.. itu kira2 pulang ke kantor sampenya jam berapa pak?<br />
T: Ya... kira2 jam 8an lah...<br />
G: hah!! jam 8. Yang bener pak. Wah, gak bisa pak saya harus disini jam 5 sore pak. (Awal kesalahan gw)...<br />
T: Jam 5? Mau ngapain lo, sibuk ya?<br />
G: ENGGAK BEGITU SIH, SOALNYA NTAR PULANG KANTOR SAYA MAU PULANG KAMPUNG PAK. (kalimat huruf besar merupakan kalimat yang paling fatal yang pernah gw ucapkan untuk sebagai alasan)...<br />
T: hhooo... gitu ya. (dengan nada agak tertawa). Jadi bisa apa gak Nih? (dengn nada agak sedikit keras)...<br />
G: hhmmm... gak bisa pak. <br />
T: Gak bisa ya. Oke kalo begitu.<br />
<br />
Pembicaraan langsung berhenti. Dan gw langsung lega yang disertai dengan rasa deg-degan. Tapi, gak beberapa lama kemudian, dia telepon lagi. Pembicaraannya berlangsung cepat dan gw udah gak bisa mikir lagi. Intinya, kalo gw harus ikut dan ini merupakan perintah dari Boss. saat itu juga gw langsung turun ke lantai dasar menemuinya. Dan ternyata oh ternyata, dia menelepon Boss dan mengatakan kalo gw gak bisa ikut dengan alasan yang gw kemukakan di atas. Temen gw itu bilang, Boss langsung marah dan mengatakan kalo gw harus ikut. Temen gw bilang kalo gw harus ikut karna Boss udah marah tadi. Seketika itu gw langsung lemes.<br />
<br />
Tapi, gw gak tinggal diam. Gw langsung melakukan perhitungan waktu. Tempat pertemuannya kira2 ada di Cikande, Serang. Tempat terjauh yang pernah gw datengin untuk Meeting. Gw langsung mikir, kok kenapa tiba2 bisa jadi gini ya?, saat gw lagi pengen seneng2 ada aja yang menghalangi. Tapi gw buang jauh2 pikiran itu. Gw langsung diskusi sama supirnya. "Pak, kira2 jam 5 bisa sampe sini gak?" kata gw. Jawabannya membuat gw ragu. Jawabnya, "ya tergantung. Kalo lancar bisa sampe, kalo macet ya gak bisa"... Waduh, pikir gw. Karena Aanwijzingnya jam 2, diperkirakan jam 3 sudah selesai dan bisa pulang. Gw tanya lagi, "emangnya berapa lama perjalanannya dari sini ke sana?". Jawabnya, "kurang tau ya, soalnya dari Tol khan masih masuk ke dalem, dan ke dalemnya juga lumayan jauh". Karna masih gambling, gw gak berani melakukan perhitungan, yang jelas mulai detik itu gw bener2 berdoa, semoga gw bisa tepat waktu sampai ke terminal.<br />
<br />
Kira2 udah jam 11, tapi kok belum berangkat juga. Rupanya temen gw itu masih sibuk ngerjain pekerjaannya. Mungkin karna gw merasa panik dan terburu-buru, gw selalu bilang ke beliau, ayo dan ayo... alasannya supaya sampai disana jam 12, sekalian Bapak sholat jumat. Dan akhirnya kami pun berangkat, dan gw lihat temen gw itu agak keliatan kesal. Di dalam mobil, temen gw itu bilang agak keras ke gw, yang membuat gw jadi ciut. Ini akibatnya karna gw membuat dirinya terburu-buru dan meninggalkan pekerjaannya yang lain. Sifatnya baru gw ketahui saat itu juga, kalo dia gak suka terburu-buru. Di perjalanan pun gw panik dan diem aja. Panik gw tambah parah, saat melihat supirnya kurang kenceng mengendarai mobilnya, apalagi ditambah cuaca yang kadang hujan kadang nggak.<br />
<br />
Jam 11. 15 berangkat, jam 11. 45 sudah sampe karawaci, jam 12.00 keluar Tol Ciujung (Jauhnya bukan maen). Jam 12.25 berhenti di jalan karna mereka mau sholat Jumat dulu. Sekitar 2 jam-an mungkin perjalanan dari kantor ke tempat meeting, dan itu perjalanan dalam keadaan lancar. Berarti kalo jam 3 meetingnya selesai, jam 5 bisa sampe kantor. Gw agak sedikit terhibur, tapi muka gw masih ketekuk. Itu kalo lancar, kalo macet kira2 butuh 3 jam. Itu gapapa, ntar dari kantor gw naik ojek langsung ke terminal. Jam 1 kurang, udah ketemu tempatnya, Temen gw itu ngajak makan dulu. Mungkin karna melihat raut muka gw yang kusam dan terlihat menyedihkan (hahaha), temen gw itu langsung baik sama gw dan bilang, "pasti sampe, meetingnya cepet kok". Gw pun merasa terhibur. <br />
<br />
Sudah jam 2. Tapi batang hidung yang punya proyek blom nongol juga. Dan gw masih bisa bersabar. Jam setengah 3, mereka blom juga dateng. Gw sampet mikir, kayaknya gak jadi deh. Trus gw tanya ama supir, pernah gak ketemu meeting trus gak jadi gara2 gak dateng atau telat. Jawabnya, blom pernah. Pikiran gw yg sempet gw buang jauh, dateng lagi. Emang udah kayak dibuat skenario, segala sesuatu yang sudah terlihat jelas menghalangi gw untuk menikmati kesenangan gw itu. Mulai dari diajaknya gw ke serang secara tiba2, tempat yang jauh dari biasanya, jadwal meeting yg gak biasa (biasanya jam 10an), yang punya proyek telat banget... Semua hal itu membuat gw GILA di dalam pikiran gw sendiri. Jam 3, dan mereka jg blom dateng. Dan hal ini semakin jelas terasa.<br />
<br />
Jam 3 lebih 10 menit, mereka datang. Meeting pun langsung dibuka, dan gw tetap harus melakukan perkerjaan gw dengan baik, karna gw profesional. Kira2 meeting selesai jam 4 lebih. Dan gw yang tadinya serius, sekarang menjadi panik dan gak tenang. Perasaan ini ditambah, ketika temen gw itu masih ngobrol dengan pemilik proyek karna ada suatu urusan. Jam setngah 5 kami berangkat pulang. GILA jam setengah 5!, yang bener aja. Berarti sampe kantor jam setengah 7 donk... Itu pun kalo lancar, kalo macet gimana coba. Setelah melakukan perhitungan itu, gw pun langsung lemes dan udah kayak kehilangan harapan. Tapi, temen gw malah bilang "Sampe kok". Harapan gw muncul lagi. Tapi... di jalan macet dan cukup panjang. Melihat itu, gw gak bisa berharap banyak. Jalan macet karna jalan rusak, dan sebagian karyawan di daerah ini sudah jam pulang. Jalan Serang macet, Pintu masuk Tol pun macet... di Tol pun padat kendaraan, jauh berbeda keadaannya dengan waktu berangkat tadi.<br />
<br />
Masuk Tol jam setengah 6, dan gw langsung SMS temen bismania gw. Waktu SMS pun gw juga udah kehilangan harapan untuk bisa ikut, tapi masalahnya bukan disitu. Masalahnya karna gw yang bawa tiket mereka, tanpa tiket ini gimana mereka bisa naik bis. Temen bismania itu nelpon gw, menanyakan posisi gw dimana dan sampe jam berapa di terminal. Gw gak berani jawab pasti, gw hanya bisa jawab secepatnya. Kenapa gw jawab itu, karna gw masih punya keinginan untuk cepat sampai disana. Walaupun kondisi jalan ramai, ditambah informasi dari radio yang mengatakan kalo banyak ruas tol di Jakarta itu macet total. Gak lama, temen gw itu nelpon lagi dan tanya "Gimana kalo dibatalin". "Apa... jangan!!!", sahut gw. Terus Hp nya mati. Gak lama lagi, nelpon gw lagi, dan bilang "lo dibatalin aja ya". Sesaat itu gw langsung ngeh kalo yang dibatalin itu cuma gw aja dan gw langsung bilang "ya udah Om, gapapa. Trus yg lain gimana, khan tiketnya ada di gw?". Jawabnya, "ntar gw coba lobi ke xxxx". Kebetulan karna kita bismania jadi kita kenal dan udah akrab sama agennya.<br />
<br />
