Motor2 Peserta Turing Bandung |
Turing motor kali ini diikuti cukup banyak orang, tercatat ada sekitar 12 motor, 6 motor diantaranya berboncengan, serta 2 mobil guna membawa logistik. Total ada sekitar 25 orang yang ikut dan nggak semuanya Mudika, ada orang tua juga, dan yang terpenting Romo Andre yang juga turut serta dalam turing kali ini. Setelah misa Sabtu sore, tanggal 28 Juli, kami berkumpul di halaman Gereja St. Thomas. Persiapan dilakukan seperlunya seperti menempelkan tanda di belakang motor, sehingga ketika di tengah kerumunan atau padatnya lalu lintas, motor kawan dapat dikenali. Rencana semula yang dijadwalkan berangkat paling lama jam 9 malam, ternyata baru berangkat jam 10 malam. Maklum, anak muda. Semua persiapan yang dilakukan serta doa sebagai kekuatan kami, mengawali perjalanan ini.
Perjalanan berlanjut melintas puncak dengan jalan menanjak. Tidak ada kendala yang berarti karena semua menggunakan motor berkapasitas sedang (125 ke atas). Ketika jalan menurun, kami juga cukup berhati-hati dan masing-masing pengendara mencoba untuk tidak egois dan bisa mengendalikan motor dengan baik. Kami berhenti lagi di dekat puncak pass, sekedar untuk menghangatkan badan dengan minum minuman yang hangat. Tak terasa sampailah kami di Padalarang.
Di Padalarang ini kami mulai dikawal oleh mobil Patwal. Dengan dikawal oleh Polisi kami berharap perjalanan bisa lancar dan tidak terhalang apapun apalagi gangguan oleh genk-genk motor Bandung yang iseng dan jahil. Tapi, tampaknya justru dengan dikawal seperti ini malah mengundang perhatian banyak orang. Hal yang tidak kami harapkan terjadi pun terjadi. Perjalanan kami mendapat gangguan dari pengendara motor yang nekat. Imbasnya, kecelakan menimpa salah satu teman kami. Mirisnya dia jatuh bukan karena disenggol pengendara motor itu melainkan disenggol mobil patwal yang berusaha menghindari pembalap motor liar itu.
Beruntung, luka yang dialami tidak parah tapi kami tetap mengantar teman kami itu ke rumah sakit terdekat. Di sini kami dan teman kami mencoba untuk sabar dan tidak menyalahkan siapa pun, yang sudah terjadi ya terjadilah. Sekitar 1 jam-an kami menunggu pengobatan teman kami, teman kami merasa cukup kuat untuk bisa melanjutkan perjalanan. Perjalanan pun dilanjutkan dan tidak lama kemudian sampailah kami di Seminari Tinggi Paulus Petrus sekitar jam 3 dini hari.