Akhir kata, "ya udah om. gapapa, gw ditinggal aja." Jawabnya, "oke ya dis...". Pembicaraan ditutup. Beberapa saat tadi Gw dalam keadaan yang super panik dan kemudian kehilangan harapan. Setelah menutup pembicaraan barusan, gw merasa tenang dan lega, tapi disertai rasa kekecewaan yang amat sangat. Mungkin niat gw untuk naik Muji Jaya baru pupus, tapi niat untuk ke Jepara masih ada. Melihat kondisi gw yang penuh rasa kekecewaan, temen kantor gw tanya kenapa gw gak jadi ikut. Bla bla bla... gw jelasin ke dia, dan gw juga bilang kalo gw tetep pengen pergi cuma naik bis lain. Dengan baik hati, beliau mau mengantarkan ke terminal, padahal saat itu sedang jenuh karna macet luar biasa di Tol Kebun Jeruk.<br />
<br />
Sungguh luar biasa, selepas dari Gerbang Tol Kebon Jeruk, jalan Tol bener2 lancar. Mobil pun dibelokan ke arah Tol Priuk dan ByPass. Tapi karna di kantor sudah ditunggu teman kantor senior yang lain, jadi mereka cuma bisa nurunin gw di Jalan Perintis. Tadinya gw mau ke terminal Pulogadung, tapi karna temen gw bilang harus ini dan itu, dompet jangan dikantongin, dan lain-lain... Akhirnya gw pergi ke terminal Rawamangun dengan ojek. Di perjalanan, keraguan untuk naik bis terakhir yaitu Gunung Mulia makin besar, karna tiket yg mahal dan waktu sampe ke Jepara yg tidak dapat diprediksi. Sampai di terminal pun, gw cuma melihat bis Gunung Mulia, tanpa berniat menghampiri. Kemudian gw nelpon Bokap gw untuk minta dijemput. Dan cerita ini pun berakhir di rumah Nyokap gw di KLender. Saat itu, gw berpikir akan menikmati weekend di sini sendiri atau bersama keluarga. Mungkin memang bukan rejeki gw untuk menikmati acara itu bersama teman2 di Jepara.<br />
<br />
<br />
Bersambung ke<br />
Harapan Tetaplah Ada... Menjelang Ulang Tahun Po. ShantikaIgnatius Yudistiro Sampurna, S.Arshttp://www.blogger.com/profile/12605547413283197351noreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-6065260308635379308.post-76405495191122965892010-06-21T22:14:00.000+07:002010-06-21T22:14:24.192+07:00Terboyo Terkena Dampak Pemanasan Global?Merujuk pada artikel sebelumnya, Go Green dan Pemanasan Global. Pada tanggal 19 Juni 2010, saya telah melakukan perjalanan ke daerah Semarang dengan menggunakan bus kota. Bus tersebut berlabuh (berakhir) di sebuah terminal, yang bagi saya sudah tidak asing karna pernah ke tempat ini sebelumnya. Tapi, alangkah terkejutnya saya, melihat kondisi terminal yang jauh lebih parah dari sebelumnya. Kalo waktu terakhir saya datang ke tempat ini sebulan yang lalu, kondisinya masih kering, walaupun ada banjir tetap di salah satu tempat. Namun, saat ini terminal yang dulu menjadi kebanggaan kota Semarang, sekarang menjadi layaknya sebuah pelabuhan. Air menggenangi jalan hingga pelataran area dalam terminal. Kalo sebelumnya cuma becek saja, sekarang benar-benar tergenang. Menurut penuturan salah satu pengawas PO, jika sore hari genangan air ini bahkan bisa sampai ke peron penumpang.<br />
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="http://2.bp.blogspot.com/_f8OZPaACBmE/TB-BdQnD5UI/AAAAAAAAAB4/WRSTntX4uyM/s1600/DSC04652.JPG" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="240" src="http://2.bp.blogspot.com/_f8OZPaACBmE/TB-BdQnD5UI/AAAAAAAAAB4/WRSTntX4uyM/s320/DSC04652.JPG" width="320" /></a></div><br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="http://2.bp.blogspot.com/_f8OZPaACBmE/TB-BgbqwnMI/AAAAAAAAAB8/JrEvmBzAtGc/s1600/DSC04658.JPG" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="240" src="http://2.bp.blogspot.com/_f8OZPaACBmE/TB-BgbqwnMI/AAAAAAAAAB8/JrEvmBzAtGc/s320/DSC04658.JPG" width="320" /></a></div><br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="http://2.bp.blogspot.com/_f8OZPaACBmE/TB-Bi4sFygI/AAAAAAAAACA/gsAuXd5wf-c/s1600/DSC04661.JPG" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="240" src="http://2.bp.blogspot.com/_f8OZPaACBmE/TB-Bi4sFygI/AAAAAAAAACA/gsAuXd5wf-c/s320/DSC04661.JPG" width="320" /></a></div><br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="http://4.bp.blogspot.com/_f8OZPaACBmE/TB-BlVp0SmI/AAAAAAAAACE/AwaOJ3Svolg/s1600/DSC04662.JPG" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="240" src="http://4.bp.blogspot.com/_f8OZPaACBmE/TB-BlVp0SmI/AAAAAAAAACE/AwaOJ3Svolg/s320/DSC04662.JPG" width="320" /></a></div><br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="http://1.bp.blogspot.com/_f8OZPaACBmE/TB-BnwADWrI/AAAAAAAAACI/5umKzZUa_cI/s1600/DSC04664.JPG" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="240" src="http://1.bp.blogspot.com/_f8OZPaACBmE/TB-BnwADWrI/AAAAAAAAACI/5umKzZUa_cI/s320/DSC04664.JPG" width="320" /></a></div>Apakah ini dampak dari pemanasan global? Saya memperkirakan, genangan air ini berasal dari permukaan air laut yang terus naik. Hal ini diperparah ketika air laut pasang. Kondisi pesisir Semarang pun kalo saya perhatikan tampak memprihatinkan. Banyak rumah-rumah terbengkalai, dibiarkan menjamur karna tergenang air. Dan itu mungkin hanya sebagian kecil yang terlihat. Permukaan air laut yang naik merupakan salah satu efek dari pemanasan global. Ketika es di kutub mulai mencair sedikit demi sedikit, maka permukaan air laut pun akan semakin naik.Ignatius Yudistiro Sampurna, S.Arshttp://www.blogger.com/profile/12605547413283197351noreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-6065260308635379308.post-61051698431271311722010-06-21T21:34:00.000+07:002010-06-21T21:34:30.283+07:00Go Green dan Pemanasan Global<span style="font-size: x-small;"><i>Tulisan ini dimuat di Warta Paroki St. Thomas edisi Minggu, tgl 13 Juni 2010</i></span><br />
<br />
<div style="text-align: justify;">Go Green, Hari Bumi, Pekan Lingkungan dan lainnya adalah serangkaian bentuk peringatan bagi kita semua akan pentingnya menjaga kelestarian alam dan lingkungan hidup. Salah satu misi yang diemban adalah menekan dampak dari Pemanasan Global, yang disebabkan oleh meningkatnya kadar CO2 di atmosfir bumi. Sebagai informasi, konsentrasi CO2 di atmosfir bumi meningkat secara konsisten dari sekitar 310 ppm pada tahun 1957 menjadi sekitar 387 ppm pada tahun 2010. Ini artinya peningkatan kadar CO2 lebih dari 25% dalam kurun 50 tahun. Apa kata dunia, jika ini dibiarkan terus menerus?<br />
<br />
Dampak pemanasan global cukup serius, antara lain perubahan iklim yang tidak menentu (ketidakstabilan iklim), contoh sederhananya bisa dirasakan di negara kita. Selama ini musim hujan di Indonesia dikenal pada periode September hingga Februari, dan musim kering (panas) pada Maret hingga Agustus. Dengan pola ini, biasanya petani menanam padi pada Desember (puncak musim hujan) dan rencana panen pada Maret atau April (awal musim kering). Karena perubahan iklim, musim hujan berlangsung hingga Maret, maka padi tersebut akan hancur dan tidak bisa dipanen. Selain itu, permanasan global juga mengakibatkan meningkatnya permukaan air laut. Data terakhir memperlihatkan, permukaan air laut mengalami peningkatan sebesar 75cm setiap tahunnya yang terjadi di seluruh bagian dunia. Saya pun juga sempat memperhatikan kondisi pesisir Jawa, termasuk Jakarta dan Semarang dimana air laut semakin naik dan telah masuk ke pemukiman. Berbagai hal dilakukan termasuk meninggikan permukaan jalan dan tanah, yang tampaknya tidak cukup memperbaiki keadaan. Selain itu, pemanasan global juga mengakibatkan meningkatnya suhu global, terganggunya ekologis alam, sampai kepada dampak sosial dan politik.<br />
<br />
Bagaimana kita bisa memperbaiki kondisi ini, paling tidak menghindari keadaan yang lebih buruk? Salah satunya adalah melakukan program Go Green. Program Go Green yang dapat kita lakukan dalam kehidupan sehari-hari adalah Hemat Listrik, Hemat Bahan Bakar yakni dengan menggunakan transportasi publik, kurangi konsumsi kertas. Dengan menghemat listirk dan bahan bakar, maka kita dapat mengurangi emisi gas karbon yang dihasilkan dari mesin pembangkit dan kendaraan kita. Jagalah kebersihan dengan membuang sampah pada tempatnya, serta membuat sanitasi yang baik, dengan itu maka kita bisa mendapatkan sumber air yang bersih dan menjaganya. Kita dapat mendaur ulang benda-benda yang sudah tidak terpakai lagi. Sayangilah lingkungan anda dan jagalah kelestariannya, tanamlah pepohonan jika anda memiliki pekarangan di rumah.<br />
<br />
Satu hal yang bisa disimpulkan adalah, tujuan program Go Green adalah menjaga keseimbangan alam agar kita manusia dapat menempati alam ini dengan nyaman. Jika alam ini tidak lagi bersahabat untuk tempat tinggal kita, mau dimanakah lagi kita tinggal?</div><br />
-YS-Ignatius Yudistiro Sampurna, S.Arshttp://www.blogger.com/profile/12605547413283197351noreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-6065260308635379308.post-73173149803291112842010-06-16T11:05:00.000+07:002010-06-16T11:05:51.160+07:00Tidak Mudah Menjadi Manusia SepertikuKnapa gw harus hidup seperti ini?<br />
<br />
Gw trus melakukan hal yg menjijikan, padahal gw sadar kalo keadaan gw gak improve banget. Kemampuan dan potensi gw sama sekali blom gw gali dan kembangkan. Dan gw tau itu, dan gw juga tau kalo gw sedang stak di tengah perjalanan hidup yang masih panjang membentang. Smakin lama, gw smakin ingin bertanya. Apa sih yang gw butuhkan dalam hidup ini...<br />
<br />
Apa sih yang gw butuhkan dalam hidup ini? Apakah duit yang melimpah sehingga semua yang gw mau bisa gw dapet? Mau ganti motor setiap hari atau setiap kali pun bisa. Mau pergi kemana pun ke pelosok dunia, tanpa harus khawatir duit gw bakalan habis. Atau gw butuh seorang kekasih, seorang wanita, dia cantik seksi dan montok, ber-payudara besar, indah dan seksi, seperti wanita yang ada di film bokep yang sering gw tonton selama ini, yang bisa gw liat sepuasnya atau gw 'pake' semaunya? Apakah harus seperti itu? Apakah gw sdemikian iri-nya dengan orang2 itu, dengan segala keberuntunganya? Kalo gitu, berarti gw gak menikmati apa yang sudah gw dapet dalam hidup gw donk. <br />
<br />
Gw sadar, kalo gw masih seperti anak kecil, yang blom berani dengan apa yang gw hadapi dan apa yang ada dalam kenyataan. Gw seolah-olah masih hdup dalam dunia imajiner. Keinginan-ku hanya terpenuhi dalam mimpi gw aja, dan keinginan2ku itu hanya semu... Blom tentu benar2 apa yang aku ingin dan aku butuhkan sbenarnya.<br />
<br />
Setan telah menjerat diri gw terlalu dalam dan terlalu lama. Sampe2 gw lupa bagaimana diri ku waktu aku masih lugu dan apa yang aku lakukan, apa yang aku inginkan, dan apa yang aku harapkan..<br />
<br />
Semakin gw merenungkan hal ini, semakin gw takut menghadapi langkah selanjutnya. Apa yg harus gw lakukan kemudian... Gw hanya takut terjerumus dalam lubang yg sama berulang kali. Dan gw takut terjerumus ke dalam dosa yang tak terampuni. Tuhan, sungguh berat menjadi manusia itu. Apalgi manusia seperti aku.<br />
<br />
<br />
Ditulis pada tanggal 23 Mei 2010, pukul 10.15Ignatius Yudistiro Sampurna, S.Arshttp://www.blogger.com/profile/12605547413283197351noreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-6065260308635379308.post-17678958202197432662010-06-11T12:17:00.000+07:002010-06-11T12:17:02.807+07:00Selamatkanlah Bumi atau Selamatkanlah Manusia…?<div style="text-align: justify;">Manusia adalah penghuni bumi bersama dengan ribuan spesies binatang dan tumbuhan saat ini, sejak Jaman Holosin (10.000 tahun SM). Pada awal jaman ini, manusia sejenis Homo Sapiens, yang merupakan nenek moyang kita, termasuk kamu dan saya, bermunculan di muka bumi. Entah bagaimana proses pemunculannya, sampai saat ini belum ada yang dapat menjelaskannya. Sebelum Jaman Holosin, terdapat Jaman Pleitosen yang terjadi 600.000 tahun yang lalu. Manusia purba sejenis Homo Erectus hadir di jaman ini. Jaman Pleitosen dan Holosin merupakan bagian dari Jaman Kuartier, sedangkan Jaman Tersier terjadi 60 juta tahun yang lalu yang ditandai dengan berkembangnya jenis binatang menyusui. Baik Tersier maupun Kuartier, keduanya merupakan Jaman Neozoikum atau jaman hidup pertengahan. Jika kita mundur lagi, kita menemui Jaman Mesozoikum (140 juta tahun yang lalu), Jaman Paleozoikum (340 juta tahun yang lalu) dan Jaman Arkaezoikum (2500 juta tahun yang lalu). Untuk detailnya dapat Kamu baca di buku-buku sejarah SMA.</div><div style="text-align: justify;"><br />
Berdasarkan informasi di atas, kita akan tahu bahwa peradaban manusia baru berumur kurang lebih 10.000 tahun yang lamanya. Hal ini jelas dong… tidak bisa kita bandingkan dengan umur bumi yang sudah melewati berbagai jaman. Banyak orang atau instansi yang menyerukan Save The Earth atau selamatkanlah bumi, selamatkanlah alam ini. Kalau kita renungkan sejenak dan kita tinjau dari paragraf pertama, maka bukankah seharusnya yang kita upayakan keselematannya adalah manusia itu sendiri. Alam bukan bergantung kepada manusia, tetapi peradaban manusia yang bergantung kepada kondisi alam. Selama kondisi alam masih “bersahabat”, maka selama itulah peradaban manusia bisa berjalan dan manusia akan terus hidup.</div><div style="text-align: justify;"><br />
Pertanyaan saat ini adalah, “Akankah bumi akan hancur akibat pengrusakan alam oleh manusia?” Mungkin saja tapi menurut saya kecil kemungkinannya. Jika pertanyaannya dibalik menjadi, “Akankah peradaban manusia akan hancur akibat Bumi?” Sangatlah mungkin jika manusia tidak dapat bertahan hidup lagi akibat kondisi alam yang terlalu ekstrim. Kita lebih populer menyebutnya sebagai Kiamat Manusia. Belakangan ini banyak yang meramalkan akan datangnya hari itu dalam waktu yang tidak lama. </div><div style="text-align: justify;"><br />
Coba kita kembali ke Jaman Pleitosen sekitar 600.000 tahun yang lalu. Tahukah kamu, pada jaman ini terjadi berbagai bencana hebat di muka bumi, seperti Supervolcano dan Tubrukan Meteor. Danau Toba adalah salah satu hasil supervolcano yang meledak pada 74.000 tahun yang lalu. Ledakan ini jauh lebih besar ketimbang letusan Gunung Tambora pada tahun 1815. Sebagai informasi, letusan Gn. Tambora menewaskan sekitar 72.000 orang, yang pada masa itu masih sedikit penduduknya. Dampak letusannya terasa hingga ke seluruh dunia. Tak bisa kita bayangkan, jika supervolcano terjadi pada saat manusia sedang berkembang. Bencana dahsyat lain adalah tubrukan meteor ke permukaan bumi. Peristiwanya memang sangat jauh antara meteor yang satu dengan yang lainnya, bisa ribuan atau puluhan ribu tahun jaraknya, tidak sebanding dengan tahunnya manusia. Bisakah kita bayangkan sudah seperti apa jadinya bumi dengan bencana-bencana yang terjadi itu. Nyatanya bumi masih ‘baik-baik’ saja saat ini. Kita kembali ke Jaman Arkaezoikum, 2.5 Milyar tahun yang lalu. Saat itu bumi memiliki lapisan yang sangat panas, dan belum terdapat lapisan udara. Jarak bulan dan bumi sangat dekat dan dapat jatuh menimpa bumi sewaktu-waktu. Lalu, apakah umur bumi akan singkat saat itu? Tidak khan, bahkan bumi masih terus berotasi dan berevolusi sampai sekarang.</div><div style="text-align: justify;"><br />
Ciptaan manusia mungkin ada batas waktunya, tapi ciptaan Tuhan... tidak ada yang tahu sampai kapan batas waktunya. Umur manusia saja tidak bisa kita perkirakan. Lalu, selamatkanlah bumi atau selamatkanlah manusia yang lebih kita serukan? Jika ingin hidup lebih lama di bumi, maka perlakukanlah bumi dengan sebaik-baiknya dan peliharalah alam ini. Seperti kita memelihara raga kita, dengan makan minum dan membersihkan diri. Dengan cara seperti ini, paling tidak kita bisa tinggal dengan lebih nyaman dari saat ini, walaupun kita tidak tahu apa yang akan terjadi di hari esok.<br />
<br />
Ignatius Yudistiro Sampurna.<br />
Jumat, 11 Juni 2010<br />
</div>Ignatius Yudistiro Sampurna, S.Arshttp://www.blogger.com/profile/12605547413283197351noreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-6065260308635379308.post-88948576109421040602010-04-03T11:09:00.003+07:002010-04-03T11:09:51.772+07:00Desain Terminal yang BaikSebenarnya merancang terminal hampir sama seperti merancang stasiun KA. Kebetulan saya pernah merancang sebuah stasiun KA. Banyak faktor yang harus diperhatikan. Harus diakui, bahwa orang-orang Indonesia kebanyakan bukan orang yang penurut dan tertib, apalagi orang2 yang ada di terminal rata2 masyarakat kelas bawah sampai menengah atas. Apalagi adanya sifat yang cenderung tidak menghargai dan memelihara lingkungan, jadinya banyak sampah, coret sana coret sini dan tindak kejahatan. Tapi itu semua hanya tingkah laku yang dibentuk dari ruang2 arsitektural. Sebagai contoh, orang datang ke terminal, di sana bisa seenaknya buang sampah sembarang, saat di bandara, apakah dia tetap berbuat seperti itu... Contoh lain, Stasiun Tanah Abang terlihat terawat bersih, padahal orang2 di sana rata2 berisi penumpang2 ekonomi dan bisnis... <br />
<br />
Kriteria untuk merancang terminal kurang lebih sperti ini:<br />
<br />
1. akses yang mudah dan welcoming<br />
2. mendukung kelancaran sirkulasi penumpang atau pengunjung, termasuk kenyamanan di ruang tunggu, selain rasa aman yang diciptakan.<br />
3. Skala yang disesuaikan dengan kapasitas penumpang dan jumlah armada/bis yang ada...<br />
4. Visibilitas dan orientasi yang jelas bagi penumpang maupun staff terminal agar tercipta ruang gerak yang nyaman dan ruang kontrol bagi staffnya...<br />
5. pencahayaan yang baik, untuk menciptakan perasaan positif di saat siang hari maupun malam hari.<br />
6. Terminal terlihat menarik baik dari segi desain maupun public art yg ada.<br />
7. tersedianya sarana dan prasarana yang penting maupun penunjang bagi pengunjung dan penumpang. seperti:<br />
- informasi tujuan, keberangkatan, kepulangan dan tarif<br />
- Toilet<br />
- fasilitas pnyegar<br />
- Fasilitas berbelanja<br />
- ruang tunggu beserta tempat duduknya<br />
- Loket tiket...Ignatius Yudistiro Sampurna, S.Arshttp://www.blogger.com/profile/12605547413283197351noreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-6065260308635379308.post-56711270328199578022010-02-13T14:52:00.000+07:002010-02-14T18:48:35.160+07:00Turing Mania with Muji JayaTanggal 6-7 Februari 2010<br /><br />Udah direncanain seminggu sebelumnya, kalo pengen turing naik Muji Jaya kuning dari Rawamangun. Tiket udah dipesenin ama bung Anto ke mas Lulu, minta seat panas. Sebelumnya memastikan dulu kalo jagoan kita lagi aktif hari itu, <b>Mr. Bambang</b>. Sudah memastikan via sms, kalo dia udah aktif lagi, yg sebelumnya lagi libur. Kali ini yg ikut turing, ada <b>saya</b> dan <b>Anto</b>, pulang pergi naik MJ. Ada <b>Dody</b> sama <b>Toms</b>, yang berangkat naik Shantika dari LB, dan pulang bareng kita naik MJ.<br /><br /><br /><br /><b>Chapter 1...</b><br /><br /><u>This is my first Muji Jaya</u>.<br /><br /><div style="text-align: justify;">Kalo boleh jujur, ini pertama kalinya saya naik Muji Jaya. Setelah seminggu menunggu, akhirnya hari-H datang juga. Berbekal seadanya, saya siap berangkat. Jam 3an, hujan deras melanda jakarta dsk. Baru reda jam 5 kurang, dan saya langsung cabut ke terminal Rawamangun. Di sana udah ada Anto, ama temen bismania, tpi saya lupa namanya. Jam setengah 6, datanglah Muji Jaya OH 1525 warna kuning, Setra Adiputro lampu smile. Bersama Pak Iyus, driver pinggir dan Mas Bambang sebagai driver tengahnya.<br /></div><span class="fullpost"><br /><a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="http://i848.photobucket.com/albums/ab46/ysampurna2/Touring/DSC00427.jpg"><img style="margin: 0px auto 10px; display: block; text-align: center; cursor: pointer; width: 429px; height: 322px;" src="http://i848.photobucket.com/albums/ab46/ysampurna2/Touring/DSC00427.jpg" alt="" border="0" /></a><a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="http://i848.photobucket.com/albums/ab46/ysampurna2/Touring/DSC00429.jpg"><img style="margin: 0px auto 10px; display: block; text-align: center; cursor: pointer; width: 432px; height: 324px;" src="http://i848.photobucket.com/albums/ab46/ysampurna2/Touring/DSC00429.jpg" alt="" border="0" /></a><br /><div style="text-align: justify;">Ada shantika ijo tosca 1525 dan Big Top yang udah berangkat dari jam setengah 7 tadi. Jam 7 kita berangkat, tapi gerombolan Nu3tara belom berangkat juga. Wah, jadi gak bisa ngeblongin Scania dong, pikir saya. Driver pinggir pak Iyus, bawanya cukup santai. Tapi, yang paling mengherankan adalah, spedometer nya, yang kayaknya aneh. Di situ tertulis kalo kita lagi berjalan dengan kecepatan 60 km/jam, tapi kok rasanya seperti berjalan 100km/jam ya... Setelah diteliti, ternyata spedonya diturunin. Kita jalan 30-40an, jarum spedo baru naik... wakakaka. Hebat, sempet mengecoh kita.<br /><br />Jam setengah 10, sampe di Taman Sari. 30 menit kemudian kita berangkat lagi, dan tentunya oleh Mas Bambang. Hehehe... ini baru sensasi... baru beberapa beberapa menit jalan udah ngeblongin 10 bis lebih. Kata si Anto, "yang itu mah gak masuk itungan"... Ada banyak SinJay, Sumber Alam, Dedy Jaya, Dewi Sri. Ada juga Karina, yang saya liat lewat di Taman Sari, kira2 20 menit sebelum kita jalan lagi. Ada juga Raya, Rosalia Indah... "Wah To, kok lawan2nya kayak gini semua ya"... Ketemua Shantika high-deck merah dari Poris, gak ada perlawanan berarti. Apa lagi ya...<br /><br />===========================================<br /><b>Video:</b><br />MJ kuning vs shanti merah poris<br /><a href="http://www.youtube.com/watch?v=PwUGwXYbqag" target="_blank">http://www.youtube.com/watch?v=PwUGwXYbqag</a><br />===========================================<br /></div><br /><div style="text-align: justify;">O iya, satu yang saya sesalkan adalah JALAN PANTURA sudah BANYAK YANG RUSAK PARAH....<br /><br />Gara2 itu, susah banget buat ngeblonk... Sebulan yang lalu, kayaknya gak kayak gini deh. Kata Mas Bambang itu gara2 musim hujan sekitar 3 minggu. Kalo kayak gini harus segera dibenahi nih, biar bus bisa ngeblonk lagi dan gak membuat karoseri cepet rusak...<br /><br />Kembali ke laptop.<br />Yang paling seru, kalo setiap mau nyalip, biasanya dipepetin dulu sampe bus/truk itu bener2 deket di depan bus, kira2 50an cm. Baru ambil kanan atau kiri.<br /><br />Waktu di Tegal, kita kres2an ama MJ janda, di situ ada Grandy ama Pandu. Mereka kasih tau, kalo busnya Dody ama Toms jaraknya 10 menit. Tapi sayang banget gak ketmu, gara2 di Tegal banyak banget ruas jalan yang rusak parah.<br /><br />Pernah, waktu dalam keadaan cepat, tau2 di depan ada jembatan, yg sambungan ke ruas jalannya udah berlubang, akhirnya gubrak... ckckck... blom selese sampe di situ, di depan ada bus putih, yg posisinya miring melewati jalur tengah, spontan Mas Bambang ambil kanan, dan ..... spion kena. Tapi untungnya gak knapa2... hehehe...<br /><br />Di daerah Tegal atau Pemalang (lupa saya)... ketemu MJ biru poris. Sempet mau di salip, tapi keburu nurunin penumpang dulu. Trus dia ngacir. Tapi, ketemu lagi hehehe... trus langsung di salip dan dia ngasih jalan dengan melambaikan tangannya...<br /><br />Di Bus saya juga sering ketiduran, tapi gak lama. hehehe... Waktu, check di Sendang Wungu, sekitar 10 menit kemudian, lewat Shantika Big Top... Nah lho, khan dia berangkat duluan 30 menit, masak tauk-tauk dia di belakang kita. Hehehe...<br /><br />Jam 4 kurang sampe di Kudus, gak ketemu ama bus Dody dan Toms yang Shantika Biru 1525. Ternyata, mereka dioper... Mereka nunggu di depan Pom bensin Kalitekuk. Di sana, mereka ikut kita, numpang sampe ke garasi dan Kanto MJ, buat ambil tiket balik. Setelah ikut muter2 bersama MJ, sampe ke Kelet, pinggir pantai Bandengan, dan pertokongan buat nganterin paket, sampe di garasi jam 7.<br /></div><br /><br /><a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="http://i848.photobucket.com/albums/ab46/ysampurna2/Touring/DSC04381.jpg"><img style="margin: 0px auto 10px; display: block; text-align: center; cursor: pointer; width: 340px; height: 453px;" src="http://i848.photobucket.com/albums/ab46/ysampurna2/Touring/DSC04381.jpg" alt="" border="0" /></a><a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="http://i848.photobucket.com/albums/ab46/ysampurna2/Touring/DSC04385.jpg"><img style="margin: 0px auto 10px; display: block; text-align: center; cursor: pointer; width: 430px; height: 322px;" src="http://i848.photobucket.com/albums/ab46/ysampurna2/Touring/DSC04385.jpg" alt="" border="0" /></a><br /><div style="text-align: justify;">Habis itu, cari sarapan, ambil tiket di kantor Muji Jaya, dan cari Hotel yang terjangkau buat perpal. Dan istirahat di situ.<br /><br />di sinilah kita beristirahat alias perpal<br /></div><br /><br /><a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="http://i848.photobucket.com/albums/ab46/ysampurna2/Touring/DSC04390.jpg"><img style="margin: 0px auto 10px; display: block; text-align: center; cursor: pointer; width: 430px; height: 320px;" src="http://i848.photobucket.com/albums/ab46/ysampurna2/Touring/DSC04390.jpg" alt="" border="0" /></a><br /><br /><b>Chapter 2...</b><br /><br /><div style="text-align: justify;"> Dari Hotel Kalingga Star, ada <b>Saya</b>, <b>Anto</b>, <b>Toms</b> dan <b>Dody</b> yang berencana pulang naik Muji Jaya. Dan ada <b>Eca dan beibehnya</b> yang pulang naik Shantika Big Top. Jam setngah 5 kita cabut ke Terminal jepara. Gak disangka, ada <b>Cah Sodong</b>, momod Muria Raya area.<br /></div><br />Udah jam 6, MJ kuning blom dateng juga. Sementara, Eca berdua udah berangkat dengan Big Topnya, dan Cah sodong sudah pulang. Dengn sabar menunggu, akhrnya dateng jg. Di terminal udah sepi, yang ada cuma Muji Jaya aja. Bener2 berangkat paling belakangan nih. Jam setngah 7an kita berangkat. lewat garasi Shantika, udah sepi, begitu juga tempat2 lain. Di terminal Kudus, juga udah sepi. Dari terminal Kudus berangkat jam 8 lebih.<br /><br />O iya, biasanya kalo dari Kudus, Mas Bambang bawa pinggir, tapi kali ini kita request langsung buat bawa tengah. hehehe... Perjalanan pertama oleh Pak Iyus. Ternyata, bapak ini diem2 ngejoss juga. Di luar Semarang, kenceng banget, sempet ketemu Rosin New Marcopolo (kalo gak salah)... bisa diblonk. Wuihh... mantabb. Sampe di RM. Sendang Wungu jam 10 kurang. MI di sebelah udah gak ada, di sini cuma ada OBL.<br /><br />Jam 10an, berangkat lagi, dengan Mr. Bambang tentunya. Bangku 1 2 3 4... dipenuhi bismania, siap memantau perjalanan. Di Plelen, saya lupa nyalip bus apa... ada 2. Lewat plelen, jalan udah bener2 sepi... tinggal truk doank. Tapi, mr. Bambang cepet banget, seolah-olah mau ngejar bus2 yang sudah satu jam-an berangkat duluan.<br /><br />Malam ini saya sering ketiduran, mungkin capek gara2 siang tadi jalan2... Yang lain kayaknya ON terus deh, mereka tidur tadi siang soalnya... hehehe<br /><br />Ketemu lagi Shanti poris warna merah. Sekali ketemu Raya, dan beberapa ketemu RosIn.<br /><br />===========================================<br /><b>Video:</b><br />MJ kuning dan Rosin<br /><a href="http://www.youtube.com/watch?v=mCOZ9weGX5s" target="_blank">http://www.youtube.com/watch?v=mCOZ9weGX5s</a><br /><br />===========================================<br /><br />Sekitar Pekalongan atau Pemalang, ketemu Karina Intercooler... bis ini ngotot gak mau kasih jalan. Kalo diperhatikan, ngejoss nih Karina. Setelah beberapa kali dicoba, akhirnya dapet juga. Gak cuma itu, Lorena dan Nu3tara intercooler di depan juga sekalian diblonk...<br /><br />===========================================<br /><b>Video:</b><br />Karina, Lorena, Nu3, Sekali sikat<br /><a href="http://www.youtube.com/watch?v=jFoW9ROVOJQ" target="_blank">http://www.youtube.com/watch?v=jFoW9ROVOJQ</a><br />===========================================<br /><br />Di Tol Pejagan dan Kanci, keliatan Nu3tara 1525 london bridge di depan, tapi gak terjangkau... Selepas kanci, disinilah saya ketiduran... Sampe pamanukan juga masih kriyep2...<br /><br />Sadarnya pas jalan rame, katanya saya ketinggal pertunjukan. Tadi abis ngeblongin Nu3tara 1525 london bridge, Raya, ama Shantika Ijo tosca ... Sialll... UNtungnya, Anto ngeshoot jalannya peristiwa... hehehe<br /><br />===========================================<br /><b>video:</b><br />ijo tosca dan Raya... vs MJ<br /><a href="http://www.youtube.com/watch?v=pQr__mKsJUI" target="_blank">http://www.youtube.com/watch?v=pQr__mKsJUI</a><br />===========================================<br /><br />sampe di Pamanukan ke sana an lagi, hujan deres. Wah ini mah bikin tidur lagi. DI daerah Jomin, macet, ganti driver, sekarang saatnya Pak Iyus. Selepas dawuan, dan masuk Tol, jalan agak santai, sampe berhenti di Km.33. Berangkat lagi jam 5 kurang, di Tol kendaraan makin padat, maklum hari Senin. Sampe terminal jam 6...<br /><br /><br />Thanks to:<br /><br />Anto, TOms dan Dody... yg menemani turing kali ini... Kita emang Turing mania... hhehehhe<br />Eca dan beibehnya... yg juga nemenin kita di jepara... hehehe<br />Cah Sodong... yang tauk2 dateng menemani kita di terminal jepara...<br />Mas Bambang, yang udah membawa kita dengan selamat dan menerima permintaan kita, teman ngobrol di perjalanan... kapan lagi ya.. hehehe<br />Pak Iyus, driver pinggir yang juga ramah kepada kita.<br />Pak Kopral, crew MJ. Beliau ramah sekali terhadap penumpangnya... thanks sudah berbagi kursi CDnya...<br />Mas Lulu, ngasih kita kursi panas...<br />Muji Jaya atas fasilitas dan servis yang memuaskan...<br />Grandy dan Pandu yang sempet kres2an waktu berangkat...<br /><br />See U next time... <img src="http://www.bismania.com/home/images/smilies/smile.gif" alt="" title="Smile" class="inlineimg" border="0" /></span>Ignatius Yudistiro Sampurna, S.Arshttp://www.blogger.com/profile/12605547413283197351noreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-6065260308635379308.post-11096173296732332892010-02-13T10:50:00.000+07:002010-02-13T21:09:12.758+07:00Hari Rabu yg Apes, Nabrak V-ixion<div style="text-align: justify;">Hari Rabu tgl 10 Februari kmaren... gw lagi ketiban sial. Gw nabrak motor jenis V-ixion di daerah Condet, mau keluar Cililitan. Seperti biasa, gw bangun pagi dan bersiap untuk berangkat kerja. Cuma, gw berangkat agak siangan, jam 7 kurang. Rutenya yang gw lewati juga seperti biasanya, lewat jalur alternatif, lewat Hankam-Condet-St. Kalibata.... dst nya. Pas di Jalan Condet, jalan macet seperti biasa, tapi gak terlalu padat seperti jalan Lenteng Agung. Kejadiannya terjadi pas udah mau deket cililitan, kondisi jalan lagi padet bgt ke arah cililitan, dan seperti biasa, gw slalu inisiatif lewat jalur kanan (berlawanan), ngeblonk pula. Nah, pas turunan plus belokan, tepatnya sebelum jembatan kecil, tiba2 dari arah berlawanan ada motor V-ixion dgn lampu buletnya berlari ke arah gw, dan..... Terjadilah peristiwa itu. Gw bahkan gak tau detail peristiwanya, karna kejadiannya begitu cepat. Yang gw inget, gw udah jatuh, dengan kaki terluka, sementara si pihak ke-2 malah tetap berdiri sambil memaki-maki, dan gw liat kaca spion kiri gw lepas dan pecah gara2 terinjak kendaraan lain. Gw berdiri dan mengangkat motor gw, sambil mengecek keadaannya. Memang gak begitu parah, karna gw sempet banting ke kiri, jadi cuma kena setang yang bengkok, sama rem kaki dan pijakan kaki, yg bengkok dan keduanya udah gak bisa dipake lagi. Setelah gw minggir ke pinggir jalan, gw melihat luka gw. Keliatan gak terlalu parah, cuma sobek di bagian deket jari. Waktu itu, gw ditemani sama anak-anak yang baik hati, mereka membantu gw membeli obat. Bahkan mereka berniat memberikan sendal mereka, untuk menggantikan sendal gw yang terbelah menjadi 2. Gw basuh luka dengan air, dan sedikit air liur (katanya biar cepat sembuh).<br /><br />Gw gak sempet lagi liat jam, karna gw pikir sudah tertunda beberapa lama. Jadi, gw langsung berbenah dan melanjutkan perjalanan ke kantor. Karna rem dan footstep kanan bengkok dan gak bisa dipake lagi, terpkasa gw pijakan ama mesin, beruntung rem depan masih bisa dipake. Sampe di kantor tepat waktu, dan di kantor pas lagi gak ada kerjaan, jadi gw cuma bisa terdiam dan istirahat aja. Pulangnya gw langsung ke rumah nyokap, mau laporan kalo motor rusak berat butuh perbaikan, dan gw butuh motor pengganti. Hehehe... langsung gw bawa tuh Vario. Sebelumnya, luka gw cek ke dokter, takut kalo pengobatan dadakan di tempat kejadian, salah. Mengalami peristiwa itu, kok gw malah tetep ngeblonk naik motornya... kayak gak ada kapoknya. Hehehe. Mudah-mudahan, gw bisa lebih berhati-hati. Sial tuh V-ixion, enaknya diapain tuh motor.... :D<br /></div>Ignatius Yudistiro Sampurna, S.Arshttp://www.blogger.com/profile/12605547413283197351noreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-6065260308635379308.post-87196538125453197112010-02-01T00:18:00.000+07:002010-02-01T01:03:03.486+07:00Hari Libur, Saatnya Jalan-jalan dan HuntingSelama 5 hari kerja, dari senin sampe jumat bikin gw penat. Untungnya dikasih hari libur sabtu ama minggu. Hari sabtu, saat inilah biasanya gw melampiaskan kebebasan. Sabtu kemarin, akhir Januari tanggal 29, gw rencananya mau ke Depok. Tapi gara2 terperangkap dalam kandang UI, akibat ada acara Wisuda S1 UI, gw muter2 cari jalan keluar dan tembusnya malah ke Lenteng Agung. Ya udah lah Kalo Beg Begitu... Sekalian aja hunting, dan tercetus untuk ke tempat yang selama ini jadi perhatian gw.<br /><br /><a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="http://i848.photobucket.com/albums/ab46/ysampurna2/Rawamangun/Hunting/DSC00290.jpg"><img style="margin: 0px auto 10px; display: block; text-align: center; cursor: pointer; width: 450px; height: 337px;" src="http://i848.photobucket.com/albums/ab46/ysampurna2/Rawamangun/Hunting/DSC00290.jpg" alt="" border="0" /></a><br /><br />Pertama, hunting kereta di jalan Pasar Minggu, tepatnya di antara Tanjung Barat dan Pasar Minggu. Ini jalan kereta unik banget, <span class="fullpost"> diapit sama 2 jalur kendaraan bermotor, dan masih banyak ditumbuhi pohon2 yang kalo dilihat dari sudut pandang tertentu keliatan rapih banget.<br /><br /><br /><a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="http://i848.photobucket.com/albums/ab46/ysampurna2/Rawamangun/Hunting/DSC00305.jpg"><img style="margin: 0px auto 10px; display: block; text-align: center; cursor: pointer; width: 451px; height: 338px;" src="http://i848.photobucket.com/albums/ab46/ysampurna2/Rawamangun/Hunting/DSC00305.jpg" alt="" border="0" /></a><a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="http://i848.photobucket.com/albums/ab46/ysampurna2/Rawamangun/Hunting/DSC00315.jpg"><img style="margin: 0px auto 10px; display: block; text-align: center; cursor: pointer; width: 453px; height: 340px;" src="http://i848.photobucket.com/albums/ab46/ysampurna2/Rawamangun/Hunting/DSC00315.jpg" alt="" border="0" /></a><br />Tempat kedua, ini baru hunting bus, yaitu di atas FlyOver Pasar Rebo. Ini FO unik dan manteb banget, karena memiliki 3 tingkat yaitu di bawah FO ada perempatan Pasar Rebo, di bawahnya lagi ada UnderPass JORR (Jakarta Outer Ring Road atau Jalan Lingkar Luar Jakrta). Dari sini kita bisa melihat aktivitas dan lalu lintas di bawahnya sekaligus disuguhi pemandangan yang khas Jakarta Selatan. Di sini gw ditemani ama tukang buah, lumayan juga buat cemilan tuk buahnya. Kalo hunting bus di sini cocoknya di atas jam 3 sore.<br /><br /><br /><a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="http://i848.photobucket.com/albums/ab46/ysampurna2/Rawamangun/Hunting/DSC00328.jpg"><img style="margin: 0px auto 10px; display: block; text-align: center; cursor: pointer; width: 452px; height: 338px;" src="http://i848.photobucket.com/albums/ab46/ysampurna2/Rawamangun/Hunting/DSC00328.jpg" alt="" border="0" /></a><a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="http://i848.photobucket.com/albums/ab46/ysampurna2/Rawamangun/Hunting/DSC00335.jpg"><img style="margin: 0px auto 10px; display: block; text-align: center; cursor: pointer; width: 440px; height: 330px;" src="http://i848.photobucket.com/albums/ab46/ysampurna2/Rawamangun/Hunting/DSC00335.jpg" alt="" border="0" /></a><a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="http://i848.photobucket.com/albums/ab46/ysampurna2/Rawamangun/Hunting/DSC00330.jpg"><img style="margin: 0px auto 10px; display: block; text-align: center; cursor: pointer; width: 446px; height: 334px;" src="http://i848.photobucket.com/albums/ab46/ysampurna2/Rawamangun/Hunting/DSC00330.jpg" alt="" border="0" /></a><br />Lokasi yang terakhir adalah terusannya JORR ini. Posisi gw berada di pinggir jalan tol itu, di seputaran jalur tol + flyover dan jalur2 yg ruwet antara JORR, Jagorawi, Kp Rambutan, Cilangkap, dll. Kalo bawa motor agak susah nih, soalnya gak ada tempat buat parkir. Untungnya ada penjual soto, dengan embel2 bakal membeli sotonya, gw minta tukang soto buat jagain motor gw dan gw hunting gak jauh dari situ dan tetep bisa memantau motor gw dengan jelas. Bus-bus yang lewat jalur sini biasanya bis2 yang langsung ke cikampek, karna ada beberapa bus AKAP yang mampir dulu ke Pinang Ranti, Rawamangun, dll. Kalo hunting bus, cocoknya di atas jam 3 atau 4 nih.<br /><br /><br /><a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="http://i848.photobucket.com/albums/ab46/ysampurna2/Rawamangun/Hunting/DSC00382.jpg"><img style="margin: 0px auto 10px; display: block; text-align: center; cursor: pointer; width: 439px; height: 330px;" src="http://i848.photobucket.com/albums/ab46/ysampurna2/Rawamangun/Hunting/DSC00382.jpg" alt="" border="0" /></a><a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="http://i848.photobucket.com/albums/ab46/ysampurna2/Rawamangun/Hunting/DSC00391.jpg"><img style="margin: 0px auto 10px; display: block; text-align: center; cursor: pointer; width: 436px; height: 328px;" src="http://i848.photobucket.com/albums/ab46/ysampurna2/Rawamangun/Hunting/DSC00391.jpg" alt="" border="0" /></a><br />Abis hunting di lokasi terakhir, gw makan soto dulu karna udah janji tadi. Di rumah, gw langsung upload foto2nya. Di sini gw tampilin beberapa foto, kalo mau yang lengkap ada di Forum Bismania. <a href="http://www.bismania.com/home/showthread.php?t=2311">Klik Sini</a><br /></span>Ignatius Yudistiro Sampurna, S.Arshttp://www.blogger.com/profile/12605547413283197351noreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-6065260308635379308.post-61221762368238529412010-01-20T21:43:00.000+07:002010-01-20T21:44:34.382+07:00Mengamati Hujan Pertama di Kantor<div style="text-align: justify;">Mungkin ini salah satu keberuntungan gw saat ini. Pas gw mau berangkat kerja, hujan gak turun, padahal langit mendung dan kelabu (jiaahhh... kelabu). Dan hujan juga belom turun saat gw lagi menikmati jalan-jalan di area Kemayoran dan sekitarnya. Hujan pun belom turun waktu gw lagi makan di pinggir jalan dan pintu kereta api. Itu pun agak lama di situ. Hujan juga blom turun waktu gw memutuskan pergi ke tempat kerja. Dan gw sempet menunggu orang di situ dan ngobrol-ngobrol dengan temen baru. ketika sedang mengurusi urusan kantor, gw juga ga melihat ada hujan di sana. Sempet, ada temen yang bilang kalo keliatannya mau hujan, jadi gw disarankan meletakkan jaket dan rompi gw yang di motor gw, di dalem kantor aja. Itu pun hujan gak turun-turun. Ketika gw menulis sebuah cerita pun blom turun hujan, dan gw bisa melihat itu di tempat gw di lantai 4. Dan akhirnya hujan pun turun saat gw selesai menulis cerita itu dan mengawali cerita ini. Itu pun hanya hujan gerimis yang lembut, tapi ini menjadikannya sebagai hujan pertama yang gw saksikan di tempat kerja gw. Mudah-mudahan hal ini merupakan suatu pertanda yang baik buat kelanjutan cerita di kehidupan yang mendatang. Saat di tengah kalimat ini, gw menyaksikan hujan halus dengan langit yang tidak begitu gelap. Dan di sinilah akhirnya cerita ini.</div>Ignatius Yudistiro Sampurna, S.Arshttp://www.blogger.com/profile/12605547413283197351noreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-6065260308635379308.post-16761032806018122042010-01-20T21:34:00.000+07:002010-01-20T21:39:18.577+07:00Menangkap Fenomena Pagi di Hari Pertama Kerja<div style="text-align: justify;">Tetoooootttt... Alarm hp gw berbunyi, gw terbangun tapi masih blom mau bangun. Dinginnya pagi ama hangatnya selimut dan kasur bikin gw betah tiduran. Lewat 10 menit, gw terhentak dan punya tenaga untuk bangun tidur. Gak tau deh, biasanya juga terus ketiduran, mungkin karna ini hari pertama gw kerja. Masih jam 5 lebih dikit, mending ntar aja mandinya, ngapain juga buru-buru, masuknya khan jam setengah 8. Mending nonton TV sambil ngenet, biasalah ngecheck Notification sama liat forum bismania. Gak terasa udah mau jam 6, akhirnya gw mandi. Melihat cuaca di luar kayaknya sih gak hujan, cuma mendung-mendung dikit. Akhirnya gw rasakan aroma seperti waktu SMA dulu, menghirup udara segar di pagi hari. Maklum, biasanya gw bangun jam 8an lebih, itu pun gak langsung keluar tapi ngegame atau ngenet dulu. Persiapan udah mateng nih, rompi udah, hp udah, sepatu udah dipake, dompet udah di celana, helm tinggal pake, motor udah dipanasin, lampu-lampu rumah udah dimatin, disisain lampu bohlam buat tengah biar gak gelap. So, tinggal berangkat.<br /><br />Menarik juga... berangkat pagi jam setngah 7 kurang dikit. Ada temennya, yaitu orang yang berangkat sekolah dan berangkat kerja juga. Rame juga ternyata, kalo dipikir kita kayak rombongan bikers... hehehe. Niatnya mau sarapan dulu di tukang nasi uduk langganan, tapi blom buka. Mungkin masih bobo kali abangnya. Selain rame, gw juga nemu beberapa fenomena lain di pagi hari pertama kerja ini. Seperti biasa, gw kalo naik motor pasti ngebut ala bis malem, pake teknik menggunting dan menyelip. Semangat banget gw kali ini, masih pagi gitu loch. Nah, sampe di depan UP, alamak, macet kale. Ini macet pasti panjang, sampe sini aja udah macet, biasanya sampe lenteng agung baru macet. Tapi ada hal yang bikin gw tetap semangat dan ngeguyon dewekan waktu itu, yaitu ternyata kalo di pagi hari itu banyak bidadari yang berkeliaran. Uupss... maksudnya banyak wanita cantik yang keluar dari sarangnya, buat berangkat sekolah atau kerja. kalo gitu bisa betah nih, biarpun keadaan macet sepanjang jalan. Biasanya suka ada di deket titik kemacetan, kayak halte, stasiun dan persimpangan.<span class="fullpost"><br /><br />Gak terasa, udah sampe di Pancoran. Waktu menunjukkan jam 7 lebih 12 menit. Ya ampun, masih jam segini, berarti cepet banget ya, biarpun macet, Depok ke Pancoran cuma butuh waktu kurang dari 45 menit. Di Pancoran, gw mampir ke POM Bensin. Gw kasih minum dulu nih motor soalnya udah sekarat, dan 10rb cukup. Tukang POMnya bilang kalo gak ada kembalian, duit gw adanya 50rb-an. Dia bilang kalo mau nunggu buat nyari duit kembalian. Gw bilang aja, kalo lama2 juga ga papa, lumayan khan ngulur waktu. Gara2 masih terlalu pagi, gw jadi gak semangat. Gw jadi santai jalannya. Terus terus dan terus, ternyata gw udah di Gunung Sahari, deket tempat kerja gw. Ya elah, baru jam 07.30, padahal gw pengennya lama di jalan, tauk2 malah udah mau sampe. Ya udah, gw akhirnya memutuskan untuk muter-muter dulu, sekalian mau mengenal tempat ini. Gw lurus, belok, terus lagi, terus gw sampe di perlintasan kereta api. Liat-liat dulu ah, liat kereta yang mau lewat dulu. Abis itu gw jalan lagi, terus, dan akhirnya sampe di jalan Kemayoran, kalo gak salah ya. Ada satu bangunan yang menarik perhatian gw, ini bangunan megah banget, udah kayak istana, bentuknya juga menyerupai istana. Dalam satu komplej ada 3 tipe bangunan besar, yang pertama, bentuk istana, yang kedua bentuk Mall, dan yang ketiga bentuk gedung perkantoran yang tinggi. Alangkah terkejutnya gw, kalo satu komplek itu adalah gereja. Soalnya ada tulisan KASIHI ALLAH DAN SESAMAMU. Gw jadi menebak gitu, jangan2 ini gerejanya Kristen Bethel yang terkenal jemaatnya orang kaya semua, istilah Bethel ini agama yang paling ekslusif dari pada yang lain. Sebagai informasi, gereja Bethel di Depok aja, udah kayak gedung sate, gedenya sama kayak gedung sate, minus tusukannya.<br /><br />Setelah sejenak berhenti menikmati kemegahan Gereja Bethel, gw melanjutkan perjalanan. Sampai akhirnya tiba di sebuah perlintasan kereta api lagi, tapi kali ini ada jalan underpass nya di bawah rel. Tepat di sebelah rel, ada warung makan. Ahaa... gw makan aja di sini sambil menikmati hiruk pikuk kendaraan yang lewat dan kereta yang melintas. Di sini merupakan daerah perlintasan kereta yang sangat sibuk, karna hampir beberapa menit ada kereta yang melintas. Ada kereta KRL dan kereta jawa yang lewat sini. Lucunya, kendaraan yang kebanyakan mobil, kadang ragu2 untuk melintas. Mungkin untuk jaga2, karena kondisi lagi macet, takut kalo stak di tengah rel trus tiba2 sirine pintu rel bunyi, pasti langsung panik tuh. Kalo jaga jarak khan jadi aman. Jam di warung menunjuk jam 07.50, gw sante dulu ahhh... Tempat kerja juga deket dari situ. Jam 08.10, gw berangkat ke tempat kerja dan menghadapi hari pertama gw di sana. Kayaknya kalo setiap hari kayak gini, asik juga, lumayan merefreshkan diri. Asalkan gak hujan aja, kalo hujan bikin males kemana-mana, naik motor aja males, apalagi jalan2.</div></span>Ignatius Yudistiro Sampurna, S.Arshttp://www.blogger.com/profile/12605547413283197351noreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-6065260308635379308.post-87751017062360827242010-01-19T23:22:00.000+07:002010-01-20T00:04:11.612+07:00Vakum 2 Tahun.... Sekalinya Ngeband Jadi Ancur<div style="text-align: justify;">Udah pernah denger Ancurben? Pasti blom. Saking ancurnya band ini, mereka gagal rekaman dan lagunya blom beredar kemana-mana. Gimana mau beredar, rekaman aja blom. Sebenernya ini gw nyeritain band yang 1 jam lalu baru kebentuk. Istilahnya band dadakan, personilnya juga gak jelas, ngajak temen sebanyaknya, gak tau ntar di sana maen apa.<br /></div><br /><div style="text-align: justify;">Gila... Bayangin, udah kira-kira 1-2 tahun, gw udah nggak ngeband lagi. Gw juga lupa terakhir ngeband itu kapan dan dimana. Kalo nggak salah, waktu gw mau Skripsi, gw udah sama sekali nggak menyentuh gitar listrik gw, yang sejak saat itu gw taro tuh gitar di pojok kamar. Sampe berjamur tuh tas nya. Sekarang tuh gitar udah berada di teman temen gw, sejak Agustus 2009 yang kemarin. Waktu itu gw kerja di situ, temen gw buka kursus musik untuk anak kecil, jadi dari pada gitar gw tambah jamuran di kamar gw, mending gw taro di tempat temen gw.<br /></div><span class="fullpost"><br /><div style="text-align: justify;">Nah, pas gw kerja di tempat temen gw itu, gw sempet maenin tuh gitar listrik gw. Secara keseluruhan, gw masih bisa lah maen beberapa melodi yg duu gw maenin, termasuk lagunya Joe Satriani yang judulnya Starry Night. Itu bulan Agustus, alias 5 bulan yang lalu, setidaknya gw mikir, udah 1 tahunan gw gak ngeband gak maen gitar listrik (tapi tetep maen gitar akustik), gw masih lihai memainkan jari-jari. Walaupun gw udah meragukan kemampuan gw.<br /></div><br /><div style="text-align: justify;">Eh... gak dinyanya, maksudnya gak disangka gw diajak ngeband ama temen, katanya ada temennya dia yang pinter maen drum dan dia butuh temen buat ngeband. Gw terima ajakannya, soalnya gw juga udah ngerasa ninggalin band terlalu lama. Itung-itung buat refreshing juga. Mumpung gw juga lagi nganggur, walaupun besoknya gw udah masuk kerja di hari pertama. Gw pengen banget mengingat masa-masa dulu, barangkali gw masih jago kayak dulu, atau malahan tambah jago. Hehehe.... tambah jago mbahmu... nyentuh gitar aja musiman. kebetulan yang ikut ngaband bukan temen band gw yang dulu, tapi temen2 yang dulunya cuma ngikut-ngikut aja dan cari kesenengan belaka. Tapi, ada temen lama gw di situ, yang udaaahhh lama banget gak ketemu, dan dulu pernah jadi Bassist gw, biarpun cuma cadangan.<br /><br />Langsung ke intinya, gw maen nyantai. Tapi..... alangkah terkejutnya...., terutama temen gw, kalo gw sih biasa2 aja...., gak ada satu pun lagu yang melodinya bisa gw inget dan maenin sampe tuntas.... GILA... Sebegitu buruknyakah gw itu. bener2 susah ngingetin melodi, jangankan melodi kord nya pun lupa. Untung gw masih punya feeling, tapi jari-jari gw udah terlanjur beku alias kaku. Semua nada yang gw petik berasa fales gitu... Tapi, anehnya, gw menikmati itu. Padahal temen gw yang satu udah terlanjur illfeel sama permainan gw yang gak ketulungan buruknya (gaks segitunya juga sehhh). Malem itu gw nikmatin aja, soalnya gw udah lama bgt gak ngerasain ini. Cuma 1 jam itu cukup ngilangin kejenuhan dan stress selama sehari. Pantes waktu SMA sampe kuliah dulu gw pinter, soalnya rutin maen musik (band). Sesekali gw nyoba maen drum, anehnya, malah gw lebih pinter maen drum ketimbang maen gitar. Tapi, temen2 gw prefer kalo gw di gitar aja. Satu lagi, kita maen lagu yang itu-itu aja, alias diulang-ulang. Soalnya bingung mau maen apa.<br /><br />Keluar studio, gw merasa puas dan lega. Padahal maennya udah pas-pasan, kok bisa puas ya. Kita pun ngobrol tentang permainan tadi, yang intinya, gw udah gak pernah maen gitar lagi jadinya permainan gw parah dan kita malah pengen maen lagi paling nggak seminggu sekali. Kalo dirutinin, lama-lama juga manteb kok...<br /></div></span>Ignatius Yudistiro Sampurna, S.Arshttp://www.blogger.com/profile/12605547413283197351noreply@blogger.